17. HUBUNGAN YANG TAK MEMILIKI MASA DEPAN

78 15 38
                                    

"Aku kan sudah bilang, jangan gegabah! Apa kamu ingin mati sia-sia dan menjadi bahan eksperimen Profesor gila itu, Jervian? Bodoh!" Maki seorang wanita yang terlihat kesal.

Dia menarik tangan lelaki bernama Jervian sang kekasih, lalu mengobati luka di tangan dan wajah Jervian.

"Ma-af..." Gumam Jervian dengan mata berkaca-kaca.

Menahan tangis, si wanita terus mengerjapkan kedua bola matanya sambil terus mengobati luka Jervian.

"Sebenarnya, apa yang sedang kamu lakukan di sana?" Tanya wanita bergaun tidur itu lagi. Raut cemas terlihat begitu kentara di matanya.

"A-aku hanya ingin memastikan Tazkia dan keluarganya baik-baik saja. Aku tidak akan bisa memaafkan diriku sendiri seandainya Jericho benar-benar membunuh mereka semua," air mata Jervian terjatuh saat itu. Dia meraih tubuh kekasihnya ke dalam pelukan dan menangis terisak di sana. "Aku takut Karina... Aku takut... Apa yang harus aku lakukan sekarang? Bagaimana caranya aku bisa menyadarkan Jericho dari semua kejahatan yang sudah dia lakukan? Harus berapa banyak lagi korban tak bersalah berjatuhan? Aku tidak bisa berdiam diri begitu saja menyaksikan ini semua. Kebenaran harus segera terungkap!"

Karina melepaskan pelukannya dengan cepat, menatap prihatin sekaligus marah ke arah Jervian.

"Apa kamu tau, bagaimana publik mengenal sosok Fadli sekarang? Saudara kembarmu itu menjadi seorang dokter yang sangat baik, jangankan orang-orang di sekitarnya, bahkan Tazkia, istrinya sendiri saja bisa dia kelabui sedemikian rupa! Tak akan ada satu pun orang yang akan percaya bahwa ternyata Fadli adalah seorang pembunuh berdarah dingin!"

"Itulah alasannya aku ingin menemui Jericho secara pribadi! Aku ingin memberitahunya bahwa selama ini, aku dan dia hanya dijadikan sebagai bahan eksperimen oleh mereka-mereka yang tak memiliki rasa prikemanusiaan! Aku ingin mengatakan pada Jericho agar dia sadar dan berhenti untuk membunuh! Jika dia terus membunuh, maka Profesor Bergas akan semakin senang karena merasa penelitiannya berhasil! Kita harus bertindak, Karina, bantu aku..." Jervian merengek seperti anak kecil.

"Satu hal yang perlu kamu ketahui tentang seorang psikopat, mereka sama sekali tidak memiliki rasa belas kasih. Mereka hanya mencintai diri mereka sendiri! Kamu pikir, Fadli menikahi Tazkia karena dia mencintai wanita itu? Bulshit! Itu semua omong kosong! Fadli hanya ingin memiliki keturunan, itulah sebabnya dia menikahi Tazkia! Lantas, jika seandainya, kamu kini menampakkan dirimu di hadapan Fadli dan memberitahu semuanya, apa kamu yakin Fadli akan percaya? Bisa-bisa, dia justru akan membunuhmu, Jervian! Apa kamu ingin tau, alasan di balik kematian Arini?" cerita Karina panjang lebar.

Jervian menatap Karina penuh tanda tanya.

Hingga setelahnya, Karina pun menceritakan sesuatu pada Jervian mengenai penyelidikan yang dia lakukan terhadap Fadli beberapa bulan lalu.

Saat dia akhirnya bisa terbebas dari ayahnya yang terus saja menyiksa dirinya dan juga anaknya, Fathir.

Fathir yang malang...

*

"Jadi, saya harus mengantar Bu Karin kemana sekarang?" Tanya Fadli pada Karina yang merupakan Ibu dari salah satu pasiennya hari ini.

"Ke jalan baru di Mampang. Di sana saya memiliki kerabat, semoga saja dia bisa membantu saya mendapatkan uang." Jawab Karina masih dengan sandiwaranya.

Sebenarnya, Karina sendiri tidak lagi memiliki kerabat atau siapapun selain ayahnya yang pemabuk dan gila judi di Jakarta.

Karina hanya beralasan agar dirinya bisa memiliki waktu lebih banyak mengobrol dengan Fadli alias Jericho yang dia ketahui adalah saudara kembar Jervian, kekasihnya.

RAHASIA SUAMIKU (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang