Bab 27

175 18 0
                                    

"Maaf, Pak. Bisakah anda ke akademi sekarang? Pihak guru melapor telah menemukan mayat remaja laki-laki."

Suara Satri di seberang telepon, terdengar tenggelam bersamaan dengan suara warga.

"Aku akan kesana." Argi menutup panggilan sepihak, kemudian menoleh ke arah Ruri yang duduk di sebelahnya. Setelah menyimak video dari Reina, Argi menceritakan semuanya pada Ruri sesuai dengan janjinya semalam. Reaksi Ruri begitu cerita selesai, dia menangis tanpa henti.

"Kau sudah tenang?" Argi merangkul Ruri yang masih saja sesenggukan.

"Maaf, merepotkanmu," lirih Ruri.

Argi menggeleng, mengulurkan tangannya mengusap pipi istri tercintanya. "Tidak sama sekali. Hari ini mau menjenguknya? Dia masih belum sadar di rumah sakit."

Ruri mengangguk mengiyakan pertanyaan Argi. "Aku akan ganti pakaian." Dia meninggalkan Argi di ruang tamu dan masuk ke kamar.

Sembari menunggu, Argi membaca satu per satu surat yang diterimanya tiap minggu. Nama terang di surat tersebut adalah 'Abbey'. Bagi Argi, tanpa mencari pun dia tahu siapa yang mengirim surat itu yang tidak lain adalah Reina. Satu hal yang menarik perhatiannya dari sekian banyak surat di depannya adalah surat yang berisikan tentang keberadaan bangunan tua di belakang akademi. Dalam video Reina juga menyinggung bangunan tersebut, namun dia tidak bisa mencari tahunya lebih detail.

"Apa yang sebenarnya ada di sana?"

***

Pertanyaan itu terjawab ketika korban yang ditemukan di akademi tepat berada di depan bangunan tua itu. Remaja dengan seragam Akademi Nova, tergeletak tanpa kedua kaki dan polisi sudah memasukkannya ke kantong jenazah. Warga sekitar yang penasaran berdiri bergerombol di belakang garis polisi, mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Karena hari ini bertepatan dengan akhir pekan, maka tidak ada siswa akademi yang masuk sekolah. Dengan kata lain, sekolah kosong.

Polisi dan tim penyelidik ada di sana. Menjaga TKP agar tetap steril. Argi datang paling akhir. Setelah berhasil menyibak kerumunan dan melewati garis polisi, Argi tiba di depan korban, tepat di samping Satri.

"Bagaimana?" tanya Argi.

"Kemungkinan kejadiannya kemarin, sekitar jam enam sore. Kemudian, pagi tadi saksi mata melihat korban sudah tergeletak meninggal dunia. Diduga korban bernama Uki Dabi, kelas dua. Tidak ada yang tahu kronologinya, tapi..." Satri menggantung kalimatnya dan menatap bangunan tua di depannya.

Tepat di depan Argi, bangunan yang disebutkan oleh Reina dan dia berasumsi adanya binatang buas di dalam sana.

"Minta semua orang pergi dari tempat ini. Suruh polisi berjaga di gerbang luar. Aku akan menghubungi seseorang," perintah Argi untuk Satri. Kemudian, dia berbalik dan sedikit menjauh dari kerumunan. Sembari menunggu orang yang dihubunginya mengangkat telepon, Argi menatap Satri yang sedang mencoba menjauhkan warga bersama polisi.

Dengung ketiga, seseorang menerima telepon dari Argi.

"..."

"Ada satu tugas untukmu. Kau sedang bersama teman-temanmu?"

"..."

"Bagus. Datanglah ke Akademi Nova. Aku butuh satu tim. Tugas kalian, menjinakkan hewan buas."

"..."

"Aku juga berpikir ini tidak mungkin. Tapi, faktanya sudah banyak nyawa melayang di tempat ini. Aku tidak ingin ada korban lagi, jadi aku mau kalian mengakhirinya hari ini."

"..."

"Terima kasih. Aku tunggu di sini."

Panggilan berakhir dan area akademi kosong tanpa penonton ataupun polisi. Semua warga ada di luar gerbang akademi dan pihak polisi berjaga di depan gerbang untuk mencegah warga masuk ke area akademi.

ASTAKONA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang