'Cafe Jaka ting-ting' hari ini buka, aroma kopi yang harum menyambut kedatangan setiap pelanggan yang memasuki pintu utama. Suasana hangat dan ramah menciptakan tempat yang sempurna untuk melepaskan penat dari hiruk pikuk kota.
Seperti cafe pada umumnya, nampak lah dekorasi cafe yang sederhana namun memiliki banyak kesan modern disini, menciptakan sebuah atmosfer yang menenangkan dan menyejukkan mata
Dari segelintir banyaknya barista, masih tersisa satu yang berdiri sembari tersenyum
Rosianna Kinanti, barista cantik yang mengenakan apron warna hitam itu tersenyum ceria setelah selesai mengantar pesanan kopi paling terakhir, kedua bola matanya memonitor dan mengamati para pelanggan yang duduk di meja-meja kayu yang indah, menikmati segelas minuman kopi favorit mereka sambil menikmati sepotong kue homemade yang lezat.
"Mbak Anna tolong anter kopi ke meja no 27 boleh? aku lagi ngitung duit ini.."
Yang bersuara barusan adalah Runa, gadis itu memang bekerja sebagai seorang kasir, tiada hari tanpa menghitung jumlah penghasilan cafe, begitu pekerjaan Runa
"Ada pesanan lagi?" tanya Anna
"Ada pelanggan yang baru dateng tuh, ternyata di ujung sana masih kesisa satu meja yang kosong, dia duduk disana.."
"Owalah oke" balas Anna
"Kopinya diatas meja ya"
Anna mengangguk paham, segera berjalan mengambil segelas americano di atas meja yang ditunjuk Runa tadi, tak lupa Anna menaruhnya diatas nampan lalu mengantar nya, karena kalau mengantar seperti itu terlihat lebih sopan ketimbang diantar mentah-mentah pakai tangan saja
Jarak dari meja barista dengan meja nomor 27 itu terbilang cukup jauh, karena letaknya di paling ujung tepatnya dekat kaca jendela
Berjalan menyusuri area cafe yang ramai dikunjungi muda-mudi, Anna tersenyum kecil ketika hampir sampai di meja no 27, sudah hendak meletakkan segelas americano itu di atas meja, tetapi..
"HALO GES, AGAR NGOPINYA GA BORING-BORING AMAT, AKANG SATYA YANG GANTENG INI BAKAL BAWAIN LAGU YANG DINYANYIKAN OLEH LUYA MANA!!!!"
Anna terkejut bukan main sebab suara melengking milik Satya yang menggelegar, rasa kaget yang diberikan tanpa aba-aba membuat segelas americano panas yang niatnya akan di taruh di atas meja kini tersiram secara reflek pada jas milik laki-laki yang duduk di depannya, iya tersiram pada laki-laki yang memesan itu
"Gimana sih mbak? kok nyiram?"
Anna ternganga kaget, ia bingung kalang kabut mau melakukan apa, melihat wajah laki-laki di depannya yang merah padam membuat Anna semakin merasa takut
"Astaga! aduh maaf, maaf banget saya tidak sengaja, aduh panas pasti ya? ma-"
"Mbak gimana sih mbak? panas nih perut gue" sentak laki-laki berperawakan tinggi itu, ia menatap Anna dengan tatapan sengit
Laki-laki itu beranjak dari duduk, kemudian melepas jas kerja dari tubuh nya lantas membantingnya di atas meja dengan gerakkan yang menyeramkan
"Ah! jadi kotor jas gue!!"
Kini atensi seisi cafe terarah pada Anna dan laki-laki itu, Jaka selaku pemilik cafe langsung datang menghampiri mereka dengan wajah panik, tadinya ia sempat kaget setelah diberitahu oleh Runa kalau ada kekacauan antara Anna dan pelanggan
"Astaga Anna, apa yang terjadi?"
Jaka datang dengan air muka yang begitu terkejut, ia menatap si laki-laki yang selalu berdecak sebal sekali dua kali di hadapannya, sepertinya laki-laki itu kesal

KAMU SEDANG MEMBACA
6 MONTH 182 DAYS
Fanfiction[ SUDAH TERBIT DI ETERNITY PUBLISHING ] . . . "Bisa-bisanya aku nerima tawaran menikah sama laki-laki cerewet kayak dia!?" Anna menerima tawaran Jeffrey tanpa banyak pilihan, laki-laki itu melunasi hutang mendiang orang tuanya dengan syarat sederhan...