Pukul 21.25, William masih sibuk merapikan rak makanan ringan di market tempatnya bekerja. Karena tidak ada pelanggan di sana, dengan speaker bluetooth, lagu Youth milik Troye Sivan William putarkan dengan volume sedang.
"Will, bukannya ini tadi baru diberesin?" itu Lingga, si anak dari pemilik mini market.
"Berantakan lagi kak, mumpung nganggur ku beresin lagi deh," ucapny sambil menggaruk lehernya yang tak gatal.
Lingga tersenyum kecil. "Emang lo deh yang paling rajin Will." Lingga menepuk pundak William, kemudian ikut duduk di lantai, tepat di sebelah William.
"Mau bantuin kak?" candanya.
"Boleh, sini. Gue juga lagi gabut." Lingga mengambil beberapa plastik makanan ringan untuk disusun.
"Eh, gue bercanda." William tertawa canggung, kemudian mengambil kembali plastik yang Lingga ambil. "Jangan kak."
"Gakpapa, santai aja," ucapnya, berusaha meyakinkan William.
Pada akhirnya, mereka berdua membereskan rak bersama. William bersenandung, menikmati lagu yang terus berputar.
Lingga menghela nafas, melirik William sejenak sebelum akhirnya membuka suara.
"Will."
"Iya kak?"
"Gimana sekolah lo, lancar?" kini pandangannya lurus ke arah William.
"Lancar kok, syukurnya belum banyak tugas."
"Maaf gue lancang, lo punya orang spesial gak? Di sekolah, atau manapun."
William terdiam sejenak, mengambil waktu untuk berfikir.
Ada gak ya?
"Will?"
"Eh—" William mengangguk pelan. "Punya, mungkin. Ntah kenapa, kalau sama dia gue ngerasa aman."
Lingga mengangguk pelan. "Sebenernya dari awal lo ngelamar kerja di-"
Ting Tong
Bel sensor berbunyi saat pintu terbuka, William langsung beranjak dari duduknya, berlari kecil ke depan meja kasir.
"Selamat malam kak, ada yang bisa saya bantu?"
Pria berjaket hitam itu terlihat menyeramkan. Dia memakai topi dan masker, wajahnya tak terlihat, dia sangat— misterius..
Bukannya menjawab pertanyaan, dia hanya berdiri diam di depan meja kasir. Dengan kedua tangan masuk ke dalam saku jaket, pria itu terus menatap ke arah William.
"Maaf?"
Tiba-tiba saja mata pria itu menyipit, menandakan dia sedang tersenyum di balik maskernya.
Mata itu...
"Gifar?"
"Gifar siapa?"
"Lo, lo Gifar!" William mendengus kesal, dia menghela nafas kasar sebelum akhirnya berjalan mendekati pria itu. "Buka maskernya, serem tau!"
Tak sanggup menahan tawa, Gifar langsung menuruti permintaan pria mungil di depannya. William pun semakin lega setelah melihat wajah teman sekolahnya.
"Gue pikir lo orang yang mau nyopet, huhh.."
"Lo masa gak kenal sama gue Will?"
"Ya.. kalau tertutup gitu, siapa yang kenal?"
"Terus tadi— kenapa nyebut nama gue?"
William terdiam sejenak, melihat ke arah bawah sambil berpikir. Dia mengangkat kedua bahunya. "Gue.. gue cuma ingat sama bentuk mata lo. Apalagi pas senyum," ucapnya gagap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Come and Stay ; Kookv
CasualeSemesta berencana mempertemukan dua insan yang sedang memikul bebannya masing-masing. Yang sedang berusaha untuk tidak egois dan pulang tanpa dijemput. "Menurut gue, lo ga pantes ada di dunia ini, dunia terlalu jahat untuk malaikat kaya lo."