Fadli Al-Hakim
*****
Masa Sebelum Prolog...
Seorang wanita tampak berlari tunggang langgang memasuki sebuah rumah sakit elit di Jakarta.
Di punggungnya, dia menggendong seorang bocah lelaki yang berlumuran darah.
Tanpa alas kaki dengan tubuh penuh luka. Pakaian yang sobek di beberapa bagian, wanita itu menangis dan terus berlari. Mengabaikan tatapan aneh orang-orang di sekelilingnya.
Sampai di dalam, tepatnya di ruang IGD, wanita itu mendesak beberapa petugas rumah sakit agar lekas menangani bocah lelaki dalam gendongannya itu.
"Tolong, Sus, Dok, tolong anak saya... Tolong..." ucapnya dalam tangis, memohon dengan penuh harap.
"Ini kenapa anaknya, Bu? Tidurkan di sini dulu Bu, anaknya," perintah salah satu suster yang mengambil tindakan cepat.
Wanita itu pun lekas merebahkan bocah lelaki dalam gendongannya itu pada salah satu brangkar yang tersedia di ruang IGD.
"Anak saya kecelakaan, Sus," jawab si wanita. Langkahnya mundur saat beberapa suster mendekat untuk memeriksa keadaan sang anak.
Menatap nanar keadaan putra tercintanya itu, dia hanya bisa terdiam dalam tangis dan berharap agar Tuhan berbaik hati dan bersedia memberinya keajaiban.
"Permisi, ini dengan Ibu siapa? Ke sini sebentar, Bu," suster lain tampak menyapa si wanita dan mengajak si wanita ke salah satu meja di sudut ruang IGD dan memberinya sebuah berkas. "Tolong di isi dulu identitas Ibu dan si adiknya di sini. Lalu selesaikan administrasi di lantai dua ya, Bu. Nanti setelah proses pendaftaran selesai, bawa berkasnya ke sini dan berikan pada saya ya," jelas sang suster lagi.
Dengan tangan gemetar wanita itu pun mengisi berkas yang tadi diberikan sang suster dan melakukan apa yang baru saja diperintahkan sang suster padanya.
Sampai di lantai dua, setelah pihak admin rumah sakit sudah memasukkan data dirinya dan si anak, maka si wanita diminta membayar sejumlah uang sebagai uang pendaftaran.
Si wanita terdiam sejenak menatap deretan angka nominal rupiah yang tertera di berkas yang dipegangnya. Dia kelihatan bingung.
"Apa ini harus dibayar sekarang, Pak?" tanyanya ragu pada petugas admin rumah sakit.
"Iya, Bu. Untuk uang pendaftaran harus dibayar sekarang juga, kalau uang pemeriksaan nanti menyusul setelah anak Ibu ditangani dan keluar hasil pemeriksaannya apakah diperbolehkan pulang atau perlu perawatan lanjutan," jelas sang petugas berkumis tipis itu.
"Kalau saya bayarnya menyusul bisa nggak, Pak? Saya nggak bawa uang sama sekali Pak, sekarang," ucap si wanita itu apa adanya. Air matanya kembali mengalir.
Sang petugas Admin itu pun terdiam, sama-sama bingung.
"Hm, sebentar ya, Bu," ucapnya kemudian.
Dia terlihat menelepon saat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAHASIA SUAMIKU (End)
RomansaKehidupan baru rumah tangga Tazkia dan Fadli sangat bahagia, terlebih setelah hadirnya buah hati dalam pernikahan mereka. Hingga pada suatu hari, Tazkia mendapati sebuah telepon dari seorang wanita yang mengaku sebagai selingkuhan sang suami. Selama...