1

1.2K 53 1
                                    

  Pagi ini seperti biasa keluarga Adiguna sedang sarapan bersama sambil diisi dengan obrolan santai.

"Pagi sayang". sapa Damian mengecup singkat pipi istrinya

"Pagi juga dear , kamu terlihat luar biasa pagi ini , seperti biasanya". Balas Yuan dengan senyum hangatnya.

"Kamu juga ,setiap harinya bertambah cantik". Namun tiba - tiba kegiatan saling memuji itu terhenti karena saura deheman dari putra mereka.

"Ehmm , kita gak kliatan apa ya bang ? ". ucap yang lebih muda kepada kakaknya

"Kayaknya enggak sih dek , padahal dikamar juga udah berduaan,masih aja". saut si kakak

"Sstt , udah deh jomblo diem aja , mending cari pacar sana daripada julid terus sama papa". Damian membalas ucapan anak - anaknya sambil mendudukkan diri di kursi meja makan , bersebelahan dengan anak bungsunya dan itu membuat anak-anaknya semakin kesal.

"Kita bukan jomblo ya pa , kita cuma masih pilih2 aja biar gak salah orang,ya kan bang ? ". si bungsu yang tidak terima di ejek jomblo oleh papanya.

"Nah , bener tuh pa kalau mau kael sama jere tinggal tunjuk mau cewek yang mana , dikedipin doang sama kita udah iya - iya aja mereka pa". sombong mikael ,ya mau bagaimanapun pada kenyataannya memang begitu , kedua anak Damian dan Yuanita memang sama  - sama memiliki wajah yang tampan keturunan ayah dan ibunya , ya buah tidak jatuh jauh dari pohonnya . Tidak heran  mereka dijadikan idola dan diimpikan oleh para perempuan di kampus dan sekolah mereka.

"Bener Banget kata Abang , lagian jomblo itu pilihan pa , kita jomblo karena kualitas." Ucap jere bangga sambil menaik turunkan alisnya.

" Halah , jomblo karena kualitas , jomblo mah jomblo aja , banyak alesan  banget". dengan wajah mengejek Damian semakin membuat kesal kedua anaknya , sementara Yuan hanya menggelengkan kepalanya , bukan apa-apa tapi Yuan hanya sudah jengah hal seperti ini sudah biasa terjadi setiap pagi. daripada lelah ikut menanggapi tingkah suami dan anaknya Yuan memilih diam sambil menonton keseruan ini.

"Dih , nanti punya pacar terus tiba - tiba dibawain cucu nangis , marah - marah". celetuk jere diangguki kael menyetujui ucapan adiknya.

"Heehh ! jere mulutnya". mata Yuan seketika melotot mendengar perkataan putra bungsunya sementara yang ditegur hanya tersenyum.

"Bercanda ma , peace!".

"Coba aja kalau berani  sebelum kalian bawa cucu buat papa , papa bikinin  adik buat kalian , bikin habis ini juga bisa kali , papa ready 24 jam". ancam Damian sambil tersenyum miring yang seketika membuat kedua anaknya panik.

"Jangan ! ". Ucap mereka bersamaan.

"Jere gak mau ya ! Punya adik terus waktu ngajak jalan pasti dikira itu anak jere atau kalau enggak jere dikira  omnya , mental jere gak akan pernah siap dikira om - om!". Protes jere membayangkannya saja sudah membuat mentalnya down.

"Abang juga , lagian daripada punya adik , Abang lebih pantes kasih papa mama cucu kali , mau bikin habis ini juga jadi". Kael tersenyum jahil

"Abang ! "

"Just kidding mom". Ucap kael sambil menunjukkan dua jarinya.
"Lagian ngadepin maunya ini bayi gede satu aja , butuh banyak energi , jadi satu aja". Sementara yang disebut semakin cemberut , kenapa abangnya ini menyerang dia juga harusnya mereka satu tim.

"Beneran gak mau adik lucu daripada kalian mainin kucing terus mendingan juga mainan bayi". Damian belum puas membuat kesal kedua anaknya terutama anak bungsunya yang sudah membrengut kesal dan itu semakin membuat Damian ingin membuat anak itu lebih kesal lagi.

"Demi Tuhan , kalau sampai jere punya adik , jere bakal kirim bayi itu ke rumah eyang ! ".

"Emang tega ? ". Damian merasa ini semakin seru.

"Enggak sih". ucap jere memelankan suaranya lagian seorang jere dengan hati yang terlampau baik dan penuh kasih mana tega seperti itu.

"Yaudah ayo bikin ma , papa udah selesai sarapannya ke kantor nanti aja". Damian berpura-pura beranjak dari kursinya .

"PAPA!". Teriak jere dan kael bersamaan.

"Duduk lagi nggak ! ". Jere menarik tangan papanya Sungguh Damian sudah berhasil membuat jere kesal.

  Sementara Yuan yang sudah jengah mendengar perdebatan mereka mulai membuka suara sambil mencubit perut suaminya.

"Udah deh , seneng banget bikin keributan pagi - pagi ".

"Akh , namanya juga sayang anak". kekeh Damian

"Sayang anak kok bikin kesel". gerutu jere sambil memutar malas bola matanya.

"Emm , ma pa , nanti kael ijin pulang telat diajakin Henry nyanyi di opening cafe barunya , itung - itung bantu dia promosi". Ijin kael pada Damian dan yuan , kael memang dari kecil sudah pandai bernyanyi dan menyukai alat musik bermula dari bernyanyi  di gereja sampai sekarang dia fokus pada musik folk bernyanyi dari cafe ke cafe meski penikmat musik folk sedikit tapi namanya mulai dikenal di beberapa kalangan remaja.

"Boleh tapi pulangnya Jangan kemaleman ya bang , hati - hati ". pesan Yuan pada anak sulungnya.

Namun tiba-tiba jere  bersuara meskipun Ragu2.

"Emm , maaf ma pa". ucap jere sambil menunduk memainkan kedua jari - jari tangannya yang saling bertautan diatas meja.

"Kalau hari ini pulang sekolah jere ijin pergi tapi tanpa om James,boleh gak ? ".Tapi sebelum orang tuanya menjawab jere segera menambahkan.

"Jere janji bakal baik - baik aja , jere bakal pulang tepat waktu". Ucapnya sungguh2.

Tapi yang didapat tatapan sendu dari kedua orang tuanya.
"Jere sayang". Panggil Yuan lembut sambil berjalan kearah putra bungsunya lalu mengusap lembut rambut Jere .

"Bukan mama sama papa gak mengijinkan , tapi Jere tau kan papa mama cuma khawatir sama jere".

"Bahkan mengijinkan Jere pergi ke sekolah aja, sebenarnya mama sudah khawatir sekali sama kamu".

"Tapi jere cuma pengen satu hari di hidup Jere , Jere ngelakuin apa yang pengen jere lakukan  ma atau bahkan yang belum pernah jere lakukan".

"Jangankan satu hari , kalau keadaan Jere sudah membaik , Jere boleh melakukan semua hal yang Jere mau dan mencoba semua hal yang belum pernah Jere lakukan". kali ini Damian yang berbicara.

"Can i get that chance , pa ?".

"Sure,you can get it ! sabar ya". ucap Damian sambil mengelus punggung anaknya, sementara Mikael hanya diam bingung menanggapi apa ? dia sangat mengerti perasaan adiknya dikekang dan dibatasi sejak usianya 5tahun namun disisi lain dia juga khawatir.

"Tapi jere cuma...".
Jere tidak melanjutkan ucapannya karena dia tau itu hanya akan menambah sakit kedua orang tuanya .

"Maaf" cicit jere

"Gak apa - apa , sayang Jere boleh mengungkapkan apa yang Jere mau , jangan dipendam , maaf papa belum bisa menghilangkan sakitnya Jere". Sesal Damian ,tidak ingin anaknya merasakan sakit tapi dia juga tidak bisa berbuat apa - apa.

Sementara Jeremiah , hanya tersenyum mengangguk menanggapi kedua orang tuanya , pada akhirnya dia akan selalu berakhir seperti ini bersabar bahkan untuk melakukan hal - hal kecil yang biasa dilakukan orang lain, dia yang di vonis leukimia sejak  kecil serta semua anggota keluarga yang menjaganya dengan ketat membuat jere tidak bisa melakukan kegiatan bebas seperti orang pada umumnya,bahkan jere sudah lupa rasanya bermain bebas tanpa beban mungkin dalam 17 tahun hidupnya dia benar - benar merasakan semua itu hanya 5 tahun pertamanya hidup di dunia namun seperti kata papanya dia hanya butuh bersabar sampai dia menang. Semoga ada 10 tahun , 20 tahun atau berpuluh taun berikutnya untuk dia merasakan kebebasan itu lagi.

last Christmas [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang