13

404 28 2
                                    

Malam natal sudah tiba , seluruh sudut kota sudah dihiasi ornamen - ornamen natal , pohon natal lengkap dengan hiasannya sudah terpajang di tiap rumah , lagu - lagu natal seharian diputar di toko dan pusat perbelanjaan suasana dingin bulan Desember pun terasa hangat malam ini karena dipenuhi dengan sukacita begitupun Joan yang saat ini sedang bersiap - siap bertemu dengan Jere rencananya mereka akan melakukan misa malam natal bersama di gereja  kemudian dilanjutkan makan malam di rumah keluarga adiguna untuk menghabiskan malam natal mereka.

White Turtleneck lengan panjang dipadukan high waist A line skirt berwarna abu dipilih Joan sebagai outfit yang akan ia dipakai malam ini dengan kalung salib yg tergantung dilehernya , setelah selesai bersiap Joan segera turun dan segera keluar takut Jere sudah menunggu di tempat mereka bertemu , mereka berjanji bertemu di minimarket tempat mengantar Jere kemarin.

Tapi baru beberapa langkah setelah menutup pintu rukonya , langkah Joan terhenti karena ada seorang laki - laki yang mungkin berumur 20 tahunan.

"Sorry , lo yang namanya Joan ? ". Ucap laki - laki itu ragu.

"Lo siapa ? ".

"Emm.. sebelumnya kenalin , gue Mikhael abangya Jere".

"Jere? Emang Jerenya kemana ? ".

"Gue gak bisa jelasin sekarang , ayo masuk mobil gue dulu". Kael menggaruk tengkuknya lalu segera berjalan membuka pintu mobilnya setelah mendapat anggukan dari Joan.

Hening , beberapa saat setelah Kael melajukan mobilnya , mereka canggung dan sibuk dengan isi kepala mereka masing - masing  Joan masih bingung kenapa bukan Jere yang menjemputnya dan Kael yang tidak tahu harus menjelaskan mulai dari mana.

"Jadi..". ucap kael dan Joan bersamaan memecah keheningan.

"Lo duluan Jo".

"Jadi Jere kenapa ? ". Ucap Joan dengan mata yang sudah berkaca - kaca.

"Jere baik , Jere gak kenapa - kenapa". Jawab kael dengan tenang

"Gue udah tau". Ucapan Joan membuat Kael menoleh kearahnya dengan dahi yang berkerut seolah bertanya apa maksud perkataan Joan.

"Gue.. gue tau jere sakit leukimia". Membuat Kael seketika membuang muka dengan sedikit panik.

"Ke.. kenapa Lo bisa tau ? " Tanya Kael sedikit gelagapan sambil sedikit mencengkram setir mobilnya.

"Cita - cita gue dulu jadi dokter dan gue cukup berambisi buat mencapai itu semua , gue belajar mati - matian sampai akhirnya gue dapet beasiswa keluar negeri tapi sayang takdir gak ngijinin gue". Joan memulai ceritanya dan Kael hanya diam tanpa menanggapi, menunggu Joan menyelesaikan ceritanya.

"Dan saat gue pertama kali lihat Jere minum semua obat - obatnya , gue udah tau jenis obat apa yang diminum jere".

"Terus , jere tau ? lo udah  tau penyakitnya?". ucap kael dijawab gelengan oleh Joan.

"Enggak , gue gak mau ngerusak satu harinya dia bang , yang gak tau kenapa gue ngerasa satu hari itu akan jadi satu hari yang berarti buat dia dan gue gak mau dia ngerasa gue cuma kasihan padahal  gue tulus dan demi apapun merasa dikasihani itu rasanya gak pernah nyaman".

"Jadi karena itu lo mau nemenin dia?"

"Bisa iya , bisa enggak , lo tau gak sih bang adek lo ngasih gue uang 30 jt cuma buat nemenin dia naik motor , gila gak ? mana gak bisa diem sama berisik banget ngeri dikejar polisi gue". Ucap Joan terkekeh tapi berbanding terbalik dengan air matanya yang sudah mengalir dari tadi.

"Agak diluar nalar si Jere kadang - kadang Jo". kekeh Kael membayangkan betapa menyebalkan adiknya saat itu.

"Jere sekarang dimana bang?"

last Christmas [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang