Suasana malam di pinggiran kota London begitu dingin dan sepi.
Edhie baru saja memparkirkan kendaraannya di depan ruko yang ditempatinya bersama sang adik, Aster.
Mengeluarkan kunci duplikat, Edhie membuka pintu dan menutupnya kembali dari dalam.
Mendapati Aster yang masih terjaga dan tampak serius bermain game di kamarnya.
"Jangan begadang terus. Tidur!" ujar Edhie yang kedatangannya jelas mengejutkan Aster.
"Kakak! Ngagetin aja!" Protes gadis berusia dua puluh dua tahun itu.
Aster mengekor langkah Edhie ke arah dapur dan berkata, "barusan Milly kirim email ke aku, dia bilang Kak Angela dapat tugas penting di Jakarta dari seseorang. Dan orang itu merekrut kita juga."
Edhie yang saat itu berada di kamar mandi seketika teringat pada telepon yang diterimanya dari Angela sore tadi.
Selesai menggosok gigi dan mencuci muka, Edhie beranjak keluar dari kamar mandi dan melihat sang adik masih berdiri di ambang pintu dapur.
"Kamu ngapain di sini? Bukannya tidur!" Tegur Edhie lagi.
"Kenapa sih kita nggak kembali aja ke Jakarta, Kak? Aku bosan tinggal di sini! Aku kangen sama Milly!" ucap Aster mengemukakan keinginannya.
Edhie mengesah berat. Menghentikan langkahnya di ambang pintu kamar dan berbalik, "kamu yakin mau kembali ke rumah kita di Jakarta setelah apa yang dialami Kak Jerry dan istrinya di sana?"
Aster terdiam, menunduk dalam. Kematian Kakak mereka yang bernama Jerry serta istrinya memang menyisakan luka mendalam di hati Aster dan Edhie, sebab sejak mereka kecil, Jerry lah satu-satunya orang yang sabar mengurus mereka. Bekerja banting tulang demi bisa bertahan hidup di tengah hiruk pikuk kota Jakarta yang kejam.
Perceraian kedua orang tua mereka menjadi penyebab sulitnya kehidupan mereka, lalu Ibu mereka meninggal tak lama setelah perceraian itu, sementara ayah mereka yang memang warga negara asing pergi begitu saja meninggalkan mereka.
Hingga setelah mereka dewasa, sang Ayah kembali mencari mereka dan mewariskan aset berharga yang dia miliki pada kedua anaknya tersebut, yakni Edhie dan Aster.
"Tapikan, pembunuh Kak Jerry sudah ditangkap dan dihukum mati. Mau sampai kapan kita terjebak pada rasa trauma akibat kepergian Kak Jerry yang tragis? Jika bukan kita sendiri yang bangkit untuk melawannya, lalu siapa lagi? Aku juga yakin, kalau sebenarnya Kak Edhie tidak kerasan tinggal di sini! Kak Edhie melakukan ini cuma karena Kak Edhie ingin mencoba melupakan Kak Angela kan?"
Edhie tertawa, meski tawanya terdengar dipaksakan. "Heh, anak kecil jangan sok tau urusan orang dewasa! Tau apa kamu tentang perasaan Kakak? Hah?"
"Aku ini udah dua puluh tahun lebih Kak, bukan anak kecil lagi! Aku sama Milly tau kalau dari dulu Kak Edhie itu naksir sama Kak Angela. Cuma, Kak Edhie diam karena tau Kak Angela cintanya sama orang lain! Iyakan?"
Saat itu Edhie tidak menjawab, lelaki itu malah pergi begitu saja masuk ke dalam kamar dan menutup pintunya.
Percakapan itu membuat hati Edhie yang perlahan sembuh dari rasa sakit seperti kembali tersayat.
Itulah sebabnya, Edhie memilih untuk menghindar.
Setelah berganti pakaian, Edhie langsung membuka laptopnya untuk melihat email yang dikirim Angela padanya.
Seketika kedua bola mata lelaki bertubuh atletis itu membola usai membaca sederetan kalimat pembuka yang dikirim Angela dalam emailnya.
*
Edhie, aku baru saja mendapat informasi akurat dari seseorang yang mengatakan bahwa Adnan Al-Hakim yang kita pikir sudah dihukum mati berpuluh-puluh tahun yang lalu, ternyata masih hidup!
KAMU SEDANG MEMBACA
RAHASIA SUAMIKU (End)
RomansKehidupan baru rumah tangga Tazkia dan Fadli sangat bahagia, terlebih setelah hadirnya buah hati dalam pernikahan mereka. Hingga pada suatu hari, Tazkia mendapati sebuah telepon dari seorang wanita yang mengaku sebagai selingkuhan sang suami. Selama...