Classmeet.
Itu adalah hal yang beberapa siswa nantikan setelah melewati ujian tengah semester, akhir semester, atau ujian kenaikan kelas. Minggu lalu sekolah menengah atas Harapan Bangsa itu baru saja selesai melaksanakan ujian tengah semester, yang mana agenda satu minggu setelahnya adalah classmeet. Dan itu adalah minggu ini.
Classmeet dilaksanakan tiga hari, mulai dari Hari Kamis sampai hari Sabtu. Dan hari ini adalah hari Senin, untung nya tidak ada upacara. Hanya jam kosong yang digunakan siswa untuk berembug untuk classmeet besok.
"Saya ulangi, nanti jam sembilan perwakilan kelas dua anak harap berkumpul di aula untuk teknikal meeting, terimakasih" Tutur kakak osis yang kemudian keluar kelas 11 IPA 2.
Setelah kepergian kakak osis itu, Kris selaku ketua kelas segera berjalan kedepan untuk memimpin persiapan.
"Siapa yang mau jadi perwakilan?" Kris bertanya.
"Lo aja dah Kris, lo kan ketuanya"
Memang menyebalkan orang-orang seperti itu, apa-apa harus selalu ketua yang maju. Mendengar itu Kris menghembuskan nafasnya berusaha sabar.
"Ada yang mau suka rela?" Kris.
Pertanyaan Kris tak kunjung mendapatkan jawaban apapun dari teman-temannya. Semuanya diam, memang tak ada yang mau karena menilai teknikal meeting itu membosankan. Memang, ups.
"Kalo gaada biar gue tunjuk!" Kris.
Semua bersorak ramai, berharap ada pahlawan datang supaya mereka tak terpilih. Ada yang sudah menyampaikan alasan supaya tak terpilih. Dari mengantar ibunya ke salon, dirumah ada hajatan, udah ada janji dengan seseorang dan lain-lain.
"Jonathan!" Kris menunjuk pemuda yang sedang main game di pojokan.
Nama yang tak disebutkan masih belum tenang karena masih ada satu nama lagi. Berharap bukan mereka patner Jonathan, apalagi Jonathan itu emang agak lemot.
"Jo, nanti yang bener TM nya!" Isa teman bangku Jonathan.
"Hah?" Jonathan bingung, masih terfokus pada gamenya.
"Lo dipilih buat TM itu, makanya dengerin dasar!" Isa mengomel.
"Gue??" Jonathan.
Kali ini Jonathan mengalihkan atensinya menatap Kris yang masih mencari orang untuk menjadi temannya.
"Kris!! Woi! Gue ga mau ahh males banget TM!" Jonathan berteriak.
Kris menghembuskan nafasnya lagi, cukup pusing mengatur anak kelasnya.
"Okey, ini keputusan terakhir mau gak mau harus mau!"
Gawat, Kris sudah kesal.
"Gue sama.."
"Shaula!"
Kris melenggang pergi keluar kelas menghindari amukan Shaula, mungkin.
Mendengar namanya disebut, Shaula tidak protes. Toh daripada gak ada yang mau mewakili kelas buat TM malah bahaya, bisa di diskualifikasi sebelum tau apa-apa.
"Ga ngamuk lo la?" Kalila.
"TM itu ngebosenin loh!" Danielle.
"Mau gimana lagi?" Shaula berjalan mengikuti Kris, melihat jam mendekati jam sembilan.
"Aaaaa Kris!!!! Kalo lo bilang sama Shaula mah gue mau-mau aja!" Jonathan histeris.
"Mending sama Kris, kasian Shaula ama lo, TERTEKAN!" Isa kemudian berjalan mendekati gerombolan siswa lainnya yang sudah mulai mabar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shaula's Star
Teen Fictionusaha Shaula untuk mendapatkan kakak kelasnya yang penuh misteri penyebab dirinya selalu tak dapat tempat dihati Rigel meskipun Rigel diam-diam memberikan perhatian nya pada gadis itu. Lantas berhasilkah Shaula duduk di bangku tertinggi hati Rigel?