"Itu bocah kenapa bun?" Tanya Gamma setelah masuk kedalam rumah setelah pulang kuliah.
Bunda sedang mengobati Shaula yang mengeluh kakinya sakit. Shaula berbohong bahwa tak senjana tadi dia tersandung disekolah saat membeli bakso dikantin mengakibatkan kakinya ketumpahan kuah panas. Sekalian alesan mau mengganti mangkok yang dia pecahkan.
"Kemaren kejedot meja, sekarang... Eh bentar, kamu bukan dibully kan!!!!" Pekik Gamma.
Bunda mendadak memasang raut wajah yang khawatir, takut jika Shaula jadi korban bully. Apalagi memar di ujung dahinya semakin ungu.
"Ya engga lah, akutuh anak jujur, mana ada juga yang mau ngebully aku" kata Shaula pede.
"Yakin?" Tanya Bunda was was, menatap wajah Shaula mencari kebohongan disana. Rupanya Shaula lah yang pandai berakting hingga bunda tidak menemukan kebohongan disana.
"Yaudah, kaka ih bau mandi sana, adek jangan mandi dulu ya nanti ini melepuh lukanya" bunda bangkit menaruh kembali kotak p3k kembali ke tempat semula.
"Ih bun masa ga mandi si, Shaula bau banget ini huekk" Shaula risih.
"Mau melepuh? Besok pagi aja mandinya, sekarang ganti baju aja sana"
"Bun susah jalannya" rengek Shaula.
"Kak, adeknya gendong kak!!"
Shaula tersenyum senang, berhasil mengerjai Gamma. Pokoknya malam ini full Gamma akan Shaula buat menderita.
Gamma menurunkan adiknya ditepi kasur. Merasa bersalah juga si karena sudah memakai uang adiknya sekaligus membuat Shaula terlambat. Yang membuat Gamma kesiangan itu rupanya alarm yang tak berbunyi karena Gamma baru mengatur ulang ponselnya.
"Makasih babu" Shaula.
"Sama-sama"
Tumben, Gamma duduk disamping Shaula. Shaula paham pasti kakaknya akan mengatakan hal yang serius.
"Dek, ayah..."
"Udah ah kak, males. Adek kesel ayah masih belom bales chat adek" Shaula tau ini topiknya. Gadis itu membuang muka malas.
Kemana ayahnya sebenarnya, apakah sengaja menjauh. Gamma bilang dia berusaha menghubungi, namun panggilan selalu dialihkan. Shaula sendiri tak mencoba, karena sudah terlanjur kesal dengan ayahnya.
"Coba tanya ke bunda gimana?" Tanya Gamma.
"Ga usah, adek ga mau tau!! Udah sana kakak pergi ah adek mau ganti!!" Usir Shaula, tak suka topik ini. Dia kesal karena pria nomor satu yang sangat dia banggakan tak ada kabar. Shaula yakin ayahnya itu masih aktif karena Shaula sendiri tahu jika nomor itu beberapa kali terlihat online. Gamma yang paham dengan Shaula, berjalan meninggalkan adiknya itu dan menutup pintu.
***
Rigel duduk di sebuah kursi yang dibuat dari mini drum minyak. Ini di rumah Raja, tepatnya di rumah belakang Raja yang awalnya gudang mereka renovasi menjadi basemen untuk berkumpul. Sesuai namanya, Raja itu anak orang kaya jadi ya begitulah rumahnya mevvah.
Sambil menunggu teman mereka yang lain, Rigel dan Zeus memilih bermain game ps5 yang baru saja mereka beli. Uangnya tentu patungan, pokoknya apapun yang ada di basemen adalah milik bersama.
"Ini bang Gibran jadi bawa martabak kan ya? Laper" keluh Zeus.
"Doain aja ga lupa" Rigel.
Satu persatu teman mereka datang. Kiano masuk setelah katanya tadi mau buang hajat dulu. Untuk toilet basemen ini belum punya, jadi ya kalau mau buang hajat harus masuk ke rumah utama dulu. Toh tak apa mereka sudah berteman sejak lama jadi santai saja. Bahkan Mama Raja, Tante Kirana sudah sangat dekat dengan anak-anak malahan seneng kalau lagi ada kumpul-kumpul begini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shaula's Star
Teen Fictionusaha Shaula untuk mendapatkan kakak kelasnya yang penuh misteri penyebab dirinya selalu tak dapat tempat dihati Rigel meskipun Rigel diam-diam memberikan perhatian nya pada gadis itu. Lantas berhasilkah Shaula duduk di bangku tertinggi hati Rigel?