Mulai dari Awal

448 40 7
                                    

"Halo sayang!"

Qya kembali dari rumahnya dengan diantar oleh Arry. Sang mama menyambut Qya ceria. Sekilas Qya membaca, kalau mamanya ada berita gembira.

"Sayang! Kita pergi makan malem bareng yuk? Mama dapet rejeki nih buat kita ngumpul. Dan kamu tahu apa?"

"Apa ma?"tanya Qya tanpa melihat mamanya. Seperti ada kejutan.

"Kedua abang kamu bakal ke sini!"

Qya langsung memandang mamanya. Ya, tidak ada kebohongan di sana.

Senyuman kecil terlihat di mulut Qya. Melihat hal itu, sang mama langsung mengelus rambut anaknya.

"Besok, kita akan jemput mereka. Cuma mereka. Walaupun cuma seminggu, tapi kita bisa meluangkan waktu bersama berlima."

Ya, Qya sudah tau akan hal itu.

Akhirnya, ada sesuatu yang membuat Qya melupakan sedikit rahasia kecilnya.

**

"Apa? Pelatihan selama seminggu?! Lo yang bener aja?!"

Gimana perasaanmu saat kamu telah merencanakan seluruhnya dengan matang dan mendadak ada satu hal kecil yang pernah kamu lupakan kembali lagi dan menghancurkan semua rencanamu? Kesal kan?

"Ayah gue bilangnya sih gitu. Kenapa emangnya?"

"Ya gue.. gue... ada hal yang harus gue lakuin. Nggak bisa minggu depan aja?"

"Aduh Qya! Gue bisa dipites sama bapak gue kalau gue sampe besok belum memperlihatkan wajah lo! Lo kan tau secara nggak lo ketahui lo menjadi orang yang akan memikul tanggung jawab besar. Lo akan jadi pahlawan. Lo kan udah setuju akan hal ini."

Tidak mungkin kan Qya menyebutkan bahwa dia ingin menghabiskan waktunya dengan keluarganya dan mengundur waktu untuk 'menyelamatkan dunia'.

"Sebenarnya nggak pelatihan sih. Hanya, mengeluarkan kekuatanmu, mengenalkan semuanya."

"Apa, harus menginap?"

"Hm, tidak sih. Kita hanya perlu bolos sekolah sebenarnya."

Qya menampilkan tatapan bingung. "Bolos? Lo gila?!"

"Gue becanda. Kita bakal melakukan itu pulang sekolah. Makanya perlu waktu seminggu."

Baiklah. Ini keputusan sulit bagi Qya. Dia ingin menghabiskan waktunya bersama keluarganya. Mereka sudah lama tidak bertemu. Tapi...

"Gue harus bilang apa sama mama gue?"

"Ah, itu gue bisa atur."

**

"Jadi, begitu tante. Qya ada sebuah projek sama saya tante. Jadi sepertinya Qya akan selalu pulang telat selama seminggu ini."

Malam ini bersama Qya, Arry mendatangi rumah Qya. Kedua abang Qya sudah ada di rumah. Dan mendengar ucapan Arry, kedua kakak Qya menjadi sedikit kecewa.

"Tapi masa nggak bisa sehari saja dia free?" Tanya Daniel sedikit cemas akan adiknya.

"Hmm... nanti saya lihat dulu ya, Bang."

Kedua abang Qya memandang Arry. Cowok di depannya ini memang terlihat seperti adik ipar idaman dan menantu idaman bagi ibunya. Tapi kalau mengambil waktu q-time bersama keluarga? Sepertinya mereka berpikir dua kali.

"Aduh, nggak papa deh. Kan yang penting masih bisa bertemu di rumah, iya kan?" Dengan sangsi Mia menetralisir keadaan yang terasa tegang antara Arry dan kedua anak kembarnya.

Lain dengan kembarannya, Dannis hanya diam menatap tajam Arry. Dia merasa, ada yang aneh dengan cowok di depannya ini. Entah apa.

"Setidaknya kau harus menjaga adikku." Dannis langsung berdiri dan meninggalkan mereka di ruang tamu.

Arry tersenyum ke semua keluarga Qya. Meyakinkan lagi akan apa yang dia ucapkan.

"Terima kasih tante, Bang."

**

"Jadi, kebohongan apa lagi yang bakal lo bikin buat lindungin gue huh?"

Arry menampilkan senyum isengnya. "Tenang, sesuai petuah abang lo. Gue bakal lindungin lo. Kan emang tanggung jawab gue. Ya kan?"

Cowok di depannya ini tampak begitu tulus. Walaupun Qya sendiri tidak bisa membaca apa yang ada dalam pikirannya.

Apa aku bisa selalu melihat matanya seperti itu? Tidak membacanya. Tapi merasakannya.

**

"Mereka sudah menemukan pengganti Billow. Jadi apa kita akan langsung saja bergerak?" Seorang pria muda bertanya pada seorang berjubah merah darah yang membelakanginya.

Kegelapan menyapu sekeliling ruangan besar yang dipenuhi ornamen berisi gulungan-gulungan tua. Sebuah tempat menyerulai mangkuk berisi cairan hijau pekat menggelegar, menampakkan huruf-huruf asing.

"Tidak. Kita harus perlahan. Kita tidak boleh seperti petinggi kita yang bodoh akan rencana dan tersegel oleh mereka. Kita harus menentukan pion kita untuk melawan bocah itu."

"Siapa?"

"Antek-antek kita ada di mana-mana bukan?"

Pria muda itu mengangguk mengiyakan

" Selain itu, kau harus mengurangi auramu saat mendeteksi mereka. Bocah lelaki itu dapat mengenalimu dengan mudah. Dia memiliki tanda seperti Elang. Kau harus berhati-hati."

***

A.n

Yuhuuuu di mulmed suda ada penggambaran dari Qya(?)

Jangan lupa vote&commentnya ya:D

May I Look Into Your Eyes?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang