seven

2.3K 292 7
                                    

Kaina baru saja sampai rumah dan langsung mendapati Rania yang saat ini terlihat tengah santai mengajak main Kayl di taman. Fyi keadaan taman jelas terlihat dari connecting door antara taman dengan ruang tamu yang terbuat dari kaca tebal transparan.

Kedua ciptaan tuhan itu begitu asik bermain bola tanpa menyadari kehadiran Kaina.

Merasa terabaikan, Kaina berdehem cukup keras yang mana langsung menyadarkan keduanya terlebih Rania.

Namun bukannya menyambut Kaina, Rania justru malah menuntut penjelasan padanya.

"Yailah pantes aja lo gue panggil gak nyaut-nyaut? Ternyata baru balik. Btw abis kemana lo baru balik jam segini?"

"Dari mall. Kenapa lo gak ngabarin gue mau kesini? Kan biar gue bisa cepet pulang tadi."

"Hp gue lowbat, gak bisa ngabarin lo jadinya. Lagian kenapa si? Santai aja kali Kay. Btw lo gak bareng supir? Sama siapa lo?"

"Tadinya sendiri."

"Tadinya? Terus lo jadi berdua gitu? Atau gimana? Sama siapa deh?"

Rania terus bertanya saking penasarannya. Pasalnya Kaina tidak biasa seperti ini. Saat ini gadis berketurunan Tionghoa itu memutuskan untuk mengikuti Kaina yang pergi mulai menaiki tangga menuju kamar. Kayl? Jelas mengikuti Kaina.

"Jergion. Sempet ketemu sih tadi."sahut Kaina kelewat santai namun tidak dengan respon yang Rania berikan.

Bagaimana tidak? Kaina yang biasanya malas dengan eksistensi laki-laki baru dikenal itu kini justru berbanding terbalik? Jergion termasuk baru dikenal bukan? Toh lelaki itu kan murid baru di kelas mereka.

"Lo sama Jergion? Kok bisa?!"heboh Rania mulai menduduki diri ketika sampai di dalam kamar Kaina. Menarik salah satu bantal milik gadis yang lebih muda itu untuk dia peluk.

"Y-ya bisa? Kenapa si?"

"Kenapa? Lo bilang kenapa?! Jelas aneh lah Kay. Semenjak putus dari si berengsek lo kan jaga jarak banget sama cowo? terlebih yang baru aja dikenal kaya Jergion itu."

"Biasa aja lah Ran. Toh gue sama dia kan juga gak sengaja ketemu? And then Jergion juga ada nolong sesuatu ke gue tadi."

Rania mengerutkan keningnya jelas.
"Nolong sesuatu? Maksud lo gimana? Lo hari ini kenapa si sebenernya?"

Kaina terkekeh. Rania terlihat panik banget keliatannya?
Kalau begini apakah dia harus menceritakan semuanya pada Rania? Hitung-hitung membuat sahabatnya itu kembali merasa tenang. Baiklah...

"Gue sempet ketemu Vino di gramed waktu gue lagi sibuk pilih stabilo. Gue juga sempet cek cok sama dia dan berakhir ricuh maybe? And yups waktu keadaan mulai chaotic Jergion tiba-tiba aja dateng entah kapan dan dari mana yang jelas di sana Jergion belain gue. Mungkin dia juga mulai risih kali ya ada kekacauan di tempat yang seharusnya itu tenang?"

"Wait-jadi maksud lo Jergion itu dateng dan langsung belain lo dari si berengsek Vino? Emang apa aja yang si berengsek itu lakuin ke lo sampe gramed kacau?"

"Sebenernya gak kacau banget si cuma agak berisik lah. Si Vino bilang gue ini lah itu lah ya you know lah?"

Rania paham maksudnya. Vino memang berengsek! Bisa-bisanya dia ngata-ngatain sahabat kecilnya dengan hal yang tidak sepantasnya! Bangsat memang!

"Ck udahlah Ran jangan bahas lagi. Gak mood gue kalo diinget lagi."

"Iya iya dah sorry. Yang jelas sekarang lo udah jelasin semuanya kan? Sana lo mandi! Udah sore ini."

"Ya emang ini gue baru mau otw mandi?"

"Oh yaudah gue mau main hp dulu dah."

Dengan santai Rania membaringkan tubuh di atas kasur empuk Kaina. Kedua kakinya naik dan di tekuk dengan lengan mulai sibuk mengutak atik ponsel mencari hal seru di sana. Biarlah Rania asik dengan dunianya sambil menunggu sang sahabat selesai mandi.

[END] Muak | NoMin GSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang