Six

1.6K 231 48
                                    

‘Rapuh’
06




Annyeong... 👋👋👋
Chacha balik lagi gayss👋👋

Kayaknya story ini bakal lebih pendek dari story Hurt deh.. Soalnya sepertinya banyak yang gak suka sama alurnya ya?
Bahkan pembaca gelap kian meraja lela😞

Paling ini bakal sampe 16 atau paling mentok 20 part aja kali ya😌



Chacha bakal up sampe tamat deh secepatnya.. Buat yang selalu support makasih banyak ya🙂🙂

Oke langsung saja, jangan lupa tekan tombol bintang di pojok kiri ya 🙃🙃
Ma'afkan segala typo yang ada🙃








Happy Reading...




...







Mentari kini sudah kembali keluar dari tempat persembunyiannya. Jisoo masih setia duduk di kursi kecil tepat disebelah blankar Rose dengan terus menatap lekat wajah damai sang adik yang akhirnya bisa tertidur setelah histeris mengetahui tentang kondisi kakinya semalam. Jisoo bahkan tidak tidur sedetik pun. Sesuai dengan janjinya pada sang adik, Jisoo menjaga Rose semalaman mengabaikan kondisi tubuhnya yang benar-benar membutuhkan waktu tidur dan juga istirahat setelah berkendara jauh dari Busan.





Lisa saat ini tengah mandi dikamar mandi yang ada didalam kamar rawat Rose. Sedangkan Jennie tengah keluar untuk mencari sarapan untuk mereka bertiga. Entah kenapa, sejak Rose kembali mengamuk karena kondisi kakinya semalam. Jennie lebih bersikap sedikit lunak pada Jisoo. Dia bahkan tidak terlalu banyak bicara seperti biasanya. Mungkin Jennie mengerti bahwa Jisoo-lah satu-satunya sosok yang bisa membantu Rose untuk tetap tenang saat ini. Makanya gadis itu memilih mengalah demi sang adik.






Jisoo kembali mengangkat tangannya untuk mengusap lembut kening sang adik. Jisoo benar-benar sangat tidak tega melihat Rose menangis kencang seperti semalam. Bahkan raut ketakutan yang amat sangat besar diperlihatkan oleh adiknya itu pada mereka semalam masih membayang jelas dikepala Jisoo.





“Sebenarnya apa terjadi padamu sebelum kejadian buruk itu terjadi Chaeyoung-ah? Apa kau melihat dan mendengar sesuatu? Kenapa kau sampai ketakutan seperti itu semalam? Eonnie sangat mengenalmu. Kau bukanlah tipekal orang yang mudah takut hanya dengan sebuah ancaman biasa dari orang lain. Aku yakin, pasti terjadi sesuatu yang besar sebelum musibah itu terjadi bukan?” Jisoo sibuk bertanya dengan pikirannya sendiri.




“Kau berkata bahwa akulah target utama orang yang mengancammu. Tapi siapakah orang yang kau maksud? Apa itu Ahn Taeyeon? Atau orang lain? Banyak sekali hal yang ingin eonnie tanyakan padamu Chaeng. Tapi melihat kondisimu yang seperti ini. Membuatku tidak tega jika harus bertanya lebih lanjut tentang detail kejaidan yang menimpamu kemarin. Kesembuhanmu dan ketenangan mentalmu jauh lebih utama bagiku sekarang.” Jisoo terus menatap lekat wajah damai sang adik yang masih enggan membuka mata.






Jisoo kalut dengan pikirannya sendiri. Gadis itu bahkan mengabaikan rasa kantuk, rasa lelah dan juga rasa pusing yang mulai menyerangnya saat ini karena tidak mengistirahatkan tubuhnya barang sedikitpun sejak kemarin. Jisoo terlalu kalut memikirkan kondisi sang adik hingga dia lupa bahwa dirinya juga butuh waktu untuk istirahat.




Banyak hal yang mengangu pikiran Jisoo saat ini. Tentang rencana licik ayah tirinya yang mulai dijalankan satu persatu. Tentang nasib anak perusahaan yang berada di Busan. Tentang bagaimana cara Jisoo agar bisa menendang setiap orang kepercayaan ayah tirinya dari perusahaan dengan alasan yang masuk akal. Dan kini, Jisoo juga harus memikirkan bagaimana agar bisa menjaga mental Rose setelah kejadian buruk yang terjadi kemarin. Dunia terasa begitu menyesakkan bagi hidup Jisoo sejak dulu.





RapuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang