Shaula mendudukan dirinya di sofa setelah dia pulang sekolah. Melelahkan rasanya setelah selama semingguan dia habiskan untuk berdiam dirumah tanpa memikirkan beban sekolah. Tapi sama saja si selama semingguan juga dia mendapatkan tekanan pikiran tentang ayah dan bundanya.
"Pulang tuh cuci tangan cuci kaki, baru leha-leha setannya nempel mampus kamu dek" ledek Gamma turun menghampiri Shaula.
"Diem deh buncit, nganggur, gada kerjaan" Shaula menyaut.
"Emang minta di sambel ya kamu"
"Kaka emang bisa bikin sambel, disuruh kewarung aja mager, aku terus yang disuruh"
"Itulah gunanya punya babu"
"Bun, liat nih kakak"
"Kak!!!" Saut bunda dari kamarnya, beliau langsung masuk kamar setelah menjemput Shaula tadi.
"Adek duluan loh bun"
Lagi lagi Shaula menjulurkan lidahnya makin meledek.
Suasana kembali tenang, bunda masih ada dikamar entah sedang apa. Gamma duduk anteng diruang tengah sambil menyetel tv acara Spongebob.
"Udah gede masih nonton Spongebob" ledek Shaula menuruni anak tangga setelah dirinya mengganti pakaian.
"Adanya cuma ini, yang lainnya film azab" balas Gamma.
"Itu tuh, tontonan khusus kak Gamma, biar sadar nggak boleh rusuh sama adek sendiri"
"Iya tontonan buat kamu juga, biar jangan banyak cincong kalo ga mau diazab jadi es buah"
Shaula memilih tak menanggapi, hanya menggerlingkan mata lalu berjalan menghampiri Gamma kemudian ikut duduk tak jauh dari posisi Gamma.
Gamma menatap kamar bunda, tak ada tanda-tanda hendak terbuka. Pemuda itu secepat kilat pindah menjadi lebih dekat dengan Shaula, membuat bungkus jajan yang Shaula pegang hampir jatuh. Shaula menoleh dan melotot, mendapati Gamma yang nyengir-nyengir selayaknya tak punya dosa setelah mengagetkan adiknya.
"Ayah udah bales chat kamu?" Tanya Gamma pelan, takut bunda dengar, tak enak rasanya.
Shaula jadi ingat, hari ini dia belum memeriksa ponselnya. Padahal sejak tadi disekolah dia memainkannya. Mengecek aplikasi hijau bergambar pesan hanya untuk mengabari bunda bahwa dirinya sudah pulang sekolah. Namun seingatnya pesannya masih belum terbaca apalagi sampai mendapatkan balasan. Shaula berhenti mengunyah dan menggeleng menatap Gamma.
"Pesan kakak cuma di baca" lirih Gamma.
Shaula menyernyit heran.
"Emang kakak chat apa?"
"Minta ijin mau kuliah"
Shaula tampak berfikir. Pesannya sejak semalam dimana dia meminta doa restu untuk hari pertamanya juga belum di balas. Segera Shaula merogoh ponselnya yang ada di saku celananya.
"Kak, padahal terakhir dilihat tadi jam sebelas, aku ngirim pesan jam sembilan malem"
Shaula mematikan ponselnya. Memegangi nya bersama dengan chiki yang dia makan.
"Ayah kenapa ya?" Mata Shaula mulai berair.
"Hust jangan nangis, ada bunda tuh, cup cup, gak berenti nangis kakak teriak manggil bunda nih"
"Iya ini diem" kata Shaula sambil menyeka wajahnya dengan tangan yang belepotan akibat remahan chiki yang menempel di jari-jarinya.
Tak lama bunda keluar kamar, pakaiannya sudah ganti, lebih santai daripada tadi. Jelas bunda juga tadi baru pulang dari usahanya membuka butik baru di Jakarta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shaula's Star
Fiksi Remajausaha Shaula untuk mendapatkan kakak kelasnya yang penuh misteri penyebab dirinya selalu tak dapat tempat dihati Rigel meskipun Rigel diam-diam memberikan perhatian nya pada gadis itu. Lantas berhasilkah Shaula duduk di bangku tertinggi hati Rigel?