Duh, udah ini pada bobo belom, ya? Jangan pada travelling ya pikirannya pas baca judul bab ini! Bonus nih buat teman-teman yang gak bisa liburan akhir tahun. Met baca, ya, guys!
"Buliiikkk!!!" terdengar kor suara memanggilku. Setelah itu aku bisa pastikan ada dua bocah melompat-lompat dengan riang di atas tempat tidurku. Aku yang sedang pulas langsung menggeram mengetahui tidurku diganggu oleh duo bocil kembar itu.
"Mas Rayhan, Kak Rayyan, berhenti, please! Nanti jatuh kalau lompat-lompat di tempat tidur Bulik. Kan Mamas dan Kakak udah punya trampolin di belakang rumah. Mas Rayhan dan Kak Rayyan turun, ya, sayang," pintaku pada mereka berdua.
Duh, duo kembarnya Kak Vini ini gak pernah bisa diam, seperti selalu kelebihan energi. Makanya sama Kak Vini baru dimasukkan sekolah di TK besar. Khawatir belum bisa duduk tenang di kelas.
"Aku mau bangunin Bulik," ucap Rayhan. Rayhan dan Rayyan sudah menghentikan acara lompat-lompat mereka. Tapi mereka tidak turun dari tempat tidur melainkan duduk di atasmya.
Aku memandang mereka berdua dengan mata yang masih mengantuk. "Bulik mau masuk malam, Mas Rayhan. Jadi sekarang harus bobo dulu."
"Masuk malam?" tanyanya bingung.
"Bulik kerja nanti malam."
"Kayak ayah yang lembur-lembur itu?" tanyanya lagi.
"Bukan, Mas. Bulik bekerja sebagai seorang dokter, tenaga kesehatan, yang dibutuhkan setiap waktu selama 24 jam."
"Tapi malam waktunya bobo, Bulik."
"Mamas atau Kakak pernah sakit waktu malam?" tanyaku.
"Waktu Kakak demam, Bulik?" Rayyan terlihat tidak yakin. "Kakak gak bisa bobo."
"Nah, benar. Kita manusia gak mengenal waktu saat sakit. Bisa pagi, siang atau malam. Oleh karena itu rumah sakit harus selalu siap sepanjang waktu."
"Oh, gitu!" ucap Rayyan sambil menggerakkan kepalanya ke atas dan ke bawah tanda dia mengerti.
"Ya sudah sekarang Bulik mau bobo lagi, ya! Kakak sama Mamas main di bawah aja," pintaku pada Rayhan dan Rayyan.
"No, enggak! Bulik disuruh bangun sama Eyang. Mau anterin beli es krim," beritahu Rayyan. Aku senang sekali kalau mendengar Rayyan dan Rayhan mengucap kata yang ada huruf r-nya. Karena cara mereka melafalkannya sangat lucu sekali. Mereka mengucapkannya seperti melafalkan r dalam bahasa inggris tapi dilafalkan pada kata berbahasa indonesia. Jadi gemes.
Papa tiba di kamarku setelah Rayyan menyelesaikan kalimatnya. "Dek, anterin, yuk ke mal belakang yang dekat rumah sakit kamu. Keponakan kamu minta dibeliin es krim di sana."
"Kak Vini kemana memangnya?" Aku melihat jam di dinding kamarku. Saat ini baru mau jam setengah lima berarti Mbak Dinda belum pulang.
"Kak Vini lagi ke dokter kandungan," beritahu Papaku.
"Kakak hamil lagi, Pa?" tanyaku kaget.
"Enggak. Tadi katanya KB-nya sakit." Setahuku Kak Vini pakai IUD setelah dia melahirkan Alesha. Paling geser IUD-nya. "Yuk, Dek! Sebentar aja. Tadi dijanjiin es krim biar gak ikut ibunya ke dokter."
Akhirnya aku bangun dari tempat tidur. "Vici ganti baju dulu kalau gitu, Pa. Mas sama Kakak tunggu dibawah dulu sama Eyang."
"Yeee!!!" sorak mereka berdua. Mereka berdua pun keluar dari kamarku bersama Papa sambil mendiskusikan rasa es krim apa yang mereka ingin beli.
Akhirnya aku berdua Papa mengajak empat keponakanku ke mal untuk jajan es krim. Ternyata nanti Kak Vini dan Mbak Dinda akan menyusul ke sini setelah urusan mereka selesai. Mal ini memang terletak tidak jauh dari rumah sakit tempatku kerja. Posisinya juga masih di dalam perumahan yang sama dengan tempat kami tinggal meskipun pengembangnya beda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Therapy (Selesai)
ChickLitBatara Sakti Prayudha sudah memutuskan kalau tidak akan pernah ada yang namanya cinta di dalam hidupnya. Pengalaman buruk di masa lalu membuatnya tidak menginginkan cinta hadir di hatinya. Karena itu dia bersikap dingin pada setiap makhluk berjenis...