31

5 3 0
                                    

Numaa berangkat menuju hotel sendirian karena Elina telah berangkat terlebih dahulu. Sangat maklum, karena jam masuk Numaa satu jam lebih lambat daripada Elina. Setelah selesai berdandan di ruang locker, Numaa segera naik dan mengambil handy talky di ruangan yang berada di belakang kasir restoran utama.

Seorang tamu wanita datang dan memasuki restoran utama. Wanita itu gemuk, pendek, dan memakai babushka untuk menutupi kepalanya. Numaa merasa agak tidak beres dengan tamu itu, kemudian memeriksa nama dan nomor kamar yang dituliskan oleh wanita itu. Pada daftar terbaru, tertulis bahwa wanita itu tinggal di lantai sebelas untuk lebih dari sehari, dan namanya adalah Yseult Seguidores.

Numaa segera memasuki restoran utama dan berkeliling untuk mengawasi di mana meja-meja yang masih kosong, dan memberitahukannya pada hostess. Berbeda dengan assistant manager wanita sebelumnya—Guadalupe, Numaa memilih tetap setia pada celana hitam dan sepatu semi-brouge Oxford hitam yang membuatnya tampak terlalu gagah sebagai perempuan, apalagi dengan jas hitam yang wajib ia kenakan setiap bekerja. Dia cukup lincah dan mampu mengatasi keadaan dengan baik meskipun kesehatannya belum benar-benar membaik.

Saat memeriksa buffet, Numaa memergoki Adrianna berdiri dengan kaku seperti sedang diintimidasi oleh wanita babushka tadi.

“Ada apa?” Numaa memberanikan diri untuk menyela mereka berdua.

“Jangan ikut campur!” bentak Yseult pada Numaa, kemudian beralih pada Adrianna, “Aku tahu kau adalah anak sialan itu meskipun seumur hidup aku belum pernah bertemu denganmu! Di mana putriku?! Kapan kau mau mengaku?!”

“Nyonya, mari bicarakan ini baik-baik di tempat lain,” Numaa menyela lagi.

“Pergi kau!” bentak wanita itu lebih keras pada Numaa.

Numaa menjadi jengkel karenanya. Sialan, pikirnya. Ia segera pergi ke belakang dan berlari menuju suatu tempat. Apa pun yang dikatakan orang, dia tidak peduli. Dia harus melakukan hal ini. Adrianna adalah gadis baik, dan tidak pantas diperlakukan seperti itu. Melalui handy talky, dia menginformasikan pada Pierre agar mengamankan Adrianna dan Yseult ke ruang VIP.

“Chef Adrianno!” teriaknya begitu memasuki dapur utama. Jika orang lain yang berlaku seperti itu, mereka tidak akan termaafkan. Tetapi ini adalah Numaa, yang pernah dikabarkan akrab dengan Adrianno.

“Kenapa kau berteriak seakan-akan adik perempuanku sedang dalam masalah begitu?” sahut Adrianno sambil berjalan mendekat pada Numaa.

“Memang demikian!” kata Numaa pelan sambil mengangguk-angguk.

“Apa?” Adrianno mengernyit.

“Tidak ada waktu!” jerit Numaa sambil menarik Adrianno pergi dari dapur utama menuju restoran utama.

Mata Adrianno membelalak ketika melihat Adrianna dimaki-maki di ruang VIP. Tatapan matanya mirip seperti Numaa ketika melihat itu. Dia pun langsung maju dan menantang wanita itu.

“Minggir kau!” seru Yseult, “Jangan ikut campur seperti yang dilakukan oleh perempuan itu!”

“Apa masalah Anda?” tanya Adrianno dengan tenang.

“Jangan ikut campur! Aku hanya menanyakan anak perempuanku pada gadis ini! Aku yakin, dia adalah anak dari anak perempuanku!”

“Anak dari anak perempuan?” gumam Numaa, “Maksud Anda adalah cucu?”

“Aku tidak mengakui gadis ini sebagai cucuku sekalipun darahnya memang begitu!” seru Yseult lagi.

“Siapa nama anak perempuan Anda?” tanya Adrianno.

Chains & TiesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang