Bab 29 [END]

377 28 9
                                    

Terio mematung. Kejadian lima tahun yang lalu, aib yang selalu ditutupinya, usahanya untuk menghapus kasus itu agar menjadi kasus yang tidak dapat terpecahkan, kini semuanya terbongkar. Satri, selaku hakim kedua yang duduk di sebelah Argi mencatat di kertas, reaksi Terio dan isi dari video itu.

Video terus berjalan. Reina duduk menyandarkan punggungnya menatap rak berisikan gelas ukur dan puluhan buku.

"Biar aku jelaskan kenapa tidak ada banyak darah di tempat ini. Kemungkinan semua anggota dibunuh untuk sementara atau mungkin hingga enam tahun kedepan oleh Terio. Saat tahu dari temanku kalau Tim Abbey meneliti dua hal, yaitu tentang air untuk mengawetkan manusia dan cara menyalurkan kekuatan pada sebuah benda. Sayangnya penelitian pertama tidak ditemukan data yang signifikan dan itu hanya ada di kalangan ilmuwan. Aku mulai curiga, bagaimana jika anggota tim itu diawetkan dan masih hidup sampai sekarang?

"Sayangnya aku belum bukti untuk itu. Tapi, malam ini aku akan menyelesaikan semuanya. Lalu, penelitian kedua tentang menyalurkan kekuatan pada benda. Penelitian itu tidak berhasil. Bahkan tidak pernah berhasil dari sekian banyak percobaan. Kemudian aku mendengar cerita kalau kau bisa menyalurkan kekuatanmu, pertanyaan di kepalaku saat itu 'bagaimana bisa'. Aku menyimpulkan kalau kau bukanlah menyalurkan kekuatan, melainkan menciptakan sebuah alat untuk menyemprotkan air yang ketika air itu keluar maka benda tajam yang tersembunyi juga keluar. Dan, benda itu adalah tongkat yang selalu kau bawa kemana pun. Kakimu sama sekali tidak sakit, tapi kau memakai tongkat agar tidak ada yang curiga."

Reina mengangkat tangan kirinya menekuk jari tengah hingga kelingking, seakan memperagakan sebuah pistol. "Di pegangan tongkat itu terdapat sebuah tombol. Ketika ditekan, air akan mendorong belati itu keluar bersamanya. Sudah pasti, orang yang tertusuk akan mati. Cara kerjanya mungkin hampir mirip seperti senapan atau pistol. Aku rasa kau juga membuat tongkat lainnya, mungkin diameternya lebih besar jadi kau bisa leluasa menyimpan belati dengan ukuran yang lebih besar di dalamnya.

"Dengan begitu, kau bisa dengan cepat membunuh orang yang tidak kau sukai. Apalagi kau itu sangat bodoh. Kenapa kau tidak melimpahkan semua kejahatanmu ke salah satu dari mereka yang kau habisi? Dengan begitu, kau akan bebas dari tanggung jawab. Tapi, ya, kau malah menanggungnya sendiri. Apa kau tidak berpikir sejauh itu? Ah, atau mungkin kau berpikir tidak akan pernah ketahuan?" kekeh Reina di akhir kalimatnya. Dia mengayun-ayunkan kakinya yang tidak bisa mencapai lantai karena kursi yang terlalu tinggi. Kemudian melompat turun.

"Baiklah. Sekarang waktunya menjadi harta karun. Aku merasa ada yang disembunyikan di sini. Jika tidak, kenapa Terio begitu melindungi tempat ini." Reina berjalan mengitari ruangan, menghilang dari sisi kiri kamera kemudian muncul dari sisi kanan. Dua kali dia berputar mengelilingi ruangan, akhirnya dia berhenti dan mengambil kamera. Membawa kamera itu bersamanya membuat guncangan ketika dia mengangkat dan mengubah arah kamera agar semua yang dilihatnya bisa tergambar jelas di kamera.

"Jika Terio muncul dari pintu, apa yang pertama kali dia lihat?" Reina menggerakkan kamera ke kanan lalu ke kiri dengan pelan. Melakukannya beberapa kali kemudian kamera berhenti tepat ketika mengarah ke sebuah rak tunggal yang berdiri sendiri, jauh dari rak lainnya. Dan yang ada di rak itu hanya buku-buku bersampul cokelat.

"Itu dia." Kamera berjalan mendekat. Tangan Reina muncul dan menarik salah satu buku yang memiliki warna cokelat terang. Suara desingan terdengar di telinga semua orang di luar video. Reina menoleh, mengarahkan kamera ke sebuah tembok yang bergerak menyamping, seakan dia menunjuk ke ruang rahasia.

"Aku baru tahu ada pintu seperti ini. Ini terlihat keren." Reina melangkah mendekat dan tidak terlihat apapun kecuali ruangan yang sangat gelap. Menarik napas dalam kemudian membuangnya dengan kasar, Reina menguatkan dirinya untuk melangkah masuk. Satu kakinya melewati pembatas pintu dan seketika lampu ruangan menyala.

ASTAKONA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang