; ngalah

78 16 0
                                    

TW. Mention of death, Self Harm


Pukul 22.00, William sibuk berberes, bersiap untuk pulang ke kost yang letaknya tak jauh dari mini market tempatnya bekerja.

Sebelum keluar, dia membeli dua bungkus mie instan dan sebotol air mineral. Uang yang dia dapatkan dari memenangkan olimpiade sains, akan dia tabung untuk keperluan yang lebih penting. Kalau urusan perut.. mie instan menjadi solusi andalannya.

Udah murah, enak pula.

Langkahnya pelan, sambil menikmati angin malam yang menyapu surai lembutnya, William bersenandung pelan, berusaha menghibur tubuhnya yang sudah lelah itu.

Tiba-tiba indera penciumannya menangkap aroma yang paling dia benci. Iya, asap rokok. Pandangannya langsung tertuju pada punggung pria yang sedang duduk di kursi taman, sendirian.

Asik juga nongkrong di taman malam-malam.

Bukannya menjauh, William malah melangkahkan kaki mendekat ke arah pria yang sedang merokok itu. Matanya melotot saat mengetahui itu adalah orang yang dia kenali.

"Gifar?" yang namanya disebut langsung menengok, kemudian tersenyum simpul. "Kenapa di sini, Far?"

"Capek. Lo?"

"Sama." William duduk di sebelah Gifar, meletakkan plastik belanjaannya di atas rerumputan yang tak terlalu subur itu.

"Rumah lo bukannya jauh dari sini?" tanya Gifar, sambil kembali menghisap batang rokok yang dijepit pada kedua jarinya.

"Rumah? Gue ga punya rumah." Gifar tertawa meremehkan. Omong kosong, pikirnya.

"Terus yang waktu itu gue datengin sama bokap, bukan rumah?"

"Gue udah ga tinggal di sana Far," jawabnya santai sambil menunduk, meraih botol air mineral yang ada di dalam plastik.

"Loh, kenapa? Gue baru tau lo pindah ru-"

"Diusir, bukan pindah." Gifar terdiam sebentar, pandangan yang semula menatap lurus ke depan, kini kedua matanya tertuju pada William dengan penuh tanya. "Karena ketahuan suka sesama jenis." sudah kaget, dibuat semakin kaget.

"Kok bisa?"

"Kok bisa apa? Suka sesama jenis? Ya gatau."

"Bukan, Will. Kok bisa sampai diusir?"

"Entah, se hina itu gue." Gifar langsung menelan saliva kasar, seketika lupa dengan masalah yang membuatnya datang kemari.

"Will."

"Hmm?"

"Selamat, buat kejuaraannya." William tersenyum tipis, kemudian mengangguk.

"Lo juga, selamat udah masuk peringkat dua. Pasti capek banget ya, belajar setiap hari?"

"Iya capek, Will. Gue yang peringkat dua aja kepala mau meledak, gimana lo, ya?"

"Sama kok, kita berdua sama-sama pusing. Kadar pusingnya sama." dengan lancang William menyentil batang rokok yang sedang dihisap oleh Gifar, pria itu langsung terdiam sejenak. "Udahan dulu, engap."

Gifar terkekeh pelan kemudian mengangguk. "Kalau ga suka asap rokok, bilang aja kali Will."

"Sehari ngisep berapa?"

"Satu bungkus, lebih sih." William menghela nafas.

"Dikurang-kurangin," jawabnya ketus. Gifar tersenyum kecil melihat ekspresi lucu William. Bibirnya dimonyongkan, seperti anak kecil yang sedang ngambek minta dibelikan mainan.

Come and Stay ; KookvTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang