; Kembali Sehat

47 8 0
                                    

"Tak ada yang lebih kuat dari kapal yang tetap berlayar meski berkali-kali dihantam badai."



⚠️ TW. OVERDOSIS ⚠️



Gifar menghela nafas panjang, hanya itu yang ia lakukan selama 40 menit belakangan. Ini adalah sensasi yang paling dibenci manusia manapun. Sensasi ketika duduk di depan ruang operasi, dan hanya bisa pasrah menunggu informasi dari dokter apakah orang yang ditunggu selamat atau tidak.

Tepat pada hari pertama Gifar mengundurkan diri dari sekolah, ia langsung memutuskan untuk melamar kerja di sebuah cafe baru yang sedang banyak dikunjungi remaja. Beruntungnya, pemilik cafe setuju dengan tawaran Gifar yang minta digaji per-minggu, bukan per-bulan seperti pegawai lainnya.

Hari pertama bekerja, semua berjalan lancar. Hingga tiba di hari kedua. Saat sedang sibuk menyiapkan orderan, ponselnya terus bergetar, itu telfon dari ayahnya, yang dengan tak acuh menyampaikan kabar buruk dengan nada seolah itu tak ada apa-apanya.

"Gifar, pulang sekarang. Adik mu benar-benar merepotkan!" kalimat tersebut langsung mengingatkan Gifar pada Arin. Tak mungkin ayah sejahat itu dengan Ara, pikirnya.

"Arin kenapa, yah?"

"Pulang dan lihat sendiri, bukan urusan saya kalau kamu kehilangan anak ini." jantungnya langsung berhenti sekian detik.

Apa yang terjadi?

Gifar masih tak menyangka dengan apa yang berada di depannya sekarang. Seluruh tubuhnya berkeringat dingin, otak terasa mati rasa. Pundaknya pun bergerak naik-turun secara cepat, menandakat nafasnya memburu.

Seumur hidup, ia tak pernah membayangkan bahwa kejadian ini akan datang. Melihat Arin tergeletak di lantai kamarnya dalam keadaan mengenaskan, cairan putih keluar yang dari mulut gadis kecil itu membuat tubuh Gifar membeku.

Rin, abang ga nyangka semesta tega beri jiwa kecil mu derita sebesar ini.

-------

Gifar melemparkan kepalanya ke belakang, sandaran kursi panjang rumah sakit kini menopang berat badannya sepenuhnya.

Rin, kalau kamu ninggalin abang, abang nyusul langkah mu, boleh?

Rasa sakit luar biasa pada kepala membuat Gifar tak bisa menantis. Kalau sampai tangisnya pecah, mungkin kepalanya akan ikut meledak.

Perlahan matanya terpejam, ubun-ubunnya mulai mati rasa. Gifar sudah tak sanggup menahan semuanya, hingga akhirnya ia tak sadarkan diri dalam keadaan duduk, di depan ruang operasi.


Merasa tubuhnya terus diguncang oleh seseorang, akhirnya Gifar langsung tersadar dari tidurnya. Betapa terkejutnya ia kini bernafas dengan alat bantu, dan ada cairan yang sedang dimasukkan ke dalam tubuhnya melalui jarum infus.

"Abang!"

"Rin?" Gifar bergerak gelisah, berusaha duduk namun alat medis yang menempel pada dirinya membuat pergerakannya terhambat.

"Abang, Arin sayang sama abang. Makasih udah jadi abang yang baik selama ini."

"Rin, kamu sehat? Kamu baik-baik aja sayang?" Gifar mengangkat tangan kirinya, berusaha meraih wajah sang adik, lagi-lagi ia gagal.

Come and Stay ; KookvTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang