Bab 28

182 21 0
                                    

Hari persidangan jatuh pada hari Rabu. Judul berita tiga hari terakhir tidak jauh dari dugaan kejahatan yang dilakukan oleh Terio. Semua hakim -termasuk Argi, memilih bungkam dan mengatakan kalau semuanya akan dibeberkan di persidangan.

Kerabat korban dari anggota Tim Peneliti Abbey, menjunjung tinggi keadilan dan mereka akan senantiasa mengikuti perkembangan kasus sanak saudara mereka hingga pelakunya dihukum seberat-beratnya.

Sidang dihadiri seratus orang dari yang biasanya dua ratus orang. Tiga tingkat tribun melingkar kini penuh dengan saksi. Aula tengah nampak masih kosong dengan tiga sorot lampu yang mengarah ke lantai. Dua layar TV besar dipasang di kedua sisi tempat hakim. Dipasang di atas agar semua orang bisa melihatnya. Tak ketinggalan, awak media yang ikut membaur diantara para saksi.

Pintu di belakang meja hakim terbuka. Tiga hakim melangkah masuk dan berdiri di belakang podium masing-masing. Sidang akan segera dimulai, suasana tribun mulai hening. Tak berselang lama, pintu jalan masuk tahanan terbuka. Dua algojo pengadilan membawa Terio masuk ke aula pengadilan. Rantai yang mengikat tangannya ditarik paksa oleh salah satu dari mereka kemudian rantai diikat ke besi yang menjadi batas podium tengah. Lalu, Terio berdiri di belakang podium, tepat di bawah sorot lampu. Dua algojo segera menepi dan berdiri di ambang pintu, sembari menjaga jalannya persidangan.

Tok!

Sekali ketukan palu, Argi mulai membuka persidangan.

"Kita mulai persidangan hari ini. Terio, berdasarkan laporan yang diterima pengadilan dan yang terjadi tiga hari lalu, kau terlibat dalam kasus lima tahun yang lalu. Kau juga melukai seseorang hingga membuatnya kritis. Selama lima tahun kau mengaku sebagai saksi, sedangkan kenyataannya kaulah yang menjadi pelakunya. Apa itu benar?" Intonasi suara Argi lebih dingin dari sebelumnya. Matanya menatap datar laki-laki seumuran dengannya yang berdiri lima meter darinya.

"Tidak. Yang kau lihat di malam itu, bukan tentang kejadian lima tahun yang lalu. Jadi, aku tidak bersalah di sini." Terio menggerakkan tangannya membuat rantai yang mengikatnya berbunyi. Dia masih bisa santai sekalipun dia baru saja keluar dari dinginnya Penjara Lizf.

"Terio, jawab pertanyaanku dengan jujur. Apa dulu kau pernah menjadi seorang ilmuwan?"

"Ya."

"Apa kau tergabung dalam sebuah tim?"

"Tidak."

"Terakhir, apa kau kenal anggota dari Tim Peneliti Abbey?"

"Tidak."

Tiga jawaban, dua diantaranya adalah salah. Argi menurunkan pandangannya menatap layar laptop yang menyala di atas mejanya. "Terio, kau berbohong soal ketidaktahuanmu tentang Tim Peneliti Abbey. Sebelum kau menjadi kepala sekolah, kau termasuk anggota Tim Abbey, kan? Apa kau dikeluarkan?"

"Aku menjawab tidak. Dari mana kau mendapatkan informasi tidak jelas itu?" sanggah Terio. Masih kokoh dengan pendiriannya, senantiasa membusungkan dada seakan tidak bersalah sama sekali.

"Kau bisa membuktikan kalau kau bukan termasuk Tim Abbey?" Argi balas bertanya. Persidangan baru saja memasuki menit ke sepuluh namun tidak ada kebenaran dari ucapan Terio yang cenderung bersembunyi dari fakta.

"Dengarkan aku. Aku memang seorang ilmuwan sejak sepuluh tahun yang lalu. Tapi, aku keluar dan memilih menjadi kepala sekolah. Semua orang juga tahu tentang itu. Oh, jika kau bertanya tentang ruangan 'itu', aku sama sekali tidak tahu. Aku hanya mendengar kabar mengerikan tentang itu dan melarang semua orang untuk mendekat," papar Terio.

"Lalu, atas dasar apa kau melakukan tindakan keji pada anak Abbey tiga hari yang lalu?" sergah Argi, mencari celah hingga Terio mengakui kejahatannya.

Terio diam beberapa detik. Setelah itu dia menjawab. "Dia melanggar peraturan akademi dengan datang di malam hari, tepatnya empat hari yang lalu. Karena hanya ruangan itu yang tidak terpakai, jadi aku menghukumnya disana."

ASTAKONA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang