Keesokan paginya Jaehyun terbangun sambil meraba kasur disebelahnya, mencari cari keberadaan orang yang semalam tidur bersamanya. Namun, Jaehyun tak kunjung menemukan keberadaan orang itu, yang membuatnya mendadak merubah posisinya menjadi duduk.
"Jeno? Kau dimana?"
Jaehyun memanggil nama adiknya, dan saat semua indranya berfungsi sempurna barulah ia mendengar suara seseorang di kamar mandinya. Jaehyun turun dari kasurnya mendekati kamar mandi yang di sana ada Jeno yang sedang memuntahkan sisa makanan dalam perutnya.
"Jeno!!"
Panik, melihat adiknya yang pagi pagi sudah muntah muntah, Jaehyun berinisiatif untuk mendekati Jeno tapi tangan adiknya terangkat memberi tanda untuk jangan mendekatinya. Paham akan gestur adiknya, Jaehyun berhenti mengambil langkah maju jadi ia hanya bisa terdiam dengan raut khawatirnya.
"Jeno~" lirih Jaehyun menyebut nama adiknya.
Dan setelah dirasa sudah lega dan tak lagi merasa ingin muntah kembali, dengan wajahnya yang putih pucat menoleh menghadap ke arah kakaknya yang sedang terselimuti rasa khawatir pada dirinya.
"Jangan mendekat, menjauh lah dari ku!"
Mendengar hal itu, tentu membuat Jaehyun sedih juga tak enak hati. Pasalnya harusnya dia yang mengalami mual mual, bukan adiknya. Dan harusnya dia juga yang mengalami masa ngidam, bukan adiknya juga.
"Jeno, maafkan aku"
Jaehyun terlalu merasa bersalah kepada Jeno, hanya mengatakan maaf saja yang bisa ia lakukan. Melihat kepala kakaknya yang tertunduk dan merasa bersalah atas dirinya, membuat Jeno sedikit kesal.
"tck! Jangan meminta maaf padaku, ini bukan salahmu atau salah siapapun! Jika memang harus aku yang mengalami mual mual, biarkan saja asal kau tidak menderita seperti ini!"
Jaehyun semakin menundukkan kepalanya, mendengar penuturan adiknya, dan terus mengatakan maaf dalam hati.
"sekarang kau minggir dari sana! Aku mau lewat!" ujar Jeno, yang langsung membuat kakaknya menyingkir dari tempatnya.
Jeno pergi dari kamar Jaehyun, begitu kakaknya memberikan jalan untuknya. Meninggalkan kamar beserta pemiliknya yang terduduk lemas di atas kasur.
Jeno menaiki beberapa anak tangga menuju kamarnya, dan saat telah sampai di depan pintu kamarnya ia mendapati kembarannya yang sudah bersiap siap. Jeno berjalan mendekati Jaemin sembari mengarahkan jari telunjuk nya tepat di wajahnya.
"Kau, berangkat lah dengan Jaehyun! Jangan kau berani beraninya membuatnya ketakutan lagi, atau aku akan benar benar membunuh mu!"
Setelah itu, Jeno masuk kedalam kamarnya meninggalkan sang kembaran yang masih terdiam memproses setiap perkataannya tadi. Hari ini Jaemin di perbolehkan mendekati Jaehyun, karena Jeno sedang dalam kondisi yang tidak baik.
Awalnya Jaemin menyoraki kemenangan pada dirinya karena sudah bisa berdekatan lagi dengan kakak tercintanya tapi, mengingat ancaman dari Jeno membuatnya urung. Meski dia bisa mencuri curi kesempatan dalam kesempitan, pasti Jeno tetap akan mengetahuinya.
Dengan perasaan lesu, Jaemin menuruni tangga menuju ruang makan yang di sana jelas jelas tidak akan tersedia makanan untuk sarapan. Meski begitu Jaemin tetap berjalan kesana, dan sesampainya di ruang makan Jaemin malah berdiri terdiam tidak tahu ingin melakukan apa.
Jaemin lalu duduk di salah satu kursi dan hanya menghela panjang nafasnya, bersamaan dengan itu muncullah sesosok orang yang sudah lama tak ia dekati keluar dari kamarnya dan berjalan menuju ke arahnya.
Jaehyun keluar dari kamar, begitu sudah siap dengan dirinya untuk berangkat kuliah. Berjalan menjauhi kamarnya dan berhenti tepat di ruang makan yang di sama sudah ada Jaemin yang sedang duduk.
Jaehyun merasa sedikit ketakutan, melihat Jaemin ia kadi teringat akan ancaman adiknya beberapa hari yang lalu. Tapi, ia mencoba untuk tetap terlihat tenang dan memasang wajah senyumannya.
"Selamat pagi, Jaemin. Mau ku buatkan roti panggang?"
Si bungsu mengangguk sebagai jawabannya, kemudia Jaehyun langsung mendekati dapur dan mulai memanggang kan roti untuk adiknya.
Saat Jaehyun sibuk dengan pekerjaannya saat ini, ia tidak menyadari bahwa sejak tadi adiknya memperhatikan gerak geriknya. Jaemin begitu intens memandangi punggung kakaknya, muncul pikiran pikiran liar yang mulai mengisi otaknya. Segera ia mengusirnya dengan cara menggelengkan kepalanya.
'Oh~ tidak, jangan berpikiran macam macam Jung Jaemin. Kau bisa celaka nantinya, tapi melihat punggung kak Jaehyun membuatku ingin melingkarkan kedua tanganku diperutnya, aku ingin memeluknya, bersandar di sana, dan-'
Jaemin menggeleng kuat lagi kepalanya saat pikiran kotor kembali muncul, bersamaan dengan itu Jaehyun telah selesai membuat roti panggangnya, yang di sediakan untuk Jaemin, dirinya, juga Jeno. Tak hanya roti, Jaehyun juga membuatkan susu untuk kedua adiknya.
"Ini roti dan susunya"
Jaemin menerima pemberian kakaknya lalu memakannya dengan lahap. Jaehyun sedikit senang melihat adiknya memakan roti buatannya, dan saat sedang fokus menatap si bungsu, Jeno keluar dari kamar yang kemudian ia menuruni tangga. Melihat itu, Jaehyun sedikit berlari mendekati Jeno dengan roti juga susu yang ia bawa di kedua tangannya.
"Jeno"
Langkah Jeno terhenti begitu melihat jarak Jaehyun yang sudah lumayan dekat dengannya "berhenti kau di sana!" langsung saja Jaehyun berhenti di tempat saat Jeno memintanya untuk berhenti.
"Ada apa?" tanya Jeno.
Jaehyun menyerahkan sepiring roti dan susu coklat untuk Jeno "aku membuatkannya untuk mu, makanlah" ujarnya. Jeno yang melihat kakaknya memasang wajah senyuman dengan kedua tangannya yanng terulur untuk memberikan roti juga susu kepadanya membuat hatinya sedikit teriris. Pasalnya saat ini Jeno tidak bisa memakannya, karena ia bisa muntah nantinya.
"Tidak. Aku sedang tidak ingin makan"
Lalu Jeno melenggang melewati Jaehyun begitu saja, menuju pintu utama dan keluar dari balik pintu itu. Jaemin mengamati perubahan sikapnya terhadap kakak tercintanya itu 'ho~ dia sedang mood swing lagi?' Batinya.
Jaemin mendekati Jaehyun, mencoba untuk menenangkannya "kak Jaehyun, jangan di ambil hati. Mood swing dia kambuh" dengan lemas, Jaehyun menganggukkan kepalanya setelah mendengar ucapan si bungsu.
Jaemin dan Jaehyun sudah selesai dengan sarapan mereka, kini mereka sudah berada di teras rumah yang mana mobil telah menunggu dan siap mengantarkan mereka sampai ke tujuan masing masing.
Di sana juga masih ada mobil yang ditumpangi oleh Jeno dengan dia yang sudah duduk didalam, menunggu kedatangan kedua orang yang baru saja menghabiskan makanan mereka didalam.
Meski harus menaiki mobil yang berbeda, tujuan mereka tetap sama. Menuju kampus Jaehyun terlebih dahulu, mengantarkan kakak mereka ke sana. Saat dilihat dari kaca spion, Jaemin dan Jaehyun sudah masuk kedalam mobil, Jeno menginstruksikan supirnya untuk segera menjalankan mobilnya.
"Kita berangkat sekarang"
Sang supir mengangguk, lalu melajukan mobil sedan hitamnya yang kemudian langsung diikuti mobil belakangnya yang di dalamnya terdapat Jaemin dan Jaehyun. Duduk sendirian tanpa mereka berdua, terutama kakaknya membuat Jeno sedikit merasa kesepian. Mood swing sialan!

KAMU SEDANG MEMBACA
Our Hyung (End)✔️
Fiksi Penggemar"Kak Jahyun hanya milik kami!!!" "Dan tak ada yang bisa memiliki kak Jaehyun selain kita!!!"