Bab 12

177 20 0
                                    

"Terima kasih, ya. Kau sudah membantuku." Seorang ilmuwan laki-laki berkacamata dengan setelan jas laboratorium, menerima kotak terakhir dari Reina. Dia lantas menatanya di samping kotak lain yang baru selesai dipindahkan.

"Kau tidak memiliki asisten?" Reina dengan pakaian santainya berdiri di dekat pintu. Sesekali menatap ruangan serba putih di depannya.

Saat ini, dia sedang berada di gedung penelitian. Tepatnya di belakang rumah sakit. Gedung penelitian terbilang sangat luas. Berdasarkan penjelasan dari ilmuwan itu, di laboratorium itu memiliki beberapa tim peneliti dan setiap tim memiliki ruangan masing-masing. Satu tim berisi sekitar sepuluh orang. Lalu, ilmuwan di depan Reina saat ini adalah ketua dari Tim Peneliti Dome, bernama Leon. Wajahnya rupawan, umurnya mendekati 37 tahun. Rambutnya hitam, dengan warna mata yang senada.

"Teman-temanku sedang sibuk di Laboratorium. Kau suka kopi?"

"Tidak."

"Kalau gitu, kau suka es krim? Remaja sepertimu biasanya sangat suka dengan makanan manis. Masuklah. Aku akan mengambil es krim untukmu." Leon menarik kursi yang melingkar mengelilingi meja oval, tempat yang biasanya digunakan untuk rapat oleh satu timnya.

"Terima kasih." Reina melangkah mendekat, kemudian duduk di kursi. Sedangkan, Leon sudah lebih dulu membuka lemari es dan mengambil dua cup es krim.

"Letta selalu menyimpan es krim di sini. Dia juga sudah sering mengatakan kalau siapapun boleh mengambil es krim miliknya." Leon membawa es krim itu, kemudian meletakkannya di depan Reina. Satu bungkus rasa strawberry dan satu lagi cokelat.

Reina menarik mendekat cup es krim rasa cokelat, kemudian membuka tutupnya. Menggunakan sendok plastik kecil yang disediakan, Reina mengeluarkan sedikit es yang membeku di dalam wadah kemudian memakannya.

Leon duduk berseberangan dengan Reina, mengamatinya. Tidak jauh beda dari manusia biasa, begitulah pikirnya.

"Bagaimana perkembangan kasusmu? Kau sudah menemukan orang tuamu?"

Reina menatap sekilas dan kembali menikmati es krim di tangannya. "Bagaimana kau tahu?"

Leon menyentuh kacamatanya. "Aku hadir waktu itu. Padahal kau tidak terlihat menakutkan sama sekali. Kenapa orang-orang itu begitu membencimu?"

"Karena mereka tidak suka perbedaan. Apalagi warga kota ingin dipisahkan dengan Distrik Kumuh, sudah jelas kalau mereka tidak suka jika ada orang yang berbeda dengan mereka. Padahal orang-orang di Distrik Kumuh sangat ramah."

Satu es krim habis. Reina menyisihkan cup es krim dan memberi jeda untuk makan es krim yang berikutnya.

"Ah, aku rasa kau benar. Sangat benar. Aku dan timku sering keluar-masuk Distrik Kumuh. Mereka yang kami temui sama sekali tidak berbahaya. Kecuali jika memang memancing masalah dengan mereka. Bagaimana jika kau meminta bantuan mereka untuk mendukungmu agar kau tidak dihukum?"

Reina menggeleng tidak setuju. Tangannya menarik mendekat cup terakhir, menatapnya cukup lama. "Aku rasa orang-orang di tempat ini tidak akan terima. Kemungkinan buruknya, mereka bisa saja menyerang orang-orang yang berniat membelaku. Aku hanya tidak ingin melibatkan orang lain denganku."

"Sangat disayangkan waktu itu Satri yang menjadi hakim di kasusmu. Kalau saja Argi mungkin kau benar-benar akan selamat. Dia itu sering mendapatkan kasus orang-orang dari Distrik Kumuh dan semua tersangka dipulangkan dengan damai. Aku rasa jika berhadapan denganmu, kau pun pasti akan selamat. Aku akan mencoba bernegosiasi dengannya. Remaja sepertimu harusnya bisa bersenang-senang dengan teman-teman sebayamu. Bukan malah mendapat perlakuan seperti ini."

Tidak ada balasan apapun. Reina memilih diam, menikmati setiap sendok es krim yang masuk ke dalam mulutnya.

Apa aku menyinggung perasaannya? Leon mengulurkan tangannya menepuk-nepuk puncak rambut Reina. "Setelah es krimmu habis, mau berkeliling denganku? Aku akan menunjukkan padamu isi gedung ini."

ASTAKONA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang