Tiga Serangkai

248 21 4
                                    

"Jadi, pastinya akan ada lagi alat perang mereka?"

"Ya, ada tiga orang yang memimpin penyerangan ke Disapore. Tiga orang itulah yang ingin merebut Sans dari kami. Dan mereka yang membunuh Ayahku." Alex memaparkan penjelasannya kepada para petinggi.

"Masing-masing mereka memiliki kekuatan masing-masing. Mereka sangat kuat. Dan seperti kemampuan mereka lebih besar dari yang mereka lihatkan kemarin. Jadi kita harus waspada,"lanjut Alex.

"Belum lagi mereka sudah mulai menyerang kita sebentar ini. Kita harus segera bersiap. Karena sebentar lagi kita akan sampai," ucap Jessie.

"Baiklah. Sesuai rencana awal. Kita akan menyebar dalam beberapa kelompok. Dan pasukan inti kita akan dengan langsung menghancurkan Xicon." Arry mulai angkat bicara. Sejak tadi dirinya tidak sabar ingin maju. Apalagi Sans sudah ada di tangan mereka. Dan itu akan melindungi Qya.

"Sir, kita sudah mengetahui letak pertahanan utama mereka." Joseph masuk ke ruangan para petinggi, mengabarkan posisi mereka saat ini.

"Kita mendarat sekarang. Tetap pada mode penyembunyian kapal. Hanya beberapa orang yang akan turun,"titah Arry sambil berdiri dari kursinya bersama Qya.

"Ma, aku pergi dulu,"pamit Qya pada Mia. Wanita itu tersenyum lembut seraya mengusap puncak kepala anaknya. "Hati-hati sayang,"ucap Mia.

Mereka bergegas turun dari kapal. Beberapa prajurit kuat juga sudah turun mendampingi Qya dan yang lainnya.

Dan kedatangan mereka si sambut oleh si tiga serangkai.

"Jadi, ini yang di sebut oleh Alex?" Arry mengeluarkan pedang panjangnya. Mengarahkan kepada tiga orang dengan postur tubuh berbeda. Dich, Roon dan Thania. Di belakangan mereka juga ada beberapa prajurit mereka dengan pakaian serba hitam khas prajurit pemberontak.

"Oh, jadi kau yang ternyata penerus klan pelindung itu? Mana penerus Billow? Sudah mati kah? AHAHAHAHAHAH!" Roon, si pria bertubuh kurus itu tertawa dengan kencang, menertawakan mereka.

"Aku, akulah yang diutus untuk menggantikan penerus Billow terdahulu." Qya maju selangkah menghadapi mereka bertiga.

"Kau? Hanya wanita kecil ini? Yang benar saja? Aku kira kita akan banyak buang tenaga." Thania menatap Qya dengan pandangan merendahkan.

Qya meringis. Keberaniannya sedikit menyurut dengan tatapan Thania. Tapi, dia tidak menyerah.

Dari kejauhan, Qya dapat melihat sebuah undakan besar berwarna putih cerah yang menyilaukan mata.

Segel Xicon di sana, batinnya saat membaca pikiran lelaki yang bernama Roon itu.

"Mereka punya kekuatan masing-masing. Wanita itu bernama Thania, payung yang dimilikinya mampu menahan berbagai serangan dan daya penyembuh sepertiku. Dan dia ahli pedang juga. Lelaki kurus bernama Roon itu ahli bahan peledak dan alat perang lainnya, seperti Joseph. Dan di plontos bernama Dich itu hanya mengandalkan ototnya." Qya berbisik ke arah Arry yang dapat di dengar oleh yang lainnya.

"Sepertinya akan menjadi pertarungan yang unik," ucap Arry.

"Sebaiknya kalian bertiga jalan maju. Biar kami memghadapi...."

"AKU TIDAK AKAN MEMBIARKAN KALIAN MASUK!!!" teriak Dich yang dapat mendengar suara Joseph.

"Dasar botak!" Arry mengarahkan pedangnya pada Dich, tapi dapat ditangkis dengan tangan milik Dich. Sungguh kuat. Benar-benar memgandalkan otot miliknya.

"Berpencar!" Perintah Jessie pada mereka.

**

Ternyata tiga orang itu benar-benar tidak membiarkan mereka masuk lebih jauh ke segel Xicon. Hal ini membuat mereka sangat tertakan. Belum lagi waktu untuk bisa lebih cepat menyegel Xicon.

May I Look Into Your Eyes?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang