eight

2.2K 265 9
                                    

Keadaan kelas cukup ramai akan suara anak muridnya. Maklum, saat ini starlight school sedang diberikan kebebasan dalam jam belajar kecuali bagi kelas 12 yang dikarenakan mereka harus menjalani uji kompetensi sebagai salah satu syarat akan kelulusan. Harusnya diliburin gak si? Dari pada mereka di suruh masuk sekolah tapi tidak belajar kan percuma.

Seperti contohnya kelas 11 internasional ini. Rata-rata kegiatan mereka hanyalah bercanda. Berkumpul membuat kubu masing-masing. Ada yang nyanyi, bahas arisan, menggosip, tidur, dan ada juga yang mengobrol santai sambil ngemil. Baca buku? Oh jelas tidak. Kelas 11 internasional ini tidak serajin itu untuk membaca buku. Mereka membaca kalau memang butuh saja. Haha jangan di contoh tapi tak apa itu suatu kebebasan. Percuma baca buku namun tidak niat itu hanya sia-sia bukan? Ilmu nya tak akan masuk.

Oh bagaimana dengan Kaina dan Rania? Apa yang sedang mereka lakukan sekarang di saat-saat jam yang terbilang santai ini? Kedua sahabat itu hanya duduk diam di kursi masing-masing hanya Rania berpindah tempat. Gadis berketurunan Tionghoa itu menggeser kursinya mendekat kearah Kaina yang jaraknya lebih dekat dengan jendela dan tentunya juga ac kelas.

Kaina dan Rania sedang asik mengobrol hal random termasuk membuat planning untuk nanti sepulang sekolah mereka ingin melakukan apa.
Namun itu sudah lalu setelah beberapa menit yang lalu Gavin-kekasih Rania itu datang dan ikut bergabung membuat Kaina menghela napas malas. Bukan tidak suka, hanya saja terkadang Rania akan sibuk berpacaran dengan Gavin sampai lupa akan kehadirannya diantara dua sejoli itu.

"Gue pindah aja gak si? Berasa bayangan gue diabaikan begini sama kalian."sindir Kaina tepat sasaran yang mana membuat dua pasangan kekasih itu tersenyum lebar dengan wajah polos yang menyebalkan.

Kaina merengut kesal. Apa mereka lupa kalau posisi saat ini masih di dalam kelas? Setidaknya tolong ingat masih ada Kaina berada di tengah-tengah.

"Sorry Kay. Lagian lo gue suruh cari cowo gak mau terus?"

"Ran?"ucap Gavin mencoba mengkode agar kelasihnya itu tidak melanjutkan ucapannya. Dirinya tahu alasan Kaina tidak ingin berpacaran kembali itu karena suatu hal yang Rania juga pernah ceritakan padanya.

Gavin tidak masalah. Gavin tidak akan menjudge Kaina karena Gavin cukup sadar bahwa gadis itu hanyalah korban keberengsekan Vino.

"Haduh iya-iya sorry Kay gue gak maksud."sesal Rania saat menyadari kalau dirinya tidak harus mengungkit permasalahan itu saat ini. Sekarang Rania jadi merasa bersalah pada sahabat manisnya itu.

"Gak papa, lupain aja Ran."Kaina tersenyum mencoba membuat sahabatnya itu merasa santai kembali. Rania terlihat begitu panik barusan. Merasa sebersalah itukah dia? Padahal bagi Kaina itu bukanlah hal yang serius untuk dipikirkan. Tak apa itu tandanya Rania benar-benar perduli padanya bukan?

"Udah-udah. Btw soal turnamen basket yang sekolah adain mulainya bulan besok. Rencana gua mau undang kalian berdua. Kalo Rania sendiri kasian dia gak ada temen. Lo ikut ya Kay? Anggap aja healing."

"Bulan besok? Tanggal berapa acaranya? Belum ada info dari sekolah soal tanggal turnamennya."

"Itu emang belum di publish sekolah. Ini spesial gua pablish ke kalian berdua lebih dulu."

"Berarti masih rahasia? Emang boleh gitu ya? Nanti kalo ketua lo tau terus marah gimana?"

"Tenang itumah. Jergion gak akan marah."

Mendengar nama Jergion entah kenapa Kaina jadi penasaran.

"Jergion? Bukannya ketua basket itu kelas dua belas teknik ya?"

"Bang ginting? Dia mah udah lengser. Kelas 12 harus fokus untuk kelulusan, mangkanya itu diganti ke Jergion. Lagian Jergion ada bakat gede di basket. Cocok dia jadi ketua. Sebelumnya juga dia udah banyak menang pertandingan."

[END] Muak | NoMin GSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang