5. Rice Porridge

127 7 14
                                    

"SEOHO!!!"

"Iya Hak, apaan? Gue disini. Ga perlu teriak-teriak." Seoho mengangkat kepalanya dari meja makan, lalu membaringkannya lagi.

Geonhak menghambur ke arahnya, menepuk-nepuk tangannya, pipinya, menempelkan tangan di dahinya. "Lu nggak kenapa-kenapa?"

"Lu yang kenapa? Gue baik-baik aja."

"Gue dikabarin Keonhee katanya lu pingsan di pertandingan sepak bola antar jurusan?!"

"Ngarang! Dasar Keonhee drama. Gue cuma sempet blackout, makanya gue udahan duluan."

"Blackout itu kan versi mininya pingsan, bego!"

"Gue udah ke rumah sakit minta vitamin. Gue udah beli makan malam juga nih." Seoho mendelik. "Gue tau caranya ngejaga diri sendiri. Jangan perlakuin gue kayak anak kecil."

Pelan-pelan Geonhak duduk di sebelah Seoho. Ia sudah hapal gelagat ini, Seoho sakit karena stress. Selalu ada yang tidak berubah sejak kecil. "Gue cuma khawatir, Ho."

Seoho mengusap wajahnya, jelas ia mulai kepayahan. "Makasih udah perhatian sama gue, Hak."

"Mana kak Seokjin lu?"

"Kerja."

"Dia nggak tau lu sakit?"

"Gue yang nggak kasih tau dia."

"Lu sakit karena segitunya ngurusin dia. Sampe bikinin bekal. Ikutan begadang. Sekarang dia harus gantian donk ngurusin lu."

"Janganlah. Dia juga udah nggak bisa ngapa-ngapain karena proyek di kantornya."

"Masa' segitunya banget sampe cuma jenguk lu lima belas menit aja nggak bisa?"

"Pokoknya gue nggak mau dia tau. Udah. itu keputusan gue." Nada suara Seoho mendadak naik, membuat Geonhak hanya bisa menghela napas kesal.

Seoho melanjutkan dengan suara gemetar. "Lagian gue sebenernya lebih kepikiran sama nilai gue sih, Hak. IPK gue semester lalu jelek. Proposal proyek besar gue buat semester ini direvisi habis-habisan."

Geonhak akhirnya menggenggam tangan Seoho. Sedikit panas. "Ho, IPK lu diatas tiga. Nilai lu paling kecil B, B-minus aja nggak pernah."

"Lu juga masuk kualifikasi buat ikut proyek kerjasama alumni lu itu kan, yang lu kasih tau kemaren. Artinya extra point tuh buat kelulusan nanti."

Rahang Seoho menegang. Geonhak menegakkan punggungnya. Ini waktunya perang mental.

"Tapi kakak gue IPK nya nyaris 4, magna cum laude. Papa sama Mama..."

"Kakak lu kuliah di luar negeri. Kurikulum beda, sistem pendidikan beda. Ortu lu juga nggak pernah banding-bandingin lu sama kakak lu kan? Apa pernah mereka ngejelekkin jurusan animasi dibandingin jurusan arsitek?"

"Tapi liat donk yang kakak gue capai. Galeri yang dia desain sampai dapat award, diliput media..."

"Seoho. Tiap orang punya pencapaiannya sendiri-sendiri. Waktu lu cuma belum tiba aja. Bisa nggak lu sabar sedikit?"

"Kenapa sih lu keras banget sama diri lu sendiri? Nggak nilai, nggak pacar, nggak olahraga, lu tuh terlalu keras ngejar semuanya..."

Geonhak meraih mangkuk berisi berisi bubur di hadapannya. "Ini lagi, ngakunya bisa jaga diri tapi makannya nggak dihabisin."

"Nggak enak. Pait."

"Ya itu karena lu sakit." Geonhak langsung menyuapi Seoho, yang seperti anak TK menurut saja langsung membuka mulutnya setiap ada sendok berisi bubur di depan bibirnya dan menelan setiap suapan sampai akhirnya habis.

Dinner Days [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang