Melarikan Diri

176 22 2
                                        

Tempo hari setelah kelas Chris dan teman-temannya usai, Hyunjin benar diantar ke restoran milik kenalan Minho.

Kenalan Minho namanya Jisung, restoran tempat Hyunjin bekerja sekarang adalah milik ibu Jisung.

Hyunjin bisa memasak dan masakannya terbilang enak, tapi ibu Jisung sedang tidak butuh juru masak, jadi Hyunjin dipekerjakan sebagai pelayan.

Lagipula sayang kalau visual Hyunjin yang rupawan disembunyikan di dapur, lebih baik langsung turun bertemu pelanggan, begitu katanya.

“Restoran Mama jadi makin rame sejak Hyunjin kerja di sini,” lapor Jisung pada Minho.

Chris, Minho, Changbin, Jisung, dan Hyunjin sedang berkumpul setelah shift kerja Hyunjin selesai.

“Bagus dong. Berarti Hyunjin bawa rezeki.”

“Gimana ga rame, pelayannya cakep banget gini, pelanggan yang dateng rata-rata cewek semua,” tambah Jisung.

“Ga gitu kok, emang makanan di restoran mama lo aja yang enak,” bantah Hyunjin.

“Ya itu juga sih, tapi lo ga usah nampik, emang senyum lo itu ngundang banyak pelanggan perempuan ke restoran Mama.”

“Udah ngga usah debat, intinya bagus restoran nyokap lo jadi makin laris kan Jis. Btw gue sama Chris mau perform, kalian ikut ngga?”

“Boleh deh.”

“Perform?”

Hyunjin sama sekali tidak menyangka, ternyata Chris, Minho dan Changbin jago dance. Changbin bahkan jago rap juga.

Mereka sepertinya sudah biasa tampil di tempat umum, street dance atau apalah sebutannya. Sebab tidak tampak sama sekali ada raut gugup di wajah mereka meskipun penonton mulai berkerumun.

Omong-omong, Hyunjin bertemu satu lagi teman baru di sana. Namanya Felix, dia teman Chris juga.

Felix ini model. Dia punya darah campuran jadi parasnya juga rupawan.

Selesai perform, keenam pemuda itu bersantai di pinggir sungai Han, menikmati ramyeon panas dengan telur dan sekaleng cola.

"Hyunjin, kamu ga tertarik jadi model?"

Hyunjin nyaris tersedak karena Felix tiba-tiba bertanya begitu.

"Ngga pernah kepikiran sih."

"Ih, kamu tuh cocok banget tau jadi model. Muka kamu, proporsi badan kamu, aku yakin banyak agensi yang mau rekrut kamu. Eh! Kamu mau coba lamar di agensi aku ngga?" tawar Felix.

"Wah, boleh tuh. Bayarannya lumayan tau," sahut Chris.

"Umm..."

"Kalo mau pikir-pikir dulu gapapa kok, hp kamu mana? Simpen aja nomor aku, nanti tinggal hubungin aku kalau minat," lanjut Felix.

"Uh, gue ngga ada hp."

"Oh, gitu? Ya udah nanti biar Chris aja yg hubungin aku."

"Eh, minum gue abis. Seret ih, ada yang mau balik ke konbini ngga?" tanya Changbin tiba-tiba.

Hyunjin mengacungkan tangan.

"Mantap. Lo pada mau nitip ga? Jangan banyak-banyak ya!"

"Nitip cola satu lagi," sahut Minho.

"Mau sosis dong satu, rasa keju diangetin ya," pesan Jisung.

Sementara Felix dan Chris hanya titip air mineral.

Changbin dan Hyunjin berjalan bersisian menuju konbini yang jaraknya lumayan jauh.

"Hyun, gue ke minuman. Lo cari titipannya Jisung ya," ujar Changbin begitu sampai di konbini.

Hyunjin menurut saja.

Deretan sosis dengan berbagai ukuran juga rasa dipajang berdekatan dengan ramyeon instan. Hyunjin mengambil dua sosis keju, satu untuknya dan satu untuk Jisung, kemudian membawanya ke kasir untuk langsung membayar tanpa menunggu Changbin. Soalnya Hyunjin masih harus menghangatkan sosisnya dan itu perlu waktu.

"4000 won," ujar kasir.

Hyunjin mengeluarkan uang terakhir yang dia punya dan memberikannya pada si kasir.

Belum sempat menerima uang kembali, Hyunjin dikejutkan dengan seseorang yang baru memasuki konbini dan langsung memanggil namanya.

"Kak Hyunjin?!"

Mata Hyunjin membulat. Dengan panik dan tanpa berpikir Hyunjin menabrak orang itu dan berlari ke luar. Orang itu mengejarnya.

"Kak!!"

Hyunjin terlalu berlari tanpa menoleh ke belakang, dia bahkan tidak memperhatikan kemana arahnya. Hyunjin hanya ingin pergi.

Napasnya tersengal setelah berlari jauh.

Saat melihat ke belakang, tidak ada siapapun.

Hyunjin memegangi dadanya yang sesak. Lalu berjongkok di jalan menetralkan napasnya.

Setelah tenang, Hyunjin bertanya pada diri sendiri untuk apa sebenarnya dia melarikan diri. Dia bukan buronan.

Orang tadi juga bukan penjahat.

Dia sepupu Hyunjin. Keluarganya.

Mungkin itu sebabnya Hyunjin lari.

Jika orang tua sebagai keluarga terdekatnya saja bahkan tega menghapus Hyunjin dari hidup mereka, apalagi sepupunya.

Mungkin semua paman dan bibinya juga tengah menghujat Hyunjin.

Hyunjin memeluk kakinya lebih erat dan menenggelamkan wajahnya di sana.

Malam tiba-tiba terasa lebih dingin.

Airmata Hyunjin jatuh lagi tapi kali ini tidak ada hujan yang menutupi.

"Jeongin! Lo ngapain sih?!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jeongin! Lo ngapain sih?!"

Jeongin yang kehabisan napas dan kehilangan jejak Hyunjin menoleh ke belakang pada Beomgyu yang ternyata mengikutnya.

"Orang tadi siapa?" tanya Beomgyu.

"Sepupu gue yang lagi gue cari-cari."

"Dia punya utang sama lo?"

Jeongin menggeleng. "Padahal sedikit lagi. Kenapa juga Kak Hyunjin harus kabur sih?"

"Kalau dia kabur berarti dia ngga mau ketemu sama lo. Lo ada salah sama dia?"

Jeongin hanya bisa menghela napas. "Salah gue ngga pulang lebih cepet dan ngga ada saat dia butuh gue."

"Ngomong apaan sih? Udah lah, laper gue. Mau balik ke konbini, jadi ngga makan ramyeonnya?"

Beomgyu tidak menunggu jawaban.

Jeongin membiarkan Beomgyu pergi lebih dulu, sementara matanya masih menyisir kejauhan berharap melihat sekilas sosok Hyunjin namun nihil.

"Seengganya gue tau Kak Hyunjin masih di Seoul."

TBC

Broken Beyond Repair - Hyunjin CentricTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang