Hola, selamat hari Senin! Coba berdoa dulu sebelum baca ya, Guys!🥰
"Kita pulang!" Kemarahan bisa kurasakan dari suaranya yang terdengar seperti menggeram. Dia juga menggenggam erat tanganku sampai terasa sakit. Aku yang masih terkejut dengan perbuatan dokter Tara awalnya hanya mengikuti begitu saja langkahnya yang tergesa sambil terseok-seok. Dokter Tara sudah pasti tidak memperhitungkan kondisiku yang sedang memakai sandal berhak tinggi saat ini.
"Dok!" seruku saat aku mulai sadar dari keterkejutanku. "Dok, lepas!"
Tapi dia tidak mendengarku sama sekali sehingga aku meningkatkan perlawanan dengan berusaha menarik tanganku dari genggamannya. Ah, bukan genggaman tapi cengkraman.
"Dok, tangan saya sakit dan saya bisa jatuh kalau dokter menarik-narik saya seperti ini!" Aku naikan satu oktaf suaraku saat kami sudah berada di luar ballrom.
Dan itu akhirnyanya berhasil membuat dia memelankan langkahnya dan mengurangi cengkaramannya pada tanganku. Tapi dia masih terus berjalan sampai akhirnya kami keluar dari lobi hotel. Kemudian dia mendatangi petugas vallet parking yang ada di sana dan memberikan kartu parkirnya pada petugas itu.
Tanpa menyia-nyiakan kesempatan aku langsung mengajaknya bicara saat petugas itu mengambilkan mobil dokter Tara. "Dok, tolong lepaskan tangan saya! Saya tadi berangkat sama dokter Rian. Jadi saya akan pulang sama dokter Rian juga," mohonku sambil berusaha melepaskan tanganku dari genggamannya.
Dia lalu membalikkan badannya untuk menatapku. Kini aku bisa melihat kemarahan itu terbayang di matanya. "Kamu pulang sama Mas!" perintahnya tegas. Dokter Tara terlihat tidak ingin dibantah. Dia mengeratkan genggamannya lagi. Dan itu membuatku cukup gentar.
Dengan keberanian yang masih tersisa aku masih berusaha untuk memohon padanya. "Dok, saya mohon lepaskan!" Berharap dia tidak melupakan akal sehatnya dan membawaku pergi sedangkan calon istirnya dia tinggal di dalam. "Tiara- "
Belum sempat aku menyelesaikan kata-kataku, begitu juga permohonanku yang tidak didengarnya, dia langsung menarikku ke mobilnya yang sudah dibawa ke area drop off hotel. Bahkan tanpa menunggu kunci mobilnya diberikan oleh petugas dia sudah membuka pintu penumpang dan menyuruhku masuk masih dengan nada suara yang tidak ingin dibantah. "Masuk!" perintahnya. Aku akhirnya hanya bisa pasrah menurutinya sambil berharap dia tidak akan melakukan hal yang buruk padaku.
Saat aku sudah duduk di kursi penumpang dia lalu menarik sabuk pengaman dan memasangnya untukku. Aku yang takjub dengan posisi kami yang begitu dekat hanya mengerjap-ngerjapkan mata agar tetap sadar dalam situasi ini. Apa yang dia lakukan membuatku merasa kikuk.
Dokter Tara lalu berjalan cepat melintasi mobilnya menuju kursi pengemudi. Dia langsung memacu mobilnya cepat ketika sudah berada di balik kemudi. Tapi baru beberapa meter mobil itu berjalan bahkan kami masih berada di halaman hotel, dokter Tara tiba-tiba menepikan kembali mobilnya.
Apa yang dia lakukan membuatku luar biasa terkejut. Apalagi dia melakukan itu dengan gerakan yang sangat cepat sebelum akhirnya menghentikan mobilnya. Aku bahkan sampai terlonjak ke depan saat mobil itu akhirnya berhenti. Untungnya sabuk pengaman menahanku
"Shit!" umpatnya sambil memukul kemudi mobil dengan sangat keras. Setelah memukul kemudi mobilnya, dokter Tara lalu menopangkan kepalanya pada kemudi. Kemudian dia mengangkat kedua tangannya untuk mencengram rambut di kedua sisi kepalanya. "Arrgghhh!" erangnya.
Dokter Tara terlihat benar-benar marah dan frustasi. Melihat hal itu membuatku jadi semakin takut. Aku juga khawatir pada keselamatan kami berdua.
Dalam keadaan yang menegangkan ini aku berusaha untuk mencari jalan keluar untuk menurunkan ketegangan di antara kami. Akhirnya kuputuskan untuk menenangkan diriku terlebih dahulu dengan mengatur napasku. Berharap hal itu bisa menurunkan detak jantung dan napasku yang memburu. Sambil aku yakinkan diri kalau dokter Tara adalah sahabat kakakku sendiri dan itu tidak akan membuatnya melakukan hal yang buruk padaku. Untungnya perlaha-lahan apa yang kulakukan berhasil membuatku merasa jauh lebih tenang dari sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Therapy (Selesai)
ChickLitBatara Sakti Prayudha sudah memutuskan kalau tidak akan pernah ada yang namanya cinta di dalam hidupnya. Pengalaman buruk di masa lalu membuatnya tidak menginginkan cinta hadir di hatinya. Karena itu dia bersikap dingin pada setiap makhluk berjenis...