17. Misteri

80 16 3
                                    

Rigel berjalan kearah etalase dengan beberapa kue cantik berada di dalam sana. Dia tampak melihat dengan seksama kue mana yang ingin dia beli. Sudah sekitar setengah jam dia hanya memandangi kue-kue itu sampai seorang pegawai mendekati pemuda itu untuk menawarkan bantuan.

"Permisi? Ada yang bisa saya bantu?" Tawar pegawai toko roti itu. Rigel menggaruk tengkuknya yang tidak gatal menatap canggung pegawai toko itu.

"Em kue ulang tahun buat cewe mbak yang enak yang mana ya?" Rigel akhirnya bersuara.

"Oh buat pacarnya ya? Mari saya tunjukan, sebelah sini" pegawai itu berjalan mendahului Rigel tanpa Rigel sempat ber babibu lagi.

Setelah melihat-lihat akhirnya Rigel memutuskan sebuah roti ulang tahun dengan rasa Red Velvet terbalut cokelat cair dan sedikit remahan merah delima. Terlihat elegan dan mahal meski hanya di bandrol dengan harga dibawah dua ratus ribu saja.

Pemuda itu berjalan keluar toko roti dengan menenteng apa yang baru saja dia beli, berjalan kearah motornya. Meski kesulitan karena hanya dia sendirian Rigel tetap menjalankan laju kendaraannya.

Di lampu merah Rigel berhenti karena rambu lalu lintas itu menunjukkan tanda bahwa dirinya dan pengendara lain harus berhenti. Rigel menatap kotak kue itu dengan seksama, mendadak hatinya risau tak seperti biasanya.

"Telpon Raja? Jangan?" Monolog Rigel diatas motor.

Lampu kembali berwarna hijau, tanpa berlama-lama tentu Rigel melajukan kembali kendaraannya ke tempat yang dia tuju.




Kama merebahkan diri di atas kasurnya, baru saja dia kembali dari kampung halaman ibunya karena kabarnya neneknya sakit. Karena neneknya sakit itu sebabnya Kama hanya kembali sendiri, ayah dan ibunya memilih untuk tinggal di kampung. Mengingat Kama juga masih harus kuliah makanya Kama tak bisa berlama-lama dikampung.

Kama menekan ponselnya untuk melihat jam disana, karena rupanya jam dinding dikamar mati. Tubuhnya otomatis bergerak kala tak sengaja melihat tanggal yang tertera di bawah angka jam di layar ponselnya. Gagal niat Kama untuk beristirahat malam itu, karena akhirnya pemuda itu mengambil jaketnya dan pergi mengendarai motor ninjanya.



Gamma mengamati ponselnya terus menerus, meski lampu sudah dia matikan namun masih tersisa lampu belajar yang sengaja dia jadikan teman untuk malam ini. Dia duduk di kursi belajarnya dengan perasaan risau.

Tak lama dirinya mengetikkan sesuatu disana dan mengirimkannya kepada orang yang memang menjadi tujuan pesan itu.

***

Rigel menyalakan lilin ulang tahun yang dia beli, duduk bersila sendirian di tengah lapang yang ada di sebuah taman. Sepi, karena ini hampir tengah malam, mana ada orang yang akan bermain di taman tengah malam begini kecuali mungkin untuk berkencan hingga lupa jam.

Taman terletak cukup jauh dari perumahan, bahkan pedagang kaki lima yang biasanya berdagang hingga larut saja semua sudah bubar.

Rigel memejamkan matanya, seolah melakukan sebuah doa harapan sebelum meniup lilin.

"Udah gue duga lo disini!" Sapa seseorang membuat Rigel membuka matanya.

"Gue juga udah duga lo bakal kesini tanpa gue telpon!" Rigel menjawab tanpa menoleh.

Pemuda yang menyapa tadi mendekat, hingga bayangan gelap itu berubah menjadi sosok manusia yang kita kenal. Dia adalah Raja. Pemuda yang sempat Rigel ragukan untuk menelponnya atau tidak.

"Sukur deh kalo lo masih inget ultahnya!" Kata Raja.

"Gue kira lo udah buta gara-gara bocil petakilan itu!" Lanjutnya.

Shaula's StarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang