Joan berjalan menuju ke toko kelontong peninggalan orang tuanya , orang tua Joan meninggal beberapa tahun lalu karena kecelakaan , membuat Joan mau tak mau hidup seorang diri, bertahan hidup dari toko kelontong di depan pasar yang pernah menjadi toko paling laris tapi lama - kelamaan semakin sepi dan barang yang semakin sedikit karena kalah bersaing dengan supermarket dan minimarket yang didirikan di dekat tokonya tapi mau bagaimana lagi , memiliki rumah sekaligus toko peninggalan orang tuanya harus tetap dia syukuri tapi daritadi Joan merasa ada yang mengikutinya.
"Kok , kayak ada yang ngikutin gue". monolog Joan dengan cepat dia menolehkan kepalanya tapi tidak ada siapa - siapa , akhirnya dia memutuskan berjalan cepat dan bersembunyi.
Sementara Jere yang ternyata mengikuti Joan daritadi mulai kebingungan karena dia kehilangan jejak Joan.
"Kemana sih perginya , cepet banget ngilang?". ucap jere sambil menggaruk kepala belakangnya.
"DORRR!!!!!".
"ASTAGA!!!" jere reflek memegang dadanya , kaget tentu saja.
"Ngikutin gue ya Lo ? ".
"Mm..mm..itu ? ". Jere bingung mau menjawab apa , setelah berpisah dengan Joan di lorong ruko tad i, jere jujur saja bingung mau kemana , akhirnya dia memutuskan mengikuti Joan.
"Hamm..hemmm aja lo , mau ngapain ngikutin gue ? oh atau emang beneran mau macem - macem ya lo?". tuduh Joan sambil memicingkan matanya.
"Enggak kok , gue cuma bingung mau kemana , gue belum punya tujuan makanya ngikutin lo". Jere tersenyum canggung sambil mengusap leher belakangnya
"Dih , ogah gue diikutin sama lo , sana ngikut Mak Lo?". Joan mempercepat langkahnya tapi jere tetap mengikutinya dari belakang .
"Aduh stop ! gak usah ngikutin gue Jere".
"Please Jo , gue bingung banget mau kemana , gue janji gak bakal ganggu lo?". Jere menyamakan langkahnya dengan Joan dan itu menarik perhatian orang-orang disekitar mereka
"Nah ini , lo udah ganggu gue , lo udah ngabisin waktu gue buat buka toko lebih cepet".
"Oh , kalau gitu gue bantuin lo buka toko sebentar aja sambil gue mikir mau kemana habis ini". Joan tidak menjawab semakin mempercepat langkahnya meninggalkan jere ,namun tiba-tiba..
Brukk
"Mbak , pacarnya pingsan !". teriak seorang bapak - bapak , seketika membuat Joan menoleh dan menghentikan langkahnya , matanya langsung membola melihat siapa yang pingsan.
"Astaga , jere lo kenapa?". Joan segera berlari kearah Jere lalu menepuk pelan pipi Jere.
"Makanya kalau berantem ngomong baik - baik mbak , jangan diajak lari - larian dijalan kasian pacarnya sampai pingsan gitu ". celetuk seorang ibu - ibu yang tidak tau situasi membuat Joan kesal setengah mati tapi malas menanggap ,blebih penting menolong Jere dulu pikirnya.
"Tolong bawa ke ruko saya di depan Situ pak". Joan meminta tolong kepada orang - orang yang mulai mengerubungi mereka.
"Yaelah , lama banget pingsannya , lagian badan bongsor gini bisa - bisanya pingsan segala , payah banget". Gerutu Joan sambil menatap Jere yang tidak kunjung membuka matanya sejak setengah jam yang lalu.
"Hidung tinggi amat pasti pas Tuhan bagiin hidung lo paling rajin datang duluan , makanya Menang banyak" .Joan tetap berbicara meski Jere tidak menanggapi .
"Sshhh.. akkhhhh". Jere mengerjapkan matanya sambil memegang kepalanya yang terasa sakit dengan tangan kanannya.
"Eh , udah sadar Lo??". Joan yang duduk tidak jauh dari tempat jere berbaring pun segera menghampirinya jere.
"Gua dimana?". tanya jere masih bingung dengan apa yang terjadi.
"Lo disurga , ini gue bidadarinya" ucap joan sambil tersenyum jahil.
"Ckkk,..disurga gak ada bidadari modelan bar - bar kayak lo".jere mengubah posisinya menjadi duduk.
"Dih , masnya udah ditolong tapi ngatain,tau gitu gue hibahin ke mak - Mak gak tau diri tadi". ucap Joan yang masih kesal mengingat ibu - ibu tadi.
Sementara jere tidak menyahuti , dia sibuk memijat pelipisnya karena sakit kepalanya."by the way , lo sakit ? Apa gimana deh , Kok bisa pingsan gitu?".tanya joan penasaran.
"Enggak ,gue cuma.." Belum sempat jere melanjutkan bicaranya terdengar suara dari perut Jere.
Krukkkk....
"Lhah , laper lo?" Saut Joan cepat
"Ah , iya itu gua laper , belum sempet sarapan tadi". untung perutnya berbunyi jadi Jere tidak usah repot - repot mencari alasan.
"Anjir , orang ganteng kaya raya emang beda , orang miskin laper puasa lhah lo laper pingsan". Joan menggelengkan kepalanya heran.
"Udah jangan bawel,mending sekarang kita cari makan". Jere langsung berdiri lalu menarik tangan Joan mengajaknya keluar sebelum Joan bertanya macam-macam padanya.
"Anjing ! kaki gue keserimpet Jere". umpat Joan
"Sstt..ngumpat mulu , Tuhan gak suka". dengan tiba-tiba Jere berbalik mendekatkan wajahnya tepat di depan wajah Joan dan menempatkan jari telunjuknya dibibir membuat Joan seketika gugup.
"Idih , em..emangnya gue bocah lo bilangin kayak gitu". ucap Joan gugup entah kenapa degup jantungnya jadi berdetak tidak karuan.
"Udah ayok,cepetan jalan gue juga udah laper , gara - gara lo tadi gue gak jadi beli sarapan". Joan yang salah tingkah berjalan mendahului jere.
Jere yang melihat tingkah Joan hanya terkekeh sambil menggelengkan kepalanya "lucu banget ,berisik kayak petasan banting".