Di Tongkrongan #4

21 0 3
                                    

Judul: Bila Nanti Saatnya Telah Tiba!

Akad-Payung Teduh
.
.
Keknya bakal banyak easter egg Payung Teduh di sini :v

So, ya
Enjoy!
.

." Bila nanti saatnya telah tiba!
Kuingin kau menjadi istriku!
Berjalan bersamamu
Dalam terik dan hujan
Berlarian kesana kemari dan tertawa."

Sepucuk kata yang sayang tak sempat terwujudkan.

...

Hari masih terang seperti biasa, Gyomei jua merasakan hal itu meski kedua mata sudah buta dan tak dapat melihat lagi.

Hari ini bertahunkan 2013, dan jika Gyomei tak salah hitung, hari ini adalah ulang tahun istri tercinta yang masih tertidur di rumah sakit setempat.

Pun demikian, Gyomei tetap semangat menyambut hari. Ia lalu turun dari kasur empuknya lalu memulai berbagai kegiatan seperti,: memasak air, sholat, memasak makanan, dan yang paling penting membersihkan rumah meski hanya sedikit dan baru setelahnya ia pergi mandi.

Menuju kamar tidur, Gyomei tak henti-henti kembali memikirkan hal apa yang sekiranya bisa membuat senang hati istri tercinta, memang banyak sekali hal untuk membuat sang istri bisa senang hati, tapi, ia hanya menginginkan yang paling berkesan.

Jika perlu, hal itu akan terus dikenang sampai tua nanti.

Lemari kayu bermotif burung merak lalu dibuka, tangan raksasa darinya mulai meraba-raba ke segala pakaian yang terpajang di sana hingga akhirnya dipilihlah kemeja hijau teh bergaris putih vertikal, sementara untuk bawahan Gyomei menjatuhkan pilihan pada celana panjang berwarna krim.

Singkat cerita dari dalam cerita singkat Gyomei telah siap berangkat, kemeja hijau, celana panjang, tas selempang berwarna coklat tua, sementara si kaki di beri alas sebuah sandal tali berwarna coklat.

" Bismillah."

Dengan penuh rasa semangat serta doa Gyomei mulai perjalanan menuju rumah sakit.

...

Suara musik milik band Payung Teduh kini mengiringi perjalanan kecil si manusia raksasa Gyomei di dalam angkot.

Meski sempat ingin ia pinta untuk mematikan musiknya, akan tetapi beberapa lagu justru berhasil membuat Gyomei merasakan sensasi nostalgia bersama dengan istrinya.

Lagu Perempuan Dalam Pelukan misalnya, lagu berdurasi lima menit lebih ini, baik sengaja ataupun tidak sengaja berhasil membawa dirinya untuk menikmati malam yang telah berlalu.

Pada saat itu listrik tiba-tiba saja padam, dan diluar sendiri di barengi hujan badai. Hal yang membuat Gyomei kerepotan adalah ketakutan sang istri terhadap petir. Sehingga Gyomei harus memeluk pujaan hati manakala waktu tidur dan percaya atau tidak, ia tak sedikitpun tidur hingga menjelang subuh demi menenangkan pujaan hatinya.

Mengingat kembali kejadian itu membuat Gyomei tertawa sendiri, toh baginya itu adalah pengalaman paling berkesan selama menjadi seorang suami penuh kesabaran dalam menghadapi istri yang seperti anak polos.

" Udah sampai di rumah sakit nih, mank Gyomei," ucap si supir angkot yang kebetulan adalah kawan lama sewaktu SMP dulu.

" Oh iya, makasih ya Sanemi,"

" Dah nggak apa-apa, toh lu udah bayar sebelum masuk kok."

" Tapi ngomong-ngomong, kok kamu jadi supir angkot? "

" Biasa tuntutan pekerjaan utama," jawab Sanemi yang kini membuat seorang penumpang berjaket kulit hitam sangar mulai ketar-ketir.

" Oh, gitu toh, paham-paham. Aku turun ya,"

Turunlah ia di depan pelataran rumah sakit. Dan bagai ombak besar, Gyomei mulai berjalan cepat menuju rumah sakit, seolah-olah ia sudah tak sabar lagi untuk menemui istri tercinta.

Dalam lenggang tak terganggu, pria besar ini lantas menuju ruangan mawar tempat istri tercinta dirawat sedemikian rupa.

Dan ketika sudah sampai di depan pintu ruangan, Gyomei samar mencium bau anyir darah tak mengenakan. Sontak tangan raksasa darinya mulai membuka kenop pintu dengan tergesa-gesa.

Di dalam sana terbaringlah wanita cantik tanpa pengawasan mulai mengeluarkan darah segar dari bibir mungilnya.

Penuh kesigapan Gyomei lalu memegangi tubuh sang istri dan mulai memeluk tubuh ringkih tak berdaging itu dalam posisi berbaring.

" Ayune, kau batuk darah lagi?" tanya Gyomei di atas pundak kanan sang istri.

" Gyo," rintih Ayu.

" Akan ku panggil dokter untuk bisa ke sini, kau tunggu saja dulu," kata Gyomei setengah panik.

Namun sayang, si empu tak menginginkan hal demikian. Dipeganglah tangan raksasa itu, seolah-olah tak mengizinkannya untuk mencari bantuan.

Air mata lalu banjir dari pelupuk mata Gyomei yang sepenuhnya berwarna putih tanpa ada pupil. Memang ia tak bisa melihat, tapi bukan berarti ia tak memiliki kepekaan terhadap situasi seperti ini.

" Apa maksudnya kau menahanku? Ini demi kesembuhan dirimu."

" Temani aku. Sekali ini saja,"

" Tidak, aku tidak akan membuatmu batuk darah lagi!" Bantah Gyomei bersikeras.

" Lupakan semua itu, ingat lagi lagu pertama yang kau putar untuk melamarku dahulu,"

Keadaan seketika hening, suara jawaban yang parau dari wanita berambut hitam itu berhasil membuat lawan bicara menjadi terbungkam begitu saja.

Sorot mata coklatnya mungkin sudah tidak setajam dahulu, tapi bukan berarti dia telah kehilangan semuanya.

Dengan mulut penuh darah segar ia mulai bernyanyi penuh suara parau nan tak lagi merdu.

Akan tetapi, suara tak indah itulah, yang menjadi salam perpisahan di tempat ini.

" Aku ingin berjalan bersamamu
Dalam hujan dan malam gelap
Tapi aku tak bisa
Melihat matamu

Aku, ingin berdua dengamu
Di antara daun gugur
Aku, ingin berdua denganmu
Tapi aku hanya melihat
Keresahanmu."
.

...

2017

" Pak Gyomei, kenapa sih bapak suka muter lagu Akad-nya Payung Teduh?" tanya rekan kerja juniornya yaitu Murata di sebuah kedai mie ayam, yang kebetulan pada saat itu sedang hujan lebat.

Gyomei yang masih menyantap mie ayam dengan lahap lalu terdiam, senyum simpul terpatri jelas hingga akhirnya ia menjawab.

" Nostalgia masa lalu, mas Murata."

.
.
.



Ngehe, maaf banget kalau semisal isinya banyak banget easter egg seputar band indie satu ini, tapi ya kalau dipikir-pikir lagi, kebanyakan lagu mereka enak buat di dengar sih :v

Oh iya, besok ada sisa dua lagu loh!

Enaknya Pak Sapardi atau Negara Lucu?




Angkringan Time. KNY VERSION { Revisi}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang