Kecurigaan

324 32 2
                                    

Tika memandangi Arry lama. Seakan-akan Arry tidak akan lepas dari ikatan penglihatannya. Saat ini ekskul basket sedang latihan. Itu berarti tim cheers juga ikut latihan bersama.

"Gebetan baru elo Arry?"tanya seorang wanita berwajah India pada Tika, Shanaz.

"Lo pake nanya Shan. Iyalah. Wong Tika kan yang masukin Arry ke tim. Permainannya bagus juga." Bukan Tika yang menjawab, melainkan teman Tika yang lain, Merry.

"Eh tapi Tik, Arry kabarnya kayak deket gitu sama Qya. Itu, anak yang pas kelas X sekelas sama kita. Yang suka nunduk."

Perkataan Shanaz menyita perhatian Tika. Ekspresi Tika langsung berubah. "Apa lo bilang?"

"Iya. Sama Luqyana. Sering pulang bareng gitu. Ngak curiga elo? Mereka ada apa-apa, huh?" Shanaz mulai memanas-manasi.

Tika hanya diam. Memikirkan perkataan temannya ini. Masa iya, dia akan kalah pamor dengan Qya di anak aneh yang suka nunduk?

"Pelet kali dia. Ahahahahah!" Merry tertawa untuk mencairkan suasana.

"Pokoknya, pertama-tama gue perlu awasin cewek itu dulu."

**

Perpustakaan memang tempat terbaik untuk Qya saat pulang sekolah sambil menunggu Arry.

Setelah di bbm oleh Arry, Qya memutuskan untuk langsung menemuinya di parkiran mobil. Tidak mungkin kan Qya langsung mendatangi Arry di lapangan basket. Bakal menimbulkan kontroversi nanti.

Dari arah berlawanan, seseorang berjalan. Kondisi lorong saat itu sepi, hampir semua orang tidak berlalu lalang di perpustakaan yang akan tutup. Hal itu membuat Qya melihat ke depannya.

Pandangan itu bertemu. Entah kenapa bayangan hitam segera menyergap Qya. Menutup pandangannya sehingga dia tidak bisa lagi melihat apa yang ada di depannya. Qya seketika kaku. Berdiri tegak.

Sang objek yang mengeluarkan bayangan hitam itu berjalan ke arah Qya. Dalam pandangannya, Qya nampak melotot. Beku. Tidak bergerak. Tampak sangat ketakutan dan kaget.

"Ternyata kau. Kali ini aku akan melepaskanmu. Tapi kau lihat saja, tuanku akan lebih dari ini memperlakukanmu."

Bisikan lembut itu dapat di dengan Qya. Tapi dalam pendengarannya, suara itu tampak serak mengerikan. Bayangan itu lama-kelamaan mencekik seluruh badannya.

"Akkhhh... le... lepas... Lepaskan aku!" Qya hanya dapat teriak tertahan.

Srakkk...

Bayangan itu seketika terlepas dari Qya saat pria itu melangkah pergi.

Badan Qya sangat lemas. Membuatnya kehilangan kesadaran seketika.

**

"Aduh si Qya kemana sih?"

Arry memandang ke atas. Ke arah perpustakaan dari tempat parkir. Sejak dia selesai bermain basket, gadis itu belum menampakkan batang hidung. Ya walaupun dia salah sih baru membbm Qya saat dia sudah di dekat mobil.

"Aaah, itu dia baru keluar!"

Terlihat dari bawah profil Qya yang baru keluar dari perpustakaan.

"Kok lo cakep amat sih kalo nggak nunduk gitu. Apalagi mata lo. Duh mikir apa gue!" Arry berbicara pada dirinya sendiri. Tanpa dia sadari, sedari tadi pandangannya tertuju lurus pada gadis itu. Perasaannya saat nyaman saat melihat Qya.

Tapi pandangan itu mendadak menjadi waspada saat ada seorang pria yang melintas melewati Qya. Menurut pandangannya, Qya mendadak terkunci saat pria itu beberapa langkah di depannya. Ada apa ini?

Arry menajamkan penglihatannya lagi. Dia seperti, Bapak Evan?

Dengan segera, secepat kilat Arry berlari ke arah perpustakaan. Dari belakangnya, Tika menahan langkah Arry.

"Ry, lo mau ke mana? Kok dari tadi kayak nungguin orang gitu?"

"Tik, nggak sekarang ya. Gue buru-buru!"

"Arry! Arry bentar!"

Arry tidak memedulikan Tika yang terus memanggilnya. Dia terus berlari ke perpustakaan. Entah kenapa, jalan terasa lebih lama.

Setelah sampai di lorong perpustakaan, Arry mendapati Qya yang sudah tergeletak lemas.

"Qya! Qya! Lo kenapa? Buka mata lo!"

Tubuh dalam dekapannya serasa beku. Nafas Qya memburu. Wajah gadis itu sangat pucat.

"Shit!"

**

"Dia terkena shock yang hebat. Apa kau melihat kejadiannya?"

Saat ini Arry berhasil membawa Qya ke rumahnya tanpa mengundang kecurigaan orang lain saat dia membawa Qya yang pingsan.

"Aku melihat sedikit. Dia tadi berhadapan dengan guruku. Dan saat aku menemukannya, dia sudah seperti ini."

Jessie menempelkan tangannya ke dahi Qya. Perlahan cahaya biru itu kembali menjalari tubuh Qya. Perlahan, Qya bergerak. Menandakan dia sudah kembali pada kesadarnnya.

"A...aku di mana?"

"Lo di rumah gue Ya. Lo nggak papa."

Qya memandang ke asal suara. Arry dengan wajah cemasnya memandangi Qya. Lagi, Qya tidak bisa membaca semua yang ada di mata cowok itu. Hal itu membuat dia nyaman setelah, dia pingsan?

"Apa itu tadi?!" Mendadak dia berdiri dari tidurnya. Qya ditidurkan di sofa ruangan kaca. Di sana sudah ada Jessie juga.

"Apa yang kamu lihat Qya?" Tanya Jessie langsung.

Dia berpikir, teringat apa lagi yang dia lihat sebelum kesadarannya menghilang.

"Aku, diterjang oleh sebuah bayangan hitam. Saat itu aku melihat orang di depanku. Dan, saat pikirannya akan terbaca, bayangan itu menerpaku."

Jessie tersentak. "Siapa? Kau tahu orangnya."

Qya terlihat berpikir. Dia tidak terlalu melihat jelas siapa yang dia pandangangi tadi.

"Bapak Evans. Aku melihat Pak Evans saat itu."

**

"Jadi cewek aneh itu."

Saat ini Tika kembali menyesap wine-nya. Di depannya sudah ada seorang pemuda yang membelakanginya. Menghadap ke jendela. Melihat pemandangan di luar apartemen mewahnya.

"Tidak salah lagi. Aku sudah menduga dari awal."

"Secepat itu kah ini akan berlangsung? Padahal aku baru rasanya menikmati ketenangan hidup." Kembali, Tika menyesap wine-nya.

Pemuda itu menoleh wajahnya ke Tika sedikit. Tampak wajahnya bagaikan lava yang mengalir. Wajah itu berpijar merah seperti gunung berapi.

"Setelah ini semua selesai, kita akan menikmati ketenangan itu, selamanya."

***

A.n

Holla~~

Jangan lupa vote&commentnya:D

Oh iya, di mulmed ada Arry ya:3

May I Look Into Your Eyes?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang