"Pak! Pak Namjoon!"
Seoho tersentak mendengar suara yang sangat ketara nada putus asa di dalamnya.
"Pak! Tolonglah. Jangan seperti ini sama tim kami."
Di kejauhan Seokjin dan Namjoon bersitegang di dekat jajaran mesin untuk men-tap kartu pegawai.
Hari sudah hampir berganti, dan lobi gedung kantor ini sudah gelap. Hanya beberapa lampu downlight di tiang menyala untuk menerangi petugas keamanan dan kebersihan yang sesekali lewat.
"Memang ada masalah apa lagi?" Namjoon sudah mencanglong tas dan mengenakan coat, jelas akan pulang. Terlihat kesal dengan kelakuan Seokjin.
"Pak Namjoon tau masalahnya." Seokjin memukul-mukul layar tabletnya. "Bisa-bisanya Pak Namjoon approve permintaan pusat buat mengubah desain lagi seperti ini? Ini sama saja kerja dari awal lagi pak. Semua konsep berubah."
"Memungkinkan kan dikerjakan sebelum deadline?"
"Ya nggak mungkinlah pak. Kita sebulan ini yang selesai cuma syuting buat iklan tv, proses editing saja belum selesai. Jimin udah mati-matian ngatur supaya desain iklan cetak, brosur dan kelengkapan promo lain bisa kita kerjakan simultan biarpun hasil akhir iklan tv nya aja nggak tau seperti apa!"
"Bahkan sebenarnya proyek sebesar ini cuma dikasih tiga bulan aja nggak masuk akal, Pak. Kalau iklan tv nya mendadak diubah begini, semua berubah. Tapi deadline nggak dimundurin?"
"Kamu ada meeting kan sama mereka?"
"Pak, mereka minta meeting jam 2 pagi. Tolong lah pak, saya sudah disini dari jam 8 pagi. Saya juga butuh tidur."
"Oh, tumben." Namjoon memasukkan kedua tangannya ke saku celana. "Pacar baru kamu nggak bisa bikin kamu bangun sampai pagi? Kayak saya..."
Seoho mengerutkan dahinya. apa-apaan? Refleks ia bangkit dari duduknya.
Tiba-tiba Namjoon melirik ke arahnya. Matanya begitu dingin. Seoho langsung merinding.
"Awh, ternyata orangnya ada disini." Namjoon terkekeh,
Kini Seokjin juga melihat ke arah Seoho. Dengan cepat ia berpindah, menutupi pandangan Namjoon dari Seoho dan meneruskan kata-katanya seakan Namjoon tidak pernah menyinggung hal lain.
"... tentang permintaan klien ini, tim nggak akan sanggup buat..."
"Kalau tim nggak akan sanggup mengerjakan, ya kamu komunikasikan pada klien waktu meeting nanti itu." Namjoon memotong Seokjin dengan kasar.
"Itu kerjaan kamu kan. Dibayar buat menghubungkan komunikasi antara klien dan tim produksi."
Seokjin terdiam. "Tapi ini kan... Pusat sudah..." Ia mengusap wajahnya dengan tegang.
Namjoon menepuk punggungnya, tanda pembicaraan mereka usai. "Atur aja sama kamu. Mulut kamu itu kan paling manis sekantor ini. Masa' cuma minta mereka membatalkan konsep baru aja nggak bisa."
Ia mentap kartunya, gerbang terbuka. Alih-alih menuju pintu keluar, ia berjalan lurus ke arah Seoho.
"Kamu kok familiar ya?" Tanpa sapaan pembuka ia langsung berbicara pada Seoho.
"Malam Pak Namjoon. Ya kan kita pernah ketemu beberapa kali waktu aku magang di perusahaan bapak."
"Bukan itu. Muka kamu, ngingetin aku sama seseorang."
"Ah? Siapa?"
Namjoon mengedikkan kapalanya. "Nggak ingat. Lupakan saja." Ia melirik ke Seokjin yang sedang mentap mesin dengan panik. "Urus tuh pacar kamu yang benar. Semenjak dia sama kamu dia jadi kurang profesional. Bosnya sedang memimpin rapat, dia malah pergi dan nggak balik lagi. Masih untung dia nggak dilepas dari proyeknya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dinner Days [COMPLETED]
Romance⚠️ 21+ 🔞🌚 Underage jangan baca ⚠️ Tidak ada bento. Seokjin dan Seoho terlalu sibuk sampai hanya bisa bertemu saat makan malam. Tetap, orang bilang mereka couple goals. Seokjin dan Seoho juga merasa demikian. Bersama satu sama lain, benar-benar han...