Gadis cantik itu sudah sangat rapih, dirinya bahkan terlihat sangat segar. Minyak wangi yang dia pakai juga tidak terlalu menyeruak baunya. Turun melewati satu persatu anak tangga. Gadis itu tiba di ruang makan. Dia harus sarapan atau maag nya akan kambuh. Dan jelas itu akan merepotkan banyak orang.
"Kak Gamma belom bangun bun?" Tanya gadis cantik dengan seragam sekolah lamanya yang bahkan masih terlihat baru, sambil menggigit roti.
"Kamu bangunin dulu sana dek, bunda siapin sarapan buat kalian, kamu jangan cuma makan roti" kata bunda sedikit keras karena gadis cantik itu sudah nyelonong pergi menemui kakaknya.
Tak lama kemudian gadis itu kembali turun dengan wajah yang lebih sumringah dari biasanya. Senyuman bangga terukir di wajahnya.
"Kamu ngapain lagi dek?" Tanya bunda curiga.
"Seneng bun, abis gangguin kak Gamma"
"Ya udah dimakan, ga usah nungguin kakak kamu, bunda siap-siap dulu, abis itu baru nganter kamu ke sekolah ya"
Gadis itu mengangguk, menatap kepergian bundanya masuk kedalam kamar. Hatinya menghangat, bundanya sangat bekerja keras seperti biasa. Bedanya kini mungkin pekerjaan nya akan double karena harus antar jemput dirinya. Jika sebelumnya akan ada ayah yang mengantar jemput atau supir yang akan menjemput sepertinya kini semua itu hanya kenangan saja.
"Ngapain ngelamun?" Tanya Gamma mengagetkan.
"Makan kak, yang banyak biar makin buncit cit cit" ledek gadis itu sambil menusuk-nusuk perut Gamma.
"Kakak bilang kakak ini bukan buncit ya, kamu nih ngeselin banget deh pagi-pagi" kesal Gamma.
Gadis itu menjulurkan lidahnya tak peduli dengan tanggapan Gamma yang sudah geram ingin melempari piring cantik hadiah dari membeli sabun.
"Dek, semangat ya belajarnya, cari temen jangan diem-diem bae, love you sayang"
Gadis itu tersenyum lebar, kemudian melambaikan tangan ketika kaca mobil itu dinaikkan. Tak lama mobil yang dia tunggangi untuk menuju ke tempat itu sudah melaju tak terlihat. Gadis itu mengambil nafas dalam sebelum memberanikan diri memasuki kawasan baru, dimana dirinya saja sudah jadi pusat perhatian anak-anak lain. Jelas karena bajunya yang berbeda pula.
Tiba di koridor sekolah, gadis dengan rambut kucir satu itupun menengok sana sini. Niatnya ingin meminta bantuan untuk menuju ke ruang kepala sekolah. Tapi niatnya urung ketika melihat wajah wajah heran yang menurutnya menyebalkan. Dengan berat hati gadis itu memilih untuk mencari sendiri ruang kepala sekolah.
Bell masuk berbunyi, gadis cantik itu masih duduk di ruang kepala sekolah. Duduk manis dengan kaki yang ditutup rapat yang sebenarnya sama sekali bukan gayanya. Hanya kan dia perlu jaga image dulu untuk kesan pertama orang-orang.
Akhirnya dirinya dibimbing untuk mengikuti langkah pria tua berkumis dengan perut yang lebih buncit daripada milik Gamma yang selalu jadi bahan ejekannya. Matanya menatap sekeliling, dari membaca satu persatu kata kata mutiara yang di pajang disepanjang perjalanan, membaca nama ruangan, tak tertinggal netranya menangkap satu kegiatan dimana ada sekelompok pemuda tengah bermain basket dilapangan sana.
Sepanjang jalan gadis itu tak berhenti menatap aktivitas mereka, sejujurnya dia suka dengan permainan bola basket. Bahkan disekolah sebelum nya dirinya ikut ekstrakulikuler bola besar itu. Ah dia jadi rindu teman-temannya disana.
Perjalanannya terhenti ketika bapak berkumis yang bernama Arnold itu berhenti di salah satu ruangan dimana diatasnya terdapat nama kelas itu 'XI IPA2'
Untungnya gadis itu sempat mengerem dirinya, jika tidak pasti dia sudah malu karena menabrak punggung bapak buncit. Terlihat bapak buncit itu memanggil kemudian berbicara sebentar dengan guru yang mungkin sedang mengajar di kelas itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shaula's Star
Fiksi Remajausaha Shaula untuk mendapatkan kakak kelasnya yang penuh misteri penyebab dirinya selalu tak dapat tempat dihati Rigel meskipun Rigel diam-diam memberikan perhatian nya pada gadis itu. Lantas berhasilkah Shaula duduk di bangku tertinggi hati Rigel?