[7]

10.1K 972 27
                                    

"Apa apaan ini Christ" Hanan dapat melihat dengan jelas anak dari sahabatnya itu sudah putih pucat terbaring di ranjang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apa apaan ini Christ" Hanan dapat melihat dengan jelas anak dari sahabatnya itu sudah putih pucat terbaring di ranjang.

"periksa saja bodoh" Christ lah yang sudah merapihkan posisi tidur sakha tadinya, ia menunggu Hanan datang dan masuk ke kamar putranya itu dan melihat Sakha yang tidur dengan posisi yang berantakan.

"Sakha membutuhkan donor darah, oh Christ betapa bodohnya dirimu, putra mu ini hampir mati dasar bodoh" hanan menyibakkan selimut itu pelan ia perlu mencari tau apa penyebab sakha kekurangan darah sebanyak ini, tak mungkin kan pemuda yang sudah ia anggap seperti putranya sendiri ini menderita penyakit mematikan atau apapun itu hanan tak akan membiarkan hal itu terjadi, hanan menyernyit ketika melihat perban di tangan sakha, balutan yang tak perofesional itu terlihat jelas, ia meraih lengan itu pelan takut membangunkan sakha.

"Kau bisa memberikan sakha padaku Christ jika memang tak ingin anak ini ada di sisimu, tak perlu menyiksanya seperti ini putramu hampir saja bertemu tuhan" sekarang semuanya terjawab, Hanan beranjak pelan mengambil alat perawatan rumah sakit miliknya, ia perlu menjahit luka ini secepatnya jika tidak hal buruk benar-benar akan terjadi.

"JAGA UCAPAN MU ITU HANAN" Christ tak mengerti ia tak melakukan kekerasan apapun pada putranya itu, ia tak suka ketika Hanan membicarakan kematian putranya semudah itu.

"diamlah, dan cepat minta bawahannya itu membawakan kantung darah jika tak ingin putra mu ini bertemu tuhan" meski dengan emosi Christ tetap menghubungi bawahannya untuk membawa apa yang Hanan pinta itu.

"ugh.." Sakha terbangun ia mengerjap pelan, lagi pula siapa yang tak terbangun ketika mendengar teriakan Christ yang menggelegar itu.

merasakan rambutnya di usap, salah menoleh ke samping dapat ia lihat paman hanan dokter pribadi keluarga itu berada di sampingnya sembari membersihkan luka di lengannya itu, lengannya terasa dingin mungkin efek dari alkohol di kapas yang Hanan gunakan, Sakha masih loading otaknya masih belum faham apa yang terjadi.

"Sakha, tahan ya ini tak akan sakit seperti di gigit semut saja" Sakha seketika membelalakkan matanya ketika melihat paman hanan hendak menyuntikkan sesuatu ke lengannya itu, ia benci di suntik ia benci apapun yang menyangkut rumah sakit ia benci obat.

"No, get away from me" sakha berdiri di atas ranjangnya, ia hampir saja ambruk jika saja tubuhnya tak di tahan oleh Christ, lagi pula tindakan itu terlalu ceroboh, sakha anemia tapi malah langsung berdiri secara tiba-tiba bagaimana tidak roboh.

"Suntikan saja" Christ menyodorkan lengan sakha yang terluka pada Hanan, Sakha tentunya memberontak ia memang takut pada ayahnya itu tapi ia lebih takut jika di suntik.

Sakha itu memiliki prinsip ' lebih baik sekarat dari pada di suntik ' konyol tapi itu benar adanya.

"Ayah please hic ayahh" Sakha menggenggam erat jas milik ayahnya itu, yang tadinya rapi sekarang terlihat jelas jas itu sudah kusut masut dan jangan lupakan air mata yang mengalir dari mata Sakha, anak itu benar-benar takut.

LOKA SAKHA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang