Kediaman Fadli dan Tazkia tampak sepi setelah acara tahlilan baru saja selesai.
Usai bebenah lalu menemani Rafa hingga tertidur, Tazkia kembali ke ruang tamu untuk menemani keluarganya yang masih berada di sana.
Setidaknya, keadaan rumah yang ramai mungkin bisa membuat kondisi Fadli lebih baik.
Sejak kepulangan mereka dari acara pemakaman Arini pagi tadi, Fadli terus saja melamun.
Lelaki itu hanya sesekali tersenyum tipis saat beberapa tetangga menyapanya untuk memberikan ucapan duka cita dan semangat.
Keadaan Fadli memang membuat Tazkia cukup khawatir, itulah sebabnya, Tazkia meminta kedua orang tuanya untuk menginap di kediamannya menemani dirinya dan Fadli.
Sayangnya, Mira malam itu harus pulang karena besok dia harus bekerja sementara jarak rumah Fadli dari lokasi kerjanya lebih jauh.
"Mau Fadli antar pulang Mba?" Tawar Fadli yang akhirnya bicara juga.
Mira tersenyum lebar dan menggeleng. "Nggak usah. Mba pulang sendiri aja. Udah pesen taksi online juga. Kamu istirahat aja Fadli, jaga kesehatan kamu. Harus sabar, harus ikhlas biar Arini di sana bisa pergi dengan tenang," ujar Mira memberi semangat.
Fadli hanya mengangguk sopan.
Usai mengantar Mira sampai ke teras, sementara kedua orang tua Tazkia sudah masuk ke kamar tamu untuk istirahat, Tazkia pun masuk ke kamarnya bersama Fadli.
Membawa segelas teh hangat, dia menyuguhkannya untuk Fadli.
"Hari ini kamu makan cuma sekali. Minum teh hangat dulu nih, biar perut kamu enakan." Ucap Tazkia menyodorkan teh manis hangat buatannya pada sang suami.
Fadli menerimanya dengan senang hati. Senyum tipisnya akhirnya mengembang juga.
"Makasih ya?"
Tazkia hanya mengangguk seraya membuka hijab putihnya, lalu merapikan rambutnya di depan meja rias. Satu rutinitas yang biasa dia lakukan sebelum tidur.
Memperhatikan Tazkia dengan seksama, Fadli bangkit dari tempat tidur dan membungkuk, mengecup ubun-ubun kepala Tazkia dari arah belakang.
Keduanya menatap bayangan mereka di depan cermin.
"Belum ada kabar ya dari polisi Mas?" Tanya Tazkia.
"Belum."
"Mudah-mudahan, Dimas cepat tertangkap ya! Mungkin, seandainya dia nggak hadir dalam kehidupan Arini, pasti hubungan Arini dan Damar nggak akan hancur dan semua nggak akan berakhir tragis seperti ini!"
"Ya, bisa jadi seperti itu. Intinya, hadirnya orang ketiga dalam sebuah hubungan itu hanya akan menjadi penghancurkan?" ucap Fadli dengan tatapan lekat yang tertuju ke arah bola mata Tazkia. Dan apa yang baru saja dia ucapkan sangat jelas keluar dari dasar hatinya yang terdalam setelah apa yang baru saja dia ketahui malam ini, tanpa sengaja.
Saat Fadli menemukan sebuah pesan masuk di ponsel sang istri yang berasal dari nomor baru, yang ternyata itu adalah pesan dari Regi.
Bahkan tanpa perlu memberitahukannya pada Tazkia, Fadli langsung menghapus pesan tersebut dari ponsel sang istri.
Tazkia bangkit dari duduknya di depan meja rias hendak beranjak ke tempat tidur ketika tiba-tiba tubuhnya ditarik oleh Fadli.
Lelaki itu memeluk Tazkia dan membenamkan dalam-dalam wajahnya di balik bahu Tazkia yang harum.
"Jangan khianati aku, Kia..." Bisiknya saat itu. Membuat Tazkia bingung.
Aku benci pengkhianat!
KAMU SEDANG MEMBACA
RAHASIA SUAMIKU (End)
Storie d'amoreKehidupan baru rumah tangga Tazkia dan Fadli sangat bahagia, terlebih setelah hadirnya buah hati dalam pernikahan mereka. Hingga pada suatu hari, Tazkia mendapati sebuah telepon dari seorang wanita yang mengaku sebagai selingkuhan sang suami. Selama...