Bab 2

382 35 2
                                    

"Tunggu!!"

Teriakan seseorang terdengar menggema di dalam ruangan, menghentikan tangan Satri yang hampir mengetuk palu keputusan.

Semua sorot mata menatap ke arah remaja laki-laki berseragam akademi, lengkap dengan almamater hitam dan lencana berbentuk huruf N di dalam logam berwarna putih. Seragam khusus Akademi Nova, satu-satunya SMA bergengsi di Kota Arcent. Dengan jumlah murid yang hampir menyentuh angka seribu.

Remaja itu melangkah dengan santai menuruni tribun. Kemudian, melompat turun ke tengah aula. Tiga remaja yang mengikutinya hanya sampai di akhir batas tribun.

"Siapa kau? Siapa yang mengijinkanmu untuk menghentikan persidangan?" Sarkastis dari hakim bertubuh sedikit gempal dengan kumis tipis di atas bibirnya.

Laki-laki itu berhenti tepat di samping Reina yang menatapnya bingung. "Maaf, Hakim. Sebelumnya perkenalkan saya Elvano Haden, Ketua Astakona dari Akademi Nova. Hukuman yang dijatuhkan pada Reina, saya menolaknya. Memang benar jika dia merupakan gadis unik yang sangat langka. Kalian pasti menganggapnya sebagai musuh. Tapi, kali ini saya menawarkan sesuatu. Bagaimana jika Reina diawasi lebih dulu? Dengan memasukkannya menjadi salah satu anggota ekskul Astakona, saya sendiri yang akan mengawasinya. Jika dalam kurun waktu satu bulan, dia melakukan apa yang dituduhkan dan laporan saya tertulis hal demikian, maka hukuman mati akan dijatuhkan pada Reina."

Hah?!! Reina menoleh, poni yang disematkannya di telinga, kini satu persatu jatuh menutupi matanya. 

Apa yang dia bicarakan? Menyelamatkanku atau malah membunuhku?

Bisikan tidak terima mulai terdengar, namun tidak ada yang berani mengucapkannya dengan lantang. Satri, hakim utama mulai merenung karena untuk pertama kalinya dia mendapatkan kasus seperti ini dan di sidang perdananya.

Jika Reina tidak memiliki kekuatan sama sekali dan tuduhan yang mengarah padanya terkait penyusupan, maka dia akan dijatuhi hukuman mati. Namun, kali ini sangat berbeda. Reina memiliki sesuatu yang unik yang sangat langka di Kota Arcent. Bagi Satri, keberadaan Reina menjadi tombak bermata dua yang kapanpun bisa menusuk kota ini.

"Baiklah. Saran diterima. Jangka waktu satu bulan dan setiap seminggu sekali, kau harus membuat laporan dan menyerahkannya langsung pada pengadilan. Setuju?" putus Satri.

Elvano mengangguk mantap. Meletakkan tangan kanannya di dada kirinya, kemudian sedikit membungkuk. "Sesuai yang Anda minta."

Satri menggenggam palu di samping tangan kanannya, bersiap memutuskan. "Dengan ini, Reina Vidya secara khusus akan menjadi anggota Astakona dan diawasi oleh Elvano Haden. Semua tindakannya akan dipantau dan dilaporkan. Jika dalam waktu sebulan, Reina tidak melakukan apa yang dituduhkan hari ini, maka dia bebas. Sebaliknya, jika dia benar-benar bersalah, hukuman mati akan dijatuhkan padanya."

Tok!

Selesai. Keputusan hakim tidak bisa diganggu gugat. Para penonton yang kecewa hanya bisa menggerutu dan mulai meninggalkan ruang persidangan. Tiga remaja yang mengikuti Elvano, satu per satu melompat turun dan menghampiri ketua mereka.

"Apa tujuanmu, ha?" Reina memicing, menatap dari balik poni rambutnya.

Elvano menghadap ke arah Reina, sedikit menunduk, menatapnya yang lebih pendek darinya. "Mudah saja. Memberimu kehidupan selama sebulan. Bukankah kau ingin mencari orang tuamu?"

Diam. Reina masih tidak mengerti jalan pikir laki-laki di depannya yang kemungkinan lebih tua darinya.

"Kau bisa mencari orang tuamu mulai besok. Untuk hari ini, istirahatkan tubuhmu. Ta, pinjam rumahmu, ya?" Elvano melempar pertanyaannya pada seorang gadis kuncir kuda yang memiliki tinggi hampir sama sepertinya.

ASTAKONA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang