; gambar

45 11 1
                                    

Keesokan harinya, Gifar mendapat kabar bahwa Taka berhasil diselamatkan oleh pihak Rumah Sakit, dia masih bernafas meski tulang tengkoraknya mengalami beberapa keretakan, pernafasannya juga terganggu.

Orangtua Taka mendatangi rumah Gifar, mencoba menuntut atas perilakunya yang hampir membuat nyawa anak mereka melayang.

Tapi Gifar bukan remaja linglung yang mudah dibodohi. Gifar mengancam akan akan melaporkan Taka ke polisi karena telah melakukan hal tak senonoh pada anak di bawah umur. Bahkan dia meminta pertanggung jawaban atas mental adiknya yang kini sedang terganggu.

Dari pagi Arin tidak mau makan, kamarnya dikunci rapat. Gifar berusaha membujuknya untuk buka pintu, tapi semua usahanya gagal.

Selembut apapun, semanis apapun kalimatnya, Arin tetap tidak mau. Gifar kecewa, adik yang biasanya selalu datang ke pelukannya setiap ada masalah, kini malah terus menghindar. Arin takut padanya.

Hari ini libur, Gifar tak tau harus melakukan apa di rumah. Dia hanya bolak balik memeriksa kondisi Ara, sesekali mencoba membujuk Arin, tapi hasilnya tetap sama.

Saat Gifar memutuskan untuk merebahkan tubuhnya di atas kasur, pria tua yang paling sering membuatnya pusing malah meneriaki namanya.

"Gifar! Cabut rumput di belakang, jangan males-malesan terus, mau jadi apa kamu?"

Baru juga mau istirahat, anjirlah.

Mau nolak pun bingung caranya bagaimana. Dia akan dimarahi habis-habisan dan dibilang anak tak berguna. Ya.. setidaknya Gifar jadi bisa merasakan angin segar sambil menikmati hijaunya dunia.

Hari ini, ayah membawa Ara keluar untuk jalan-jalan di mall menggunakan kursi roda. Ayah bahkan tak menawarkan Gifar dan Arin untuk ikut. Meski Arin pasti menolak, setidaknya tawarkan saja dulu.

-------

Pukul 19.25, Arin tak kunjung keluar dari kamar. Gifar tak ingin adiknya kekurangan nutrisi di dalam sana, dia memutuskan untuk membuka pintu secara paksa.

Setelah 3 kali dobrak, pintu kamarnya berhasil terbuka.

"Sayang, ini abang. Abang ga akan jahatin kamu, abang sayang sama kamu, Rin."

"Abang, plis kasi waktu untuk Arin, Arin takut.."

"Maafin abang, Rin. Jangan dikunci pintunya ya? Abang bawain makanan, kamu makan sendiri, abang ga akan ganggu kamu." Arin mengangguk, dia bersembunyi di dalam selimut, hanya kepalanya yang terlihat. "Maafin abang."

Selama Arin makan di dalam kamar, Gifar menunggu di luar, duduk di lantai sambil bersandar pada dinding. Arin setuju untuk tidak menutup pintunya, dan Gifar tidak akan mengintip ke dalam.

Ini sudah yang ke sekian kalinya Gifar menghela nafas, hidup ini benar-benar tak mudah baginya. Dia bingung bagaimana harus mengatasi masalah yang datang bertubi-tubi.

-------

Hari yang ditunggu-tunggu telah tiba, hari di mana Willian dan Gifar akan bertemu di taman dekat tempat William bekerja.

Gifar sudah menunggu di taman itu 2 jam sebelum William selesai kerja, matanya memandang ke arah pepohonan tinggi yang membuatnya merasa ternyata dunia tak seburuk itu.

Pukul 21.45, salah seorang murid yang bersekolah di tempat yang sama dengan mereka datang menghampiri William di mini market. Namanya Jorel.

Jorel dan William terlihat sangat asik berbincang dan tertawa bersama, bahkan Gifar menangkap beberapa kali William dibuat merah oleh pria itu, nafasnya langsung tak beraturan, dadanya terasa sesak.

Come and Stay ; KookvTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang