Siapa Tika?

350 36 4
                                    

Setelah dua hari bolos dan latihan dengan keras, Qya akhirnya memutuskan untuk sekolah.

Apalagi dia sudah bisa menguasai beberapa teknik seserhana untuk menguasi pikiran orang lain.

Dan hal itu mengundang gosip baru antara Qya dan Arry.

"Lo tahu, mereka bolosnya bisa barengan!"

"Masa iya si Arry kepincut sama itu cewek aneh?"

"Lo denger nggak? Tika katanya ngegebet Arry lo. Diapain sama Tika kalau cewek itu tahu?"

Tanpa perlu membaca pikiran mereka, Qya sudah bisa tahu gosip itu. Mereka membicarakannya secara gamblang di dekat Qya. Membuat Qya risih.

"Wazoy, lo nggak perlu lah mendung gitu. Kan cuma gosip." Arry berkata dengan santai saat mereka hanya berdua di kelas. Karena kemarin mereka tidak datang, mereka diizinkan untuk membuat tugas di kelas selama jam olahraga. Hari ini jam olahraga hanya bermain bebas.

"Ya gue nggak mau gosipnya berkembang aneh-aneh. Fans lo kan juga banyak."

"Lebay lo ah. Nyantai aja kali."

Mereka kembali berkutat dengan kertas masing-masing, sebelum Arry menyela.

"Tapi gue sih suka-suka aja kok digosipin sama lo. Ehehehe!"

Qya melihat maksud dari Arry yang berkata seperti itu. Qya melihat mata milik cowok itu yang kali ini tengah berseri. Nihil.

"Ry, lo tau nggak kenapa gue nggak bisa baca pikiran lo?"

Arry termenung sejenak, memikirkan pertanyaan Qya.

"Nggak tahu ya. Padahal ibu gue bisa lho baca pikiran ayah. Tapi ya, ibu gue bisa membatasi kebiasaan membacanya sama ayah. Keren kan ya dia!"

"Atau bisa aja, lo jodoh gue kali? Makanya pikiran gue jadi rahasia."

**

"1!2!3!"

Tika meneriaki temannya untuk mengomandoi gerakan cheers mereka. Formasi piramid terbentuk dengan sempurnya dengan Tika di atasnya.

Setelah mengambil ancang-ancang, Tika bersalto, dan mendarat dengan sempurna.

"Temen gue, nggak ada tandingan!"ucap Merry sambil merangkul bahu sahabatnya. Tika tersenyum tipis sebagai rasa terima kasih.

"Eh Tik! Lo beneran belom mau cari tahu si Luqyana? Ya dia sama Arry..."

"Shhh..." Tika memotong kalimat Shanaz. "Gue mau jalanin hari ini. Tapi masih peringatan aja. Arry kan target gue."

Kedua sahabatnya ini terkejut. "So, lo sendirian dong labraknya? Udah pake target?" Shanaz bertanya.

"Gue nggak ngelabrak. Cuma salam perkenalan girls."

Dari jauh, Tika dkk melihat Qya yang berjalan dari perpustakaan.

"Liat ya."

Tika pun berdiri dengan tenang menunggu Qya turun. Cewek itu mendengar langkah Qya yang pelan. Saat sampai di bawah, Qya yang menunduk tidak melihat ada seseorang yang akan ditabraknya.

Sraaak!

Buku yang dipegang oleh Qya terjatuh. Termasuk sebuah buku lusuh milik Christine.

"Eh sorry." Dengan santai Tika berdiri dan tidak membantu Qya yang kepayahan. Tatapan matanya berhenti pada buku tua Qya.

Buku itu....

"Maaf. Gue nggak liat tadi." Masih dengan posisi menunduk, Qya bersiap-siap pergi. Tanpa mengetahui siapa yang ada di depannya.

"Lo nggak tahu siapa yang udah lo tabrak?"

Qya tersentak. Dia kenal suara ini. Satu orang yang paling dia hindari selama ini. Santika Aurora.

"Eh maaf Tik. Gue nggak sengaja." Masih menunduk, Qya pun siap-siap akan jalan. Tapi satu kalimat Tika membuat dia berhenti. "Siapa suruh lo cabut gitu aja?"

Sial. Ini cewek mau ngapain lagi.

"Ada apa ya? Kan gue...."

"Lo ada hubungan apa sama Arry?"

Langsung, singkat, padat dan jelas. Kalimat itu membuat Qya mendongak ke arah Tika. Dan terlihatlah mata bulat indah milik Tika.

Berbagai pikiran itu masuk. Mata hijau Zambrud milik Qya pun bertabrakan dengan aura misteriusa dari mata hitam legam milik Tika.

Aura kegelapan itu menguasai tubuh Tika.

"Lo... lo?"

Tika menampakkan wajah sinisnya. "Lo udah tau kan? Gue ngasih lo penawaran. Kalau lo masih mau hidup dengan tenang, ikutin apa yang gue suruh sama lo. Lo nggak mau gitu aja kan berkorban untuk para pengkhianat itu?"

Dengan memberanikan diri, Qya membalas. "Gue udah ada jalan sendiri. Kalau lo emang mau ancam gue. Silahkan. Gue nggak takut. Karena lo lah bagian dari pengkhianat itu sebenarnya."

"Jadi lo udah berani sama gue?"

"Kenapa nggak? Kesombongan lo itu yang akan menjatuhlan lo."

Tika mengerang marah. Terbawa emosi dia melangkah untuk segera menampar Qya. Tapi dengan cekatan, Qya menahannya. "Lo tau apa tentang gue! Kami menderita! Lo yang baru masuk ke lingkarang setan!"

"Gue nggak mau cari masalah."

Qya melepas cengkramannya dan langsung pergi dengan membawa semua bukunya.

Menyisakan tentang rasa penasarannya akan Tika. Siapa Tika? Dia, bagian dari Zutua yang memberontak? Kenapa bisa?

**

"Perempuan brengsek! Dia berani lawan gue!"

Di sebuah tempat yang gelap, Tika membanting gelas kacanya. Membuat kedua makhluk di depannya kaget.

"Ya ampun, nyonya Dise, jangan marah."

"Iya. Jangan begitu."

Evan, yanh sedang duduk dengan santai di depan Tika, hanya menoleh sedikit. "Kau harus sabar. Kita sedang merencanakannya."

"Rencana apa lagi?! Aku sudah muak Vannes! Muak! Dia melawanku! Padahal dia bukan si Christine kan?!"

"Hei, sabar. Christine tetap saja..."

Brak! Tika--atau yang dipanggil Dise--kembali membanting barang di depannya. "Aku pokoknya ingin segera menyerang mereka. Memusnahkan mereka, dan segera membangkitkan Xicon!"

***

A.n

Halo~~ jangan lupa vote&commentnya:D

Siapa Tika? Di mulmed sudah ada Tika ya:D

May I Look Into Your Eyes?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang