Mulai Dari Awal

130 22 2
                                    

“Kok sendiri? Hyunjin mana?” tanya Chris bingung saat melihat Changbin kembali seorang diri.

“Itu dia masalahnya. Dia kabur. Makanan sama duit kembalian aja dia ngga ambil, ditinggal di kasir gitu aja.”

Semua orang bingung. “Kabur gimana maksudnya?”

“Ya kabur, lari keluar ngga tau ke mana. Ngilang gitu aja. Gua tanya ke kasir kenapa, katanya ada yang manggil Hyunjin terus dia buru-buru lari.”

“Lah, aneh banget. Rentenir kah?” tanya Jisung asal, bisa jadi kan Hyunjin punya hutang banyak makanya dia kabur.

“Bukan deh gue rasa, kata kasirnya yang manggil masih muda banget kaya anak sekolah.”

Lalu Chris berdiri.

“Mau ke mana?” tanya Minho.

“Cari Hyunjin.”

“Ngapain? Entar juga balik ke sini, dia udah gede, masa ngga tau jalan?” balas Minho.

Memang benar, Hyunjin pasti tahu arah kembali. Hanya saja hati Chris tidak tenang, teman-temannya tidak akan paham, dia juga tidak bisa sembarangan membeberkan alasan kenapa dia harus khawatir. Mana mungkin dia bilang dia pertama bertemu Hyunjin saat anak itu akan melompat dari jembatan?

“Gue takut dia nyasar, kalo gue lama pulang duluan aja gapapa,” pesan Chris sebelum pergi.

Pertama, Chris pergi ke arah konbini, mungkin Hyunjin kembali ke sana. Nihil.

Chris menelusuri area sekitar konbini tapi tidak juga melihat Hyunjin.

Saat seperti ini Chris frustasi juga karena Hyunjin tidak punya ponsel. Kalau dia punya, setidaknya Chris bisa mencoba menghubunginya.

Tidak mau langsung menyerah, Chris mencoba mencari sekali lagi.

Mungkin keberuntungan sedang berpihak padanya, akhirnya dia melihat Hyunjin duduk sendirian di bangku panjang, pandangannya kosong menatap jauh ke depan. Chris langsung paham kalau Hyunjin tidak baik-baik saja dan dia tidak menyesal berkeliling lebih dari tiga puluh menit hanya untuk mencari Hyunjin.

“Hyunjin.”

Chris berusaha selembut mungkin memanggil Hyunjin, tidak mau membuatnya terkejut.

“Eh, Chris? Kok di sini?”

“Nyariin lo. Lo kenapa tiba-tiba ngilang?”

“Maaf. Gue bikin repot ya?”

Chris menggeleng. “Lo….gapapa?”

“Balik yuk. Temen-temen lo pasti nungguin lo,” jawab Hyunjin tidak mengindahkan pertanyaan Chris.

Itu artinya dia tidak siap untuk cerita kan? Jadi Chris hanya mengangguk menurut dan keduanya berjalan beriringan dalam diam.

Itu artinya dia tidak siap untuk cerita kan? Jadi Chris hanya mengangguk menurut dan keduanya berjalan beriringan dalam diam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Ma, aku ketemu Kak Hyunjin.”

Jeongin mengadu pada sang ibu begitu pulang ke rumah.

“Kamu serius?” ibunya terdengar nyaris tidak percaya.

“Eum. Dia ternyata masih ada di Seoul, aku seneng banget bisa ketemu Kak Hyunjin tapi Kak Hyunjin malah kabur lihat aku.”

“Dia mungkin ngga nyaman, dia pasti mikir seluruh keluarga besar bakal ngucilin dia.”

“Kasian Kak Hyunjin. Aku ngga habis pikir kenapa om sama tante bisa lebih percaya orang lain daripada anak mereka sendiri. Dan mereka tega ngusir Kak Hyunjin, gimana kalau Kak Hyunjin kenapa-kenapa di luar sana? Mereka ngga mikir ke situ?”

“Orang tua juga bisa salah, mereka khilaf. Mama yakin mereka pasti nyesel. Bahkan tante Chaerin sampe sakit kan.”

“Aku khawatir banget sama Kak Hyunjin. Dia ngga pantes diginiin.”

“Mama tau. Kita doain yang terbaik untuk Kak Hyunjin ya? Setidaknya kita udah tau dia masih di dekat kita.”

Jeongin mengangguk. Dia sudah janji pada diri sendiri akan membersihkan nama Hyunjin dan membawa Hyunjin pulang.

“Chris, kita ngapain ke sini?” Hyunjin bertanya bingung karena Chris tiba-tiba mengajaknya pergi dan sekarang mereka ada di toko ponsel

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Chris, kita ngapain ke sini?” Hyunjin bertanya bingung karena Chris tiba-tiba mengajaknya pergi dan sekarang mereka ada di toko ponsel.

“Kemarin waktu gue nyariin lo, gue sempet frustasi juga karena ngga bisa ngehubungin lo. Makanya kita cari hp buat lo sekarang, supaya lo gampang dihubungin.”

“O-Oh…” Hyunjin jadi merasa tidak enak. “Kalau gitu, cari yang murah aja dan bisa 0 DP-nya, cicilan tiap bulan. Gua baru bisa mulai nyicil nanti setelah gajian pertama.”

“Kan bisa pake duit gue.”

“Ngga usah, gue ngga enak nerima barang mahal. Bisa dikasih tempat tinggal aja gue udah terima kasih banget.”

“Ya udah, kalo gitu hp-nya tetep gue yang bayarin, nanti lo ganti duitnya ke gue. Tanpa bunga dan lo ngga perlu mikirin hutang tiap hari karena gue ngga bakal nagih kaya rentenir.”

“Uh…oke. Makasih ya Chris. Sorry gue ngerepotin terus.”

“Santai aja sih, Hyun. Ngomong-ngomong, lo ngga mau nyoba tawaran Felix?”

“Huh?”

“Itu loh, soal lo jadi model. Gue rasa ngga ada ruginya kok buat dicoba.”

Hyunjin pikir-pikir, memang tidak ada ruginya. Jisung bilang bayarannya juga lumayan, Hyunjin kan tidak bisa hanya terus merepotkan Chris dan keluarganya. Kalau dia punya cukup uang, Hyunjin pikir lebih baik kalau dia menyewa flat kecil.

“Kalau lo tertarik, nanti gue hubungin Felix. Eh, lo aja deh yang hubungin dia sendiri—pake hp baru,” ujar Chris sedikit menggoda.

Jadi hari itu orang pertama yang Hyunjin kontak dengan nomor baru dan ponsel barunya adalah Felix. Dia bilang kalau dia mau terima tawaran Felix dan besok Felix akan mengajak Hyunjin ke kantornya.

Model? Tidak pernah Hyunjin berpikir dia akan punya kesempatan seperti ini dalam hidupnya.

Entah kenapa, sejak bertemu Chris hidupnya jadi terasa lebih mudah.

Sekali lagi Hyunjin bersyukur karena malam itu Tuhan pertemukan dia dengan Chris sebelum Hyunjin mengambil keputusan bodoh.

Broken Beyond Repair - Hyunjin CentricTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang