Seoho melepaskan pagutannya dari bibir Seokjin. "Kak Seokjin jahat."
"Ohya? Kenapa?"
"Pas kita balikan, aku beneran mikir kalau Kak Seokjin horny berat, dan malam itu kita beneran bakal make love."
"Pervert."
"Malah aku disuruh nunggu sampe 3 bulan..."
"Babe, lu nggak bisa salahin gue buat mencoba menyelamatkan diri sendiri donk." Seokjin meringis. "Gimana kalau lu beneran masih posesif? Gue nggak mau kasih segalanya lagi cuma buat dikata-katain dan digebukin."
"Dan dalam 100 hari kita balikan, berapa kali aku posesifin Kak Seokjin?"
"Sekali? Dua kali?"
Seoho tertawa kecil, melingkarkan tangannya di dada Seokjin, menariknya mendekat ke dirinya. "Gagal jadi pacar impian, tapi akhirnya tetap dikasih." Pelan-pelan giginya membenam ke bahu Seokjin. "Baik banget emang pacar aku ini."
Seokjin melenguh, melirik ke serakan pakaian di lantai. Tepat di belakang pintu kamar hotel mereka.
Setengah jam lalu keduanya melewati pintu kamar itu, dengan koper kecil di masing-masing tangan.
Cuma liburan weekend yang Seokjin susun buat merayakan 100 hari mereka kembali bersama.
"Maaf ya kamarnya kecil. Cuma segini gue mampunya."
"Nggak apa-apa, Kak. Pemandangannya cantik kok." Seoho bertepuk tangan melihat pemandangan laut di kejauhan melalui jendela kamar mereka. "Kita mau jalan-jalan kemana? Aku lapar."
Ia terpekik sewaktu Seokjin menariknya lalu membenamkan ciuman ke bibirnya. "Gue sih pengen di kamar aja. Pengen dimakan sama lu."
"Nggak kebalik kak?" Seoho langsung membalas cumbuan Seokjin dengan antusias.
"Nggak. Kayaknya, gue lebih suka jadi bot aja."
"Really?" Seoho mengerjap. "Ng, sebenarnya aku, biasanya top sih. Cuma kan Kak Seokjin lebih tua...ng...lebih tinggi juga...jadi...kukira..."
Seokjin terbahak, mulai melepaskan pakaiannya. "Emang kalau gue lebih tua dan lebih tinggi jadi otomatis gue top gitu?"
"Kak Seokjin enak kok diatas." Wajah Seoho merona, matanya mulai menelusuri lekukan tubuh Seokjin yang tinggal berbalutkan boxer.
"Cobain dulu gue di bawah ya. Yang pernah sama gue sih bilangnya gue mantep banget jadi bot." Seokjin meringis nakal.
Tapi Seoho cemberut. "Jangan sebut-sebut cowok lain."
"Atau?" Seokjin menggigit bibir Seoho pelan. Tangannya merayap ke balik hoodie Seoho. Nggak ada pakaian di bawahnya, hanya tonjolan otot yang membuat Seokjin mendesah.
Tangannya terus naik, hoodie ikut terangkat. Akhirnya terlepas, jatuh ke lantai.
Gantian Seoho yang mengelus pinggang ramping Seokjin. Telapak tangannya yang kasar karena latihan beban membuat Seokjin menggeliat kegelian.
Seokjin menggigit bibirnya sewaktu tangan itu terus naik, lalu mengelus lehernya dengan gerakan melingkar. "Atau, aku nggak akan bermanis-manis lagi kayak biasanya."
"Gue nggak butuh yang manis di tempat tidur."
Seoho mulai menghisap tengkuk Seokjin. "Beneran? Be careful. I'll eat you alive."
Seokjin mencakar dada Seoho. Mengejek. "Nggak percaya. Selama ini lu pasif. Buktiin."
Rengkuhan di pinggang Seokjin mengencang, langkah demi langkah ia diarahkan ke tempat tidur. Hingga dorongan di dadanya membuat Seokjin tersungkur ke kasur, dan Seoho membalikkan tubuhnya, meremas bokongnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dinner Days [COMPLETED]
Romance⚠️ 21+ 🔞🌚 Underage jangan baca ⚠️ Tidak ada bento. Seokjin dan Seoho terlalu sibuk sampai hanya bisa bertemu saat makan malam. Tetap, orang bilang mereka couple goals. Seokjin dan Seoho juga merasa demikian. Bersama satu sama lain, benar-benar han...