CHP||017

3K 281 11
                                    


HAPPY READING

"oh demi monyet Alaska gue ganyangka dipulangkan mendadak kek gini" ucap lingga dengan nada dramanya.

"Gue juga, padahal gue pen belajar" sahut adam, padahal dia yang selalu paling antusias mengajak temannya untuk membolos dan sangat suka tidur dikelas.

Axel hanya menatap datar para sahabatnya, benar benar sok banget pikir Axel. Padahal dia tidak ada bedanya, salah satu dari anggota permonyetan diantara mereka.

Virdan meskipun mukanya nampak datar percayalah dia sedang murung sekarang,  padahal dia bergadang hanya untuk belajar mengenai rumus fisika agar dia tidak kesulitan saat menjawab soal. Namun sekarang, terasa sia sia pikirnya. Virdan terobsesi dengan nilai, nilai menjadi prioritas kedua setelah mamanya. Tiba tiba dia terpikir untuk membakar sekolahan sebagai tanda rasa kecewanya.

Cowok shota yang bernama Ciel hanya geleng-geleng melihat raut wajah virdan, dia tahu betul tentang virdan yang nampak murung karena apa, meskipun lelaki itu nampak menutupinya dengan raut datar.

"Sabar ir" ucap Ciel menepuk nepuk pelan pundak virdan.

"Kita ke markas?" Tanya Axel kepada zinder yang tengah menelpon seseorang, zinder menoleh kearah Axel dan mengangguk.

"Bos! bos!" Teriak Reza yang baru datang.

Zinder menutup mulutnya dengan telunjuk  memberitahu Reza untuk diam sebentar.

"Aku mau kemarkas kamu hati hati ya, entar aku transfer uangnya, dah sayang" ucap zinder mengakhiri panggilan.

"Adefa ya?" Tanya Axel, zinder terdiam sebentar lalu mengangguk.

"Bos ada kabar penting! ya ga terlalu penting si" zinder menatap Reza dengan alisnya yang terangkat seakan bertanya 'kabar apa?'

"Geng Jamet-maksud gue geng windox ngajak tawuran, entar kalau kalah lagi katanya ganti sama balapan malam ini"

"Lawak kali lah mereka, ga kapok kapok, gausah bos! mending nyantai dimarkas sambil rebahan" sahut adam dengan ekspresi tidak santainya.

"Kalau dia kalah lagi katanya taruhannya uang 1M"

Adam seketika sudah ada ditengah tengah Reza dan zinder, dia menepuk pundak zinder "adakalanya kita kasih paham mereka agar mereka tidak semena mena hingga membuat perselisihan lagi nantinya, sudahlah bos terima saja" ucap Adam dengan bijak nya.

Axel dan lingga hanya mendengus menatap Adam yang selalu antusias ketika mengenai uang.

"Gue sakit" ucap zinder membuat Adam tercengang.

"Ayolah bos , gue tau lu pemalas, ini demi geng kita agar tidak diremehkan" ucap Adam merayu rayu zinder.

"Kenapa ga lu aja yang balapan?" Tanya lingga seketika wajah Adam menjadi murung.

"Bahaya bro entar gue mati, gue juga ga bisa balapan, lu tau sendiri gue aja berkendara pake beat" jawaban Adam membuat lingga tertawa.

"Lu emang paling beda di antara kita , tapi hebat juga lu ga insecure"

"Kadang kadang gue juga insecure kali, tapi dekat kalian gue dapat duit mulu jadi bangga punya teman kek kalian" ucapan jujur Adam membuat lingga tertawa lagi.

"Jujur amat tong" Adam hanya menyengir mendengarnya.

"Udah udah, aku aja yang gantiin azen, serahin semuanya sama aku tentang balapan malam ini" ucap Ciel dengan senyum nya.

"Beneren cil? Bahaya lho" sahut Reza

"Aduh cil gue tau lu emang hebat kalau tentang masalah balapan, tapi gue tetap ragu entar kalau lu lupa ngerem lagi gimana?" Tanya Axel seakan tidak yakin, karna dia teringat 3 Minggu lalu saat Ciel ikut balapan meskipun menang saat lewat garis finish dia malah lupa nge rem hingga menabrak beberapa orang dan membuat mereka masuk rumah sakit.

Terjerat Dalam Sebuah Genggaman Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang