Masa Lalu Elang

303 28 6
                                    

Kekuatan portal sangat kuat. Sebuah jalan penghubung antara bumi dan Zusso, sebuah planet tempat Zutua tinggal. Memalui jalur yang panjang inilah mereka mengawali perjalan ke bumi untuk memgambil tugas suci. Tiap tahunnya mereka secara bergelombang ke bumi, untuk belajar dan kembali ke planet mereka.

Tapi, karena suasana Zusso yang saat itu sedang memanas karena adanya perang antar Zutua, para klan terpilih lebih memilih menetap di bumi dan yang bersisa di Zusso langsung mengungsi ke bumi. Hal ini diketahui oleh beberapa petinggi Zusso salah satunya Xicon. Hal ini membuat Xicon yang awalnya konsentrasi akan perdamain Zutua, memusuhi para klan terpilih dan membuat Zutua memberontak. Mereka pun membantai para klan terpilih yang tersisa dan mulai bergerak ke arah bumi.

Hal ini diketahui oleh Klan Billow dan mereka mulai bergerak menyerang Zutua yang memberontak. Apalagi petinggi yang membela klan terpilih dibunuh secara kejam. Merek pun dengan kekuatan penuh menyerang para pemberontak.

Apalagi Christine dan Elang. Mereka bersatu untuk menyerang dan menghalangi merek tidak sampai di bumi . Christine berusaha membuat segel untuk Xicon dan makhluk lainnya. Tapi ada satu efek samping dari pembuat segel. Segel itu adalah keahlian terlarang dari klan Billow. Membuat si pembuat segel akan mati perlahan-lahan.

Itulah yang membuat Christine pun mencari cara untuk mencari penggantinya. Apalagi Elang yang terluka parah dan membuat kehilangan fungsi kakinya. Pengganti Elang sudah ada, Arry. Anaknya yang menjadi pewarin Harris.

Dan bertemulah Christine dengan orang itu. Orang yang selama ini dicarinya, di saat ambang kematiannya. Tapi, dia bertemu dengan orang itu di saat mereka sedang terpuruk.

Christine berharap, apa yang dia berikan akan menjadi berguna, dan dapat menyelamatkan klannya ke depan.

Karena dia tahu, Xicon tidak akan berhenti sampai di sana.

Elang memutup jurnal miliknya. Kalau bisa dibilang anak jaman sekarang, dia lagi baper. Baper karena lagi-lagi dia kepikiran Christine. Padahal, perang keduanya sudah ada di depan mata.

Tok!tok!

Sebuah ketukan pintu membuat Elang kembali fokus. "Masuk."

Mug warna coklat tua itu muncul dari pintu. Tampak Mia membawa dua mug dengan kepayahan.

Elang tampak terkejut dengan kedatangan Mia yang mendadak.

"Menngganggu?"

"Tidak. Aku hanya sedang membaca jurnal."

Mia menyodorkan mug-nya. "Coklat hangat. Kau dulu sangat suka kan? Apa sekarang, masih?"

Elang memperhatikan kepulan asap kecul dari mug itu. Entah sudah berapa lama Elang tidak meminum itu. Dia hanya selalu minum obat atau minuman herbal lain. Tidak pernah lagi minum coklat panas, lagi.

"Aku... kangen dengan kita."

Kata-kata itu membuat Mia tersentak. Ya, aku juga kangen Stevan.

"Aku masih menyesal atas kematian Nino."

"Aku juga menyesal atas kematian Christine. Bahkan sampai terakhirnya, aku tidak pernah mengenalnya. Padahal, dia sangat baik. Dia, memberikan Qya mata itu."

Entah kenapa ucapan Mia membuat Elang tertawa sarkastik. "Baik? Kau masih menganggap dia baik? Dia merebutku darimu, dia juga memberi Varisa kekuatan yang membelenggu dan mengancam nyawa anakmu. Kau masih bilang dia, baik?"

"Stevan, pikiranku tidak sesempit itu. Aku berusaha untuk mengikhlaskannya. Kau tahu? Aku cukup bahagia dengan Nino dan keempat anak kami. Kau pasti juga begitu kan? Kau menyangkal, tapi aku yakin kau sangat mencintai Christine. Sampai kapan pun."

"Mia, aku, minta maaf. Akan semua ini."

"Aku, sudah lama memaafkan kamu, Stevan. Aku tahu itu jalan terbaik untukmu, yaitu bersama Christine. Ya kan?"

"Terima kasih, Mia."

**

"Aku mencintaimu Christine."

Sudah berulang kali Elang mengucapkan satu kalimat indah itu. Tapi tidak bagi Christine. Dia merasa bosan.

"Ayolah. Kau seperti meyakinkan diri sendiri bahwa kau mencintaiku. Kau, benar-benar mencintaiku kan?"

Elang tersenyum. "Sangat, sayang."

Christine tersenyum. "Terima kasih Elang. Aku, tidak memanggilmu Stevan boleh kan?"

"Sangat boleh. Panggilan itu hanya mengingatkanku pada mereka."

Wajah lembut itu tampak sayu. Christine menyadari kehadiran dirinya membuat persahabat mereka bertiga terpecah.

"Boleh kah aku berkenalan dengan mereka?"

"Boleh saja, kalau mereka menerima mu. Oh tidak, kalau mereka pertama-tama tidak menghindarimu."

Senyum Christine memudar. Dia lupa, kalau karena dia, kedua sahabat Elang pergi. Menghindari mereka.

"Elang, kau tahu kan kalau kita sepertinya akan mengambil sebuah kewajiban yang besar? Kau, sudah siap?"

"Sangat siap sayang. Aku mencintaimu Christine."

**

"Elang, kau tahu... aku sudah menemukan mereka. Aku sudah siap."

"Christine, aku mohon jangan tinggalkan aku. Arry, bagaimana dengan Arry?"

"Maafkan aku. Maafkan aku Elang. Aku tidak bisa melihat Arry tumbuh. Melihat Arry salah tingkah melihat cewek yang dia sukai. Melihat Arry menikah nanti. Maafkan aku."

Perlahan, alat pendeteksi jantung itu melemah. Menandai hilang pula jiwa dalan diri Christine. Dia sudah tidak ada di dunia ini.

"Christine!!!!"

Tangis itu sangat pilu. Membelah heningnya ruangan ini. Dengan emosi Elang memanggil dokter. Dokter menggeleng. Menandakan Christine sudah tidak ada.

"Pak, bagaimana dengan kelanjutan donor milik Ibu Chritine Pak?"

"Terserah kau saja. Lakukan sesuai keinginan dia."

Elang pergi dari sana. Dia terpuruk. Berbotol-botol wine sudah dia teguk. Kantung mata itu menebal. Wajah itu lelah.

Seorang lelaki tua masuk ke ruangan itu. Menyentuh bahunya. Meluruhkan seluruh pertahan Elang. Air mata itu jatuh kembali.

"Anakku, kau adalah seorang Harris. Tidak boleh lemah. Kau masih ada Arry. Laksanakanlah apa yang harusnya dilakukan oleh Harris. Tidak terpuruk seperti ini."

Perlahan, Elang bangkit. Melatih anaknya dengan keras. Walaupun anaknya sendiri masih sangat muda.

Anaknya juga terpuruk. Sama seperti ayahnya. Dia kehilangan sosok ibu saat dirinya masih sangat muda. Dia rindu pada ibunya. Tapi pelatihan keras ini membuat mentalnya menjadi kuat pula.

Arry dan Elang. Dua sosok yang sangat mirip. Dan akan menghadapi sebuah takdir yang sama pula.

**

Elang kembali ke dunia nyata setelah termenung akan masa lalunya. Mia masih ada di depannya. Tertidur dengan pulas.

Wajah itu masih sama. Hanya ada tambahan guratan halus di bawah matanya. Selebihnya, masih sangat sama.

"Sekali lagi, maafkan aku Mia."

***

Halooo update ngebut langsung 2 chapter. Efek mumet UKKㅠㅠ Wkwkwkwkwkwkw

Bisa dibilang ini adalah chapter filler tentang Om Elang yang ternyata bisa baper/?

Jangan lupa vote&comment ya! Chapter selanjutnya akan menceritakan lagi lanjutan perjalanan Qya-Arry.

Selamat siang~~~~

May I Look Into Your Eyes?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang