🦄 Resilience - 05 🦄

1.9K 269 63
                                    

Sebelumnya..

"Dia tidak pulang, sialan!" Leo mengacak rambutnya frustasi begitu mendapat laporan jika Ragie tidak berada di Mansion saat jarum jam menunjuk pada angka 12.15. Dia belum tiba di Mansion, karena sejak tadi laju mobilnya begitu lambat menyusuri jalanan sekitar club. Jejak kepergian Ragie tidak terlihat sama sekali, dia bahkan beberapa kali turun untuk memastikan. Namun tetap, remaja yang berstatus putranya itu benar-benar tidak terlihat di sepanjang jalan. Pada akhirnya, dia memutuskan untuk menghubungi salah satu pengawal untuk memastikan apa Ragie ada di Mansion atau tidak. Tentu jawaban yang dia terima adalah tidak.

"Ke mana dia, sialan?!" Leo mengerang sambil memukul setir sebelum kembali melajukan mobil untuk masuk begitu gerbang utama Mansion dibuka oleh pengawal.

Begitu tiba di pelataran dan keluar dari dalam mobil. Leo mengernyit, ada mobil asing yang terparkir tidak jauh dari tempat dia berdiri sekarang. Sepasang matanya masih menatap bingung pada mobil tersebut tanpa menyadari pintu utama yang dibuka oleh pengawal.

"Le!"

"Kak!" Leo berseru terkejut begitu menoleh dan melihat sosok pemuda yang melangkah keluar dari pintu utama. Secepat itu pula perasaan emosionalnya berganti menjadi perasaan bahagia. Neurobin Osaka, -Kakak ketiganya itu melangkah cepat untuk mendekat, dan memeluknya erat.

"Apa kabar, Le?" Neron, pemuda itu menepuk-nepuk punggung Leo setelah melepas pelukan. Adiknya itu bahkan tidak membalas pelukan, ataupun merespon pertanyaan yang dia ajukan. "Le?"

Tatapan Leo merebak. Dia tidak pernah berani membayangkan kunjungan Neron. Hubungan persaudaraan mereka berjarak, kekecewaan yang dia beri kepada keluarganya cukup fatal hingga membuatnya tidak berani untuk sekedar meminta mereka datang berkunjung. Namun sekarang, dia bahkan merasa ini tidak nyata. "Kak?"

"It's me, Neron. Kau lupa kalau masih punya saudara, Le?"

Detik itu juga Leo kembali memeluk Neron dengan perasaan yang kian membuncah bahagia. Rasanya ini seperti mimpi, tapi nyata. Dia bahkan tidak pernah memikirkan hari ini akan tiba, -kembali bisa melihat salah satu diantara ketiga saudaranya. "K--kak.."

Neron tertawa kecil setelah melepas pelukan dan menoleh mendapati Leo yang kedua pipinya kini sudah basah oleh air mata. "17 tahun yang lalu kau masih bangga jadi bad boy, kenapa sekarang cengeng gini, Le?"

"K--kak.." Leo justru semakin terisak kecil begitu kembali mendapat pelukan dari Neron. Perasaan haru yang menyelusup tidak bisa dia hindari, enam belas tahun, -enam belas tahun lamanya mereka terlihat layaknya orang asing. Selama itu pula mereka tidak tahu kabar masing-masing. Mereka seolah hidup di dunia yang berbeda. Berjauhan layaknya langit dan bumi. Padahal aslinya mereka sedekat rambut dan kulit kepala.

"Le, kau benar-benar cengeng sekarang!" seloroh Neron. Setelah kembali melepas pelukan, tubuh Leo dia rangkul dari samping. Adiknya itu menunduk dan sibuk menghapus air mata yang masih berjatuhan. "Astagaaa Le, udah! Ayo masuk, masih ada kejutan di dalam!"

Leo yang sesegukan mengangguk kecil. Lidahnya bahkan seolah kelu untuk sekedar menanyakan kejutan apa yang Kakak ketiganya itu maksud. "K--kak.." Kali ini Leo benar-benar tidak bisa menahan diri untuk tidak terisak keras. Dia bahkan melepas diri dari rangkulan Neron. Sedetik kemudian, dia melangkah cepat untuk mendekat dan memeluk tubuh Alter, -Galilei Alter Osaka.

"Kak Al, Leo kita yang dulunya bad boy udah jadi cengeng banget. Liat tuh, nangis lagi, 'kan?" goda Neron pada Leo yang masih memeluk Kakak sulung mereka.

Alter mengangguk kaku. "Iya!" jawabnya pendek lalu melepas pelukan.

Leo menunduk. Dia sadar Kakak sulungnya itu mungkin masih menaruh rasa kecewa pada dirinya. "Maaf," lirihnya pelan.

RESILIENCE ; ||Slow Update||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang