Sepulang dari hotel, Adrianno langsung membawa Adrianna ke rumah peninggalan ayah mereka, kemudian mempersiapkan penampilan Adrianna di sana. Pertunangan ini begitu mendadak, tetapi sungguh terlalu menggiurkan untuk dilewatkan oleh seorang gadis seperti Adrianna.
Apa yang membuat Adrianna setuju saja adalah karena Dionis terlihat kalem, berwibawa, dan bisa diandalkan. Dia merasa mungkin kehidupannya sebagai istri Dionis akan lebih mudah dibandingkan sebagai hotelier. Dunia hotel begitu keras—terlalu keras untuk dirinya yang lembek dan membutuhkan perlindungan. Menjadi istri orang kaya adalah impian setiap wanita, termasuk Adrianna. Karena Adrianna mendapatkan kesempatan ini, ia merasa tak ada ruginya untuk bertaruh dengan dirinya sendiri. Tentu saja, impian semacam ini juga ada di benak Hedda, dan tak pernah terwujud bahkan hingga kematiannya.
Agnes telah membuat sebuah gaun vintage berwarna dusty pink demi pertunangan Adrianna. Segala sesuatu tentang penampilan sudah tak perlu dikhawatirkan lagi, sebab Agnes bisa diandalkan untuk itu.
Untuk perkara konsumsi, jelas Antonio yang telah mempersiapkan semua itu. Sebagai pemilik sebuah kafe, tentu selera Antonio bisa diandalkan untuk urusan mengenyangkan perut.
Tata rias dilakukan oleh seorang pegawai salon terkenal yang dipanggil oleh Kyra, khusus untuk Adrianna. Meskipun Adrianna bukanlah anak kandungnya, entah mengapa ia ingin segala sesuatunya terkesan sempurna. Mungkin karena Adrianna menyandang nama keluarga yang sama dengan anak-anaknya—jika memang benar ia tidak melakukannya karena ia sudah mulai menyayangi gadis muda itu.
Selepas pukul tujuh malam, keluarga Gundersen dan Papalazarus sudah hadir di kediaman Henderson. Maximillian Gundersen—ayah Dionis Gundersen dan Deonia Papalazarus—berusaha bersikap ramah dan bersahabat dengan Kyra Henderson.
“Ternyata putri Anda memang sangat cantik dan menarik,” puji Maximillian.
“Terima kasih banyak.” Kyra tertawa kecil. “Tapi putra Anda juga tampan luar biasa.”
“Saya sudah mendengar penuturan Dionis tentangnya. Cantik, menarik, memiliki senyuman surgawi, katanya. Agaknya itu memang benar. Adrianna memang tampak cocok dengan Dionis.”
Mereka melanjutkan acara dengan makan bersama sambil berbincang-bincang, kemudian sesi penukaran cincin dimulai.
“Tunggu!” seru Maximillian ketika Dionis dan Adrianna sudah berdiri di depan altar bertuliskan ‘Engagement of Dionis Gundersen and Adrianna Henderson’.
“Ada apa, Tuan Gundersen?” tanya Kyra.
“Kenapa dia?” Maximillian balik bertanya. Ia menunjuk Adrianna dengan keheranan.
“Tentu saja karena memang dia,” jawab Kyra.“Bukankah kaulah Adrianna Henderson?” Maximillian menunjuk Agnes.
“Tentu saja bukan!” sergah Agnes, “Saya Agnes!”
“Kupikir Agnes adalah Adrianna,” ujar Maximillian, “dan gadis itu hanyalah sepupu yang diundang untuk menyaksikan pertunangan ini. Apa yang terjadi? Bukankah Adrian hanya punya satu anak perempuan?”
“Ya, satu anak perempuan yang diakui secara terang-terangan sejak awal,” sahut Adrianna, “dan satu anak perempuan yang disembunyikan hingga dewasa.”
“Disembunyikan?” sahut istri Maximillian, “Jadi, rumor tentang adanya wanita simpanan itu benar? Rumor tentang anak haram itu benar?”
“Nyonya Henderson!” seru Maximillian pada Kyra, “Di mana sopan santun Anda?! Anda menyodorkan anak semacam itu pada penerus saya?!”
“Kapan saya menyodorkannya?” sanggah Kyra, “Kalianlah yang memintanya, bahkan memohon pada saya. Ketika kalian mengatakan bahwa kalian serius dan Adrianna menyanggupi, di mana letak kesalahan saya?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Chains & Ties
RomanceDalam hidup, ada hubungan yang diciptakan, dan ada hubungan yang didapatkan tanpa dikehendaki. Namun, pada hakikatnya, segala jenis hubungan akan merantai dan mengikat manusia, seperti beban berat yang harus diseret dengan susah payah. Adrianna hany...