fourteen

2.2K 291 18
                                    

Ada yang tidak beres. Kali ini Jergion benar-benar tidak mengerti apapun. Sedari pagi sampai sekarang Kaina tidak sekalipun bicara padanya. Jangankan berbicara, noleh sedikit saja tidak.
Ditambah Rania yang juga bertingkah sama seolah-olah mereka tidak mengenalkannya. Ada yang tidak beres.

Tidak hanya Jergion yang merasakan perbedaan kedua gadis itu, karena nyatanya ke-4 temannya pun merasakan hal yang sama.

Kumpul di rooftop yang mana itu mereka jadikan tempat nongkrong jika di sekolah.
Tidak ada yang melakukan kegiatan lain selain berpikir sambil membicarakan permasalahan saat ini. Gavin yang pacarnya Rania juga dijauhi olehnya.

"Kenapa si mereka? Sumpah gak paham gua."

"Gak beres anjir. Ini gua gak tau apa-apa tiba-tiba kena marah."

"Ya emang lo doang apa Ris? Gua juga sama anjir."

"Argh gak jelas! Lo ada buat salah kali Gav?"

"Gak ada, apaan anjir? Tadi pagi sebelum berangkat masih sempet gua chattan!"

Mereka terlihat frustasi. Jergion tidak membuka bicara. Posisinya berdiri pada tepi pembatas rooftop. Matanya lurus menatap entah kemana dengan pandangan kosong.

"Lo ada salah apa gitu Jer ke Kaina? Ini masalahnya ribet anjir. Tuh dua orang saking kompaknya ngambek aja barengan."

Jergion diam tidak menggubris perkataan Haris padanya. Dia sendiri bingung karena merasa tidak ada salah apapun. Kemarin dan tadi malam masih baik-baik saja chattan bahkan sempat video call.

"Argh anjing gak jelas."
Terdengar dengusan kesal dibarengi oleh umpatan yang berasal dari Malvin dan Haris.

"Udahlah lupain aja bentar. Ini kita dari tadi udah mikir apa juga gak tau salah dimana. Paling nanti juga baik sendiri."

"Beda Yos. Nih dua orang gak pernah kalo marah sampe segininya. Mereka biasa marah paling ngegas, gak sampe diem gini."

"Ya itu Rania, yang marah ngegas. Lah kalo Kaina? Lo emang pernah liat dia marah? Hidupnya penuh senyum, sekali marah gini ngeri gua. Hawanya gak enak sumpah!"

"Udah Jer sini dah lu. Gak usah diri terus di situ. Ngeri lu kesambet gua."

Jergian menghela napas. Melangkah dan memutuskan duduk di kursi bekas samping Gavin. Gak ada titik cerah dari awal permasalahan. Jergion lebih baik diam saja dulu dan melupakan keadaan sebentar seperti apa yang Yosavin bilang.

Mungkin nanti Jergion ingin meminta waktu Kaina sebentar untuk menjelaskan apa yang terjadi? Sepupang sekolah, semoga saja gadis itu mau.

...
MUAK
...

"Nanti deh gue ke rumah lo Kay. Balik dulu gue mau ganti baju."

"Kan ada baju lo di rumah gue?"

"Untuk ntaran aja itu, kalo gue nginep biar gak ribet."

Kaina mengangguk saja mengiyakan. Ini sudah bel pulang, keduanya mulai berjalan ke arah parkiran.
Saat memisah, Kaina tercegat oleh Jergion. Apa ini hal yang buruk atau justru hal yang baik?

Jergion terdiam memperhatikan dengan ragu wajah Kaina yang terlihat tidak senang. Gadis itu memasang wajah malas dan terlihat kesal tak berekspresi.

"Kay, ada yang mau gua omongin."

"Gue sibuk. Minggir."

Jergion menahan. Posisi saat ini memang tubuhnya sengaja menghalangi pintu mobil kemudi milik Kaina. Hari ini gadis itu memang memilih membawa mobil sendiri bersama Rania yang menumpang.

[END] Muak | NoMin GSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang