Bab 24

165 19 0
                                    

"Kita harus cepat!" Argi berlari diantara jalan perumahan. Tersisa tiga puluh menit lagi sebelum jam sepuluh. Tara yang ikut di belakangnya hanya diam dan terus berlari. Dia bahkan tidak diberitahu akan kemana mereka.

Teringat butuh bantuan banyak orang, Argi menggenggam ponselnya dan menghubungi seseorang yang sudah pasti ada di tempat yang paling dekat dengan tujuannya. Satu kali panggilan tidak dijawab. Mencoba yang kedua kalinya, akhirnya panggilannya diterima.

"Ada apa?"

"Kau masih di lab, Leon?"

"Tentu. Baru akan beberes dan pulang. Kenapa?"

"Jangan pulang!! Pergilah ke Akademi Nova, sekarang!!! Aku akan segera menyusul."

"Hah?!! Apa yang sedang kau bicarakan? Ini sudah malam, tidak ada siapapun di sana."

"Ada! Di sana ada orang! Kau ingat kasus Tim Abbey? Pelakunya sudah ketemu dan kita harus segera meringkusnya sebelum dia menghilangkan jejaknya lagi!!"

"Kau serius?!!"

"Ya!! Jangan sampai ada korban lagi. Cepatlah pergi ke akademi!!"

Tut!!

Panggilan diakhiri sepihak. Argi menyimpan ponselnya dan mempercepat larinya. Dia belum cukup tua untuk berlari. Dia harus kuat karena yang akan dipertaruhkan adalah nyawa orang lain.

Malam ini 'dia' akan beraksi lagi. Siapapun yang mengetahui tentangnya akan dihilangkan dari dunia ini. Gadis kuncir kuda di Gang Anyelir yang biasanya pulang jam delapan malam. Laki-laki berambut sedikit pirang selalu pulang kurang dari jam delapan, tinggalnya di Perumahan Clover. Lalu, laki-laki yang tinggal di gang Dahlia bersama neneknya. Mereka adalah targetnya. Lalu, 'dia' juga sudah menargetkan empat lainnya. Mereka berada di ruangan bekas penelitian di perpustakaan bawah tanah Akademi Nova, 'dia' ada di sana dan sedang menyiksa salah seorang dari mereka. Sedangkan, dua lainnya terluka dan satu lagi dalam ancaman. Jika ketujuh orang tersebut tidak selamat, kasus lima tahun lalu akan kembali tertutup. Dan malam ini akan menjadi tragedi yang sama seperti lima tahun lalu.

Salam dari Reina.

***

"Lepaskan dia, Terio..." Raka memaksa dirinya untuk bangkit sekalipun harus menahan rasa sakit di perut kanannya yang tertusuk belati. Tidak jauh darinya, Vira tergeletak tidak sadarkan diri dengan luka di lengan kanannya.

"Jika saja kau tidak membelanya, kau tidak akan seperti ini." Terio berdiri dengan bertopang pada tongkat di tangan kanannya. Tidak ada rasa iba sama sekali. Dia justru menatap rendah Raka yang meringis menahan sakit.

Raka menguatkan kakinya untuk berdiri, meskipun bergetar karena tidak tahan dengan rasa sakit di tubuhnya. "Aku sudah curiga ketika kau menemui Reina di jalan gang tadi siang... Kau pasti berniat melakukan hal buruk padanya ... tak disangka akan seperti ini. Terio, kau melakukan semua ini karena kaulah pelaku kejadian lima tahun yang lalu. Kau yang menghabisi semua Tim Abbey, kan? Lalu, kau menggunakan Astakona untuk melindungimu yang merupakan pelaku. Sikap ramahmu pada kami hanyalah topeng untuk menutupi kebusukanmu. Dan, kau mengincar Reina karena dialah yang pasti mengerti semua skenariomu setelah dia masuk Astakona."

"Tepat. Sejak awal, Astakona memang kelinci yang sangat manis. Mencari sesuatu kemudian berdiskusi. Kalian bahkan tidak menyadari kalau yang ada di hadapan kalian adalah pelaku sebenarnya. Kalian sangat manis sampai gadis itu muncul dan menggetarkan kalian. Cepat atau lambat kalian pasti akan tahu pelakunya karena itu sebelum kalian tahu, aku harus melenyapkan kalian semua." 

ASTAKONA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang