Lagi-lagi Shaula berdiri bersandar di pagar balkonnya. Malam itu kamar seberang rumah masih terlihat menyala, Shaula menunggu bayangan manusia terlihat sejak tadi setelah jam makan malam. Matanya terus menatap jendela kamar yang jelas bahwa itu kamar Kama. Kamar Gamma sudah gelap, tadi dia juga berpamitan hendak tidur lebih awal supaya esok fresh saat di kampus.
Akhirnya bayangan manusia yang Shaula tunggu itu terlihat dari luar jendela. Shaula tersenyum senang kemudian melempar jendela itu dengan satu biji kelengkeng yang sejak tadi dia kumpulkan sambil menunggu. Satu lemparan tidak berpengaruh, dua lemparan juga hanya menampilkan bayangan yang diam, seperti tengah berfikir. Hingga dilemparan ketiga Shaula lihat bayangan itu semakin mendekat membentuk siluet jelas dari balik sana. Ditunggu dengan senyuman jendela itu tidak terbuka, hingga Shaula berniat melempar kembali kaca jendela ke empat kalinya. Belum sempat terlempar suara Kama sudah terdengar.
"Kenapa?"
"Hehe, mau nanya lagi"
"Apa?"
"Jadi gini kak, crush temen aku tuh nyuruh temen aku buat jangan deketin dia lagi, padahal dia kan udah usaha tuh, terus gimana?"
Kama mengingat hari itu, hari dimana Shaula bercerita yang katanya temannya itu sedang suka seseorang yang mana Kama tau jika itu kisah Shaula sendiri.
"TEMEN LOada salah apa sama crush nya?" Kama menekankan kata temen itu sengaja.
"Engga ada sih kak"
"Coba diinget inget" Kama.
Shaula berfikir keras, apa kesalahannya sehingga Rigel menyuruhnya menjauhi dirinya. Hingga wajah Dinda terbesit di otak Shaula.
"Kak, kayaknya crush temenku itu punya cewe deh" kata Shaula lemah.
"Tau dari mana? Sotoy. Udah nanya?"
"Udah, ga dibales. Cuma ditinggal pergi doang" kata Shaula masih dengan nada sedih.
Kama diam sejenak, lucu melihat Shaula begini. Terlihat jelas jika anak itu baru puber.
"Besok tanyain lagi, kalo perlu tanya aja ke temennya!" Saran Kama.
"Bilangin semangat ya buat TEMEN LO!!!" Kama kembali menutup jendela kamar dan mematikan lampu kamarnya. Meninggalkan Shaula berdiri sendiri di balkon atas dengan piama beruang sambil masih makan kelengkeng.
***
Rigel berjalan sendiri, Raja tidak ikut karena sudah digeret Kiano ke kantin untuk sarapan. Sementara Rigel berjalan seperti biasa, hendak menginjakkan kaki ditangga langkahnya terhenti. Mengingat hari kemarin dimana Shaula berdiri disana untuk menyapanya. Pagi ini dia tidak melihat gadis itu, entah kemarin yang kebetulan atau malah hari ini yang kebetulan. Seketika Rigel mengingat lagi ucapannya di uks kemarin, dimana dia menyampaikan kepada gadis itu untuk berhenti mendekati dirinya. Mungkinkah Shaula berhenti. Rigel harap begitu.
Bell berbunyi, namun Shaula belum terlihat batang hidungnya. Teman-temannya terutama Kalila dan Danielle khawatir. Takutnya Shaula sakit dirumah karena kemarin atau malah tadi dijalan menuju kelas Shaula lagi-lagi dihadang oleh gengnya Dinda.
"Woi Shaula dihukum noh!! Disuruh lari keliling lapangan sama pak bambang!" Kata Firman yang baru saja dari luar.
Kalila dan Danielle segera memastikan. Benar. Itu Shaula dengan style yang masih sama seperti dia yang selama ini mereka temui. Rambut kepang dua dengan sedikit poni samping yang basah akibat keringat.
"Ada-ada aja tuh anak satu" ucap teman sekelas Shaula yang lain.
Tidak ada masalah dengan Shaula, mereka santai santai saja. Malah yang ada mereka sangat terhibur dengan adanya Shaula dikelas. Karena gadis itu humble dan banyak tingkah yang membuat teman-temannya tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shaula's Star
Teen Fictionusaha Shaula untuk mendapatkan kakak kelasnya yang penuh misteri penyebab dirinya selalu tak dapat tempat dihati Rigel meskipun Rigel diam-diam memberikan perhatian nya pada gadis itu. Lantas berhasilkah Shaula duduk di bangku tertinggi hati Rigel?