BAB 26: Goyang Jeletot

60 5 0
                                    


Tadi subuh, Dipa berhasil menunaikan tugas dari Om Genta walau tetap penuh revisi. Olahraga saat itu terasa lebih berat gara-gara sesi gila bersama Gugum. Tak disangka dampaknya cukup fatal. Sisa-sisa nyeri otot Dipa yang harusnya mulai hilang, kini kembali memuncak dan menambah derita setiap kali bergerak. Sembari memarkir mobil birunya di area parkir puskesmas, dia menghitung sisa hari penggojlokan yang harus dilalui. Masih lama. Ini baru hari kedua.

"Pagi Mas Dipa. Sehat banget nih kayaknya?" sapa Mang Akim setelah Dipa keluar dari mobil.

Tidak ada yang salah dari sambutan Mang Akim kecuali senyumnya yang sulit Dipa deskripsikan. Mengejek? menyindir? Entahlah, yang jelas senyum Mang Akim pagi itu bikin pagi Dipa bertambah suram. Tipe-tipe senyum menyebalkan yang rasanya layak dicakar naga. Dipa akhirnya membalas dengan senyum seadanya.

Makin mendekati puskesmas, Dipa disergap hawa tak enak. Rasanya seperti ada api unggun yang dari tadi menempel di punggung. Walau pandangannya ke depan, Dipa tahu setiap mata tengah tertuju padanya. Ketika mata Dipa berserobok dengan siapapun di puskesmas, ketika Dipa urun sapaan, semua merespons dengan senyum yang sama dengan Mang Akim. Dipa menggeleng heran sambil melekatkan jempolnya ke mesin absen finger print.

"Eeeh, artis kita udah dateng nih!" tegur Teh Rina dari belakang dengan volume seolah-olah telinga Dipa sedang tersumbat batu bata.

"Opo sih, Teh?"

"Dih, pura-pura bego. Teteh bangga tauk punya temen piral."

Dipa mengernyit kurang paham. "Viral opo toh? Model rambutku viral? Atau wajahku yang rupawan?"

"Amit-amit. Kok bisa mikir gitu sih?" Teh Rina berdecak. "Ini loh, Dip." Ibu hamil itu lalu mengangkat dua lengannya ke atas, bergaya seperti binaraga yang tengah memamerkan bisepsnya. Dari situ, Dipa langsung paham apa yang Teh Rina maksud. Namun, Dipa masih belum percaya.

"E-emang Teh Rina nonton?"

"Semua orang juga nonton keleus." Teh Rina kemudian mengeluarkan ponsel pintarnya, mengakses Tiktok, masuk ke akun Gugum, dan menunjukkan 1 video yang tak asing.

Gugum ternyata sudah mengedit habis-habisan rekaman siaran langsung kemarin, memotong beberapa bagian, memangkas durasi, mengatur kecepatan, menambahkan efek visual, dan memberi sentuhan musik remix sebagai latar, hingga mereka tampak seperti berjoget alih-alih berolahraga. Yang lebih parah lagi, Gugum melabeli video itu dengan judul Goyang Jeletot (jelek-jelek tetep berotot). Dipa langsung kliyengan. Andai saja di dekatnya ada karung goni, Dipa bakal menggunakannya untuk menutup muka seharian.

Video selesai dan Teh Rina terbahak-bahak. "Ngarti teu, Dip, best part-nya apah? Kaus partai! Kalo bajunya diganti pasti engga seru. Eh, tapi kalo diganti pake kostum boneka mampang lucu juga tuh."

"Tidaaaaak..."

Tanpa banyak basa-basi, Dipa langsung mengontak Gugum untuk minta pertanggung jawaban. Dia juga menimbang menyewa pengacara untuk menuntut Gugum atas dasar pencemaran nama baik.

"Halo, Gum! Kamu—"

"Kang, Dip!" sejumlah kata-kata kutukan yang sudah disiapkan Dipa jadi percuma setelah Gugum memotong. "Ide lo olahraga pake kaus partai emang cihuy. Konten gue FYP! 1 juta viewers, Kang Diiip. Goyang jeletot to the moooon!"

Hah, 1 juta viewers? Berarti ada 1 juta masyarakat yang udah nonton video goyang kurang waras itu? Ampuuun, Gugum ta' goreng kering lho sampeyan!

"Kok bisa nyebar sih?"

"Ya bisa atuh, Kang. Kan gue umumin ke temen-temen. Esensi masang konten di Tiktok kan buat ditonton banyak orang?"

BERBURU RESTUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang