Nama ku meiden umurku 18 tahun. Aku tinggal di sebuah desa yang penuh dengan ritual ritual.
Oh iya,aku sedang mengandung. Usia kandungan ku sudah memasuki usia 40 minggu 5 hari. Harusnya aku sudah melahirkan sejak 1 minggu lalu,tapi sepertinya bayiku masih betah di dalam sana.
Di desa ku jika ada wanita hamil dan akan melahirkan dia akan di bawa ke sebuah tempat khusus melahirkan. Dia akan melahirkan sendiri dan di tonton banyak orang. Tidak boleh ada satu orang pun yang membantu.
Itu memang sudah tradisi,katanya biar tau bagaimana rasa nya menjadi seorang ibu. Dan aku akan mengalami itu saat aku akan melahirkan nanti.
Kebetulan aku tidak punya suami,suamiku sudah meninggal sejak usia kandunganku 5 bulan. Aku hanya tinggal dengan nenekku. Meskipun beberapa kali aku sering merindukan suamiku.
Mungkin usia ku masih terbilang sangat muda untuk menjadi seorang ibu. Tapi mau bagaimana lagi,aku memang menikah di usia 17 tahun dan tuhan mempercayai ku dan suamiku untuk di karunia seorang anak.
———
Aku mengusap punggung ku yang terasa sangat nyeri dan panas. Sudah dua hari ini,bayi ku juga terus menendang dengan kencang. Kontraksi selalu berdatangan,aku pikir ini hanya kontraksi palsu saja.
Nenek mengusap perutku dengan lembut,sambil sesekali memijat pinggangku. Tadi pagi aku merasakan kembali kontraksi yang rasanya lebih sakit dari hari sebelumnya.
"akhhhh ahhh aww.." aku meringis saat bayiku kembali menendang dengan kencang.
"Apa kontraksi lagi?" Nenek menatapku dengan khawatir. Aku hanya mengangguk sambil menggigit bibir bawah ku menahan ringisan.
"Kita ke gubuk saja." Iya,orang orang sini biasanya menyebut tempat itu dengan sebutan gubuk.
Memang bentuk nya mirip dengan gubuk. Hanya saja tempat ini di buat lebih layak,dengan sebuah tempat seperti kasur yang di letakkan di tengah tengah.
"Apa masih kuat berjalan?" Aku mengangguk,ku rasa aku masih mampu berjalan. Dari pada aku terus terusan merepotkan nenek.
Aku di bantu nenek untuk pergi ke tempat itu. Tempat nya tidak terlalu jauh,hanya perlu waktu 5 menit saja dari rumah ku.
Sesekali aku menghentikan langkahku ketika kontraksi datang lebih kuat. Aku tidak tau aku sudah masuk pembukaan berapa,karena sedari tadi nenek tidak memeriksa pembukaanku.
Saat aku sampai aku di sambut dua orang yang bertugas menjaga tempat itu. Mereka menyuruhku untuk berbaring di tempat yang tadi aku bilang. Bentuk nya mirip seperti keranjang bayi.
"Sejak kapan kau merasakan kontraksi?" Tanya salah satu penjaga sambil mengusap perutku.
"Dua hari yang lalu," mereka mengangguk kemudian melebarkan kedua pahaku.
Aku hanya menggunakan dress putih tipis sebagai penutup. Nenek menyuruhku untuk tidak memakai apapun agar aku tidak merasa sesak.
"Beri tahu warga untuk segera kesini,aku akan mengecek pembukaan nya." Aku mengatur nafasku.
Sebenarnya aku gugup,aku takut,dan aku malu. Di tonton banyak warga,dan harus melahirkan sendiri. Aku tidak yakin jika aku bisa melakukan semuanya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Giving Birth
Short StoryIni cerita melahirkan,dengan berbagai macam cara dan tempat yang beragam. Penasaran gak sih?? Boleh yuk mampir.. Anak kecil dilarang⚠️⚠️ dosa di tanggung sendiri yaa