14.

132 6 10
                                    

"Kak, jangan sekarang, aku kan tadi pingsan." Seoho mendorong dada Seokjin.

"Lu tiduran aja. Biar gue yang gerak."

"Aku lemes banget, kak."

"Iya, lu butuh tidur. Jadi bakal gue kasih tidur yang enak banget malam ini."

"Kak... mmmph..." Seokjin membungkam Seoho dengan ciuman.

"Udah, diem. Jangan banyak alasan."  Seokjin membenamkan bibirnya lagi ke mulut Seoho. "Lu pikir gue nggak sadar sama semua sinyal yang lu kasih selama ini?"

Ia langsung melepaskan t-shirtnya, melemparkannya ke lantai. Wajah Seoho spontan merah membara.

"Lu malu?" Seokjin terkekeh. "Selama ini lu abis mandi handukan doank, tidur di sebelah gue pake celana dalam doank, nggak pernah malu."

Direnggutnya t-shirt Seoho sampai terlepas. Seoho tidak melawan. "Sekarang liat gue nggak pake kaos doank, lu malu?" Seokjin membenamkan giginya di leher Seoho. Menghisap dengan kencang.

"Ngh... kaget aja, Kak." Kedua tangan Seoho membelai leher Seokjin. "Dulu kak Seokjin nggak kasar gini."

"Gue bisa ganti gaya sesuai yang lu suka." Tangan Seokjin kembali menyelinap kedalam celana Seoho. "Lu suka yang gimana?" Seokjin mulai menggigiti bagian leher Seoho yang lain.

"Kayak gini... mmmh... nggak apa-apa." Seoho menggeliat.

"Oke." Seokjin menggumam. Mulai melancarkan jilatan, kecupan dan gigitan ke tulang belikat Seoho, bahunya, dadanya.

Makin turun, dibetotnya celana Seoho hingga semuanya terlepas dalam satu tarikan. "Eugh!!!" Ia mendengus. Suka dengan apa yang dilihatnya.

Belum sepenuhnya tegang, tapi sungguh terasa pas di tangannya. Ukurannya, teksturnya, warnanya. Begini saja sudah membuat Seokjin terengah berusaha menahan birahinya.

Ia tidak mau berlama-lama. Langsung merendahkan badannya, dan melayangkan jilatan pertama.

Seokjin tidak mau kejadian di Jepang berulang, jangan kasih waktu buat makluk sialan itu muncul lagi di pikirannya.

"Eungh..." Seoho mengerang.

Seokjin terus menjilati. Tidak bisa berhenti. Seoho begitu memabukkan.

Senyumnya mengembang. Imajinasinya melayang liar. Seoho belum begitu nyaman, karena itu membutuhkan waktu sedikit lama sampai sepenuhnya ereksi.

Tapi Seokjin selalu penuh kesabaran. Dan sekarang ia sabar menanti apakah nanti organ tubuh di tangannya ini warnanya akan semerah wajah Seoho sekaramg. Apakah ia akan bisa menggenggamnya dengan satu tangan atau dua. Apakah akan muat seluruhnya di dalam mulutnya.

Perlahan lidahnya menyelinap ke rekahan di ujungnya dan cairan bening menyesap.

Seokjin meringis kesenangan, menatap Seoho yang balas menatapnya dengan mata setengah tertutup. Kedua tangannya mencengkeram seprai. Lidahnya sedikit keluar di pojokan bibirnya yang kini membengkak. "Kak... jangan berhenti..."

Sialan, dipanggil dalam desahan begitu Seokjin makin lupa daratan.

Ia menarik napas panjang, langsung membenamkan wajahnya di perut bawah Seoho. Menggeram puas saat menyadari ternyata seluruhnya bisa masuk memenuhi mulutnya.

Masih kenyal, tapi sudah keluar pre-cum. Seoho jauh lebih antusias buat hubungan intim daripada yang ia tunjukkan kepada Seokjin.

Napas Seokjin mulai teratur, berirama dengan gerakan kepalanya naik turun, dengan tangannya yang melingkari batangnya. Menikmati sensasi anggota tubuh mungil itu semakin keras terasa, makin memenuhi ruang di mulutnya, makin menekan jalur napasnya. Rasanya, aromanya, segala sensasi membanjir.

Dinner Days [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang